Tak berselang lama, senapan mesin terdengar bersahutan, mengeluarkan suara memekakkan yang memecah keheningan malam menghantam sebuah kompleks.
Di bawah, sejumlah penjaga tak mengira akan mendapat serangan yang demikian mendadak. Mereka kalang-kabut. Â
Beberapa pasukan elit AS terjun dan dengan terukur memberikan serangan mematikan. Dari atas, helikopter memuntahkan ribuan peluru guna memberikan perlindungan bagi pasukan yang berada di bawah.
Setelah mereka yakin tak ada lagi perlawanan, pasukan Delta Force kemudian meledakkan tembok bangunan untuk masuk. Karena, mereka tahu semua pintu masuk telah dipasang perangkat bom.
Pasukan AS terus merangsek ke dalam bagunan. Dua wanita yang mengenakan rompi bom berhasil ditembak mati sebelum mereka meledakkan diri. Keduanya disebut sebagai istri al-Baghdadi. Sejumlah pasukan penjaga pun dilaporkan tewas.
Dalam kegelapan, personel Delta Force ini menyisir ruangan satu-persatu untuk mencari target mereka. Melihat tak ada lagi kesempatan, 11 militan ekstrimis ISIS yang ada di dalam kemudian menyerah.
Setelah bangunan tersebut dianggap aman, melalui pengeras suara dalam bahasa Arab, tim elit ini memerintahkan al-Baghdadi untuk menyerahkan diri.
Namun demikian, menurut pemberitaan media yang dikutip melalui keterangan Presiden Trump, bukannya menyerah atau melawan dengan 'kesatria', pemimpin gerombolan teror ini memilih kabur menuju lubang persembunyiannya di bawah tanah dengan membawa serta ketiga anaknya yang masih kecil.
Akan tetapi, seluruh akses jalan untuk kabur telah diblokir oleh tim tempur AS yang telah menghafal setiap sudut ruangan dari informasi yang diterima melalui intelijen.
Informasi persembunyian al-baghdadi itu didapat dari keterangan salah satu istrinya yang berhasi ditangkap oleh pihak Kurdi Irak bersama keponakannya dan istri kurirnya yang paling dipercaya.
Mereka kemudian melepas beberapa anjing pemburu untuk mengejar target utama di terowongan bawah tanah. Sejauh ini, pria yang diduga sebagai Al-baghdadi itu terjebak di jalan buntu.