Mohon tunggu...
al dio
al dio Mohon Tunggu... Dokter - Bekerja di bidang kesehatan

Pemerhati kebijakan kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Teliti Sebelum Membeli, Sebuah Test Kehandalan Bangsa

20 Juli 2020   12:12 Diperbarui: 20 Juli 2020   12:18 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Slogan diatas sudah sering kita dengar dengan makna kehati - hatian yang ujung nya akan menyesal atau rugi secara finansial, hal ini mengingatkan kita bahwa teliti tidak saja dalam hal jual beli.

Jauh dalam hal apapun kiata dituntut untuk dapat berpikir sebelum bertindak, atau lebih jauh lagi menganalisa sebelum mencetuskan ide, karena inilah yang membedakan kita dengan makhluk lainnya sehingga kita dapat predikat makhluk yang memiliki kebijakan karena telah ditakar sesuatu yang sudah menjadi hukum alam dalam keseimbangan yakni positi negatifnya, terlebih pada orang yang memiliki "kekuasaan" atas hajat hidup orang banyak, bisa merubah nasib dan perjalanan hidup dan lain sebagainya. 

Pada konteks kali ini mari kita telaah kondisi saat ini dimana masa pandemi sangat membuat sesuatu yang dulunya tersimpan rapi atau hanya diketahui bila dilakukan penelitian secara mendalam.

Belakangan mungkin baru diketahui bahwa kondisi sebenarnya adalah "sudah sakit" tetapi apakah ini sudah dirasakan namun diabaikan atau mungkin karena kita telah begitu lama terkena "penyakit mental budak"dimana sulit menyatakan hal sebenarnya dengan berbagai variabel resiko didalamnya.

Pandemi yang saat ini bisa terjadi secara sangat sadar kita ketahui karena tidak ada penawarya yakni vaksin yang spesifik untuk itu, pilihan tinggal satu yakni bloking bisa berupa isolasi, karantina, atau lahir spesies istilah baru seperti lock down atau variasi lagi dengan alasan kondisi yakni PSBB, semua dengan marwah mengurangi kontak antar manusia. 

Saat inilah kita akan ditantang untuk dapat mengambil keputusan, kebijakan yang akan merubah jalan cerita akhir dari episode pandemi ini, apakah mengikuti ilmu murninya, dimodifikasi agar sesuai kondisi atau dengan berbagai inovasi yang dibayangkan akan menuju akhir yang bisa di prediksi bukan hanya dikalkulasikan atau kata lain dikendalikan bukan hanya bisa dihitung korban dan dampaknya.

Kehilangan momentum sudah pasti, dimana minggu-minggu pertama awal pandemi, bila kita melaksanakan terapi alternatif lain karena ketidak adaan vaksin yakni bloking interaksi dengan benar atau kata lain "displin dan tegas" maka kemungkinan kita akan bisa berbangga saat ini seperti negara lain yang telah mampu mengurangi secara nyata korban jiwa warganya jauh dibawah Fatality Rate rata-rata dunia. 

Nasi sudah menjadi bubur, tegas sudah tidak dapat lagi kita laksanakan karena sudah berhadapan dengan hal dasar lain bila sudah terlalu lama berpuasa, ekonomi dan psikologis masa. Setengah hati sudah kita bayar mahal saat ini.

Secara umum menghadapi penyakit saat ini pada pandemi, tergantung dari kemampuan kita dalam melakukan deteksi dini, merespon dengan optimal dan melaksanakan kegiatan preventif dengan taktis. 

Strategi deteksi salah satunya "kita pilih" menggunakan Rapid Test, dari awal telah menjadi perdebatan dikalangan ahli bila menggunakan metode ini.

Deteksi antibody terhadap virus Covid-19 ini akan tidak dapat sesuai harapan karena pertimbangan tehnis dimana kita tidak dapat mendeteksi secara awal virusnya (antigen) karena penyakit ini dinamikanya adalah hitungan hari, kecepatan deteksi menjadi kunci penting dalam upaya pengendalian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun