Mohon tunggu...
Aldi Nasution
Aldi Nasution Mohon Tunggu... Wiraswasta - Al for All

Pria

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurs Ndeso..

8 September 2018   01:34 Diperbarui: 8 September 2018   01:36 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : panen bunga kol, salah satu prod.unggulan diantara ragam produk tani lainnya di kampung Darussalam Desa Telaga Said Langkat.

Pembangunan pedesaan sesuai amanat UU No. 6 Tahun 2014, ditujukan utk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa.

Caranya adalah dengan mendorong pembangunan desa-desa mandiri dan berkelanjutan yang memiliki ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Upaya mengurangi kesenjangan antara desa dan kota dilakukan dengan mempercepat pembangunan desa-desa mandiri serta membangun keterkaitan ekonomi lokal antara desa dan kota melalui pembangunan kawasan perdesaan.

Menilik program Nawacita Presiden RI Jokowi-JK yang salah satunya adalah, " membangun Indonesia dari pinggiran dengan cara memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI."

Usaha pertanian milik Kelompok Tani (Poktan Perkasa, Matfa Indonesia) yg terhimpun sebagai warga Rt.03 Darussalam, beralamatkan Dusun 03 Desa Telaga Said kabupaten Langkat propinsi Sumut, sudah mensinergikan Program Pemerintah/Kementerian terkait sebagaimana diktum perundangan diatas termasuk melaksanakan prinsip sosial - ekonomi kerakyatan yang kuat, adil dan merata. 

Desa Telaga Said sebelumnya tidak memiliki produk unggulan pertanian khususnya sayur mayur karena karakteristik iklim dan tanah yg keras plus keterbatasan air. 

Sebagai Desa sejarah perminyakan Indonesia/Dunia ( Royal Deutch oil co.; shell; Pertamina), selama ini masyarakatnya hanya mengandalkan penghasilan atas  lahan dari sisa-sisa hasil minyak bumi (konden ), berkebun tanaman keras seperti: kelapa sawit,  pohon karet, pinang dan pohon buah musiman seperti durian, cempedak, rambutan yang hasilnyapun tak seberapa, jauh dari pencapaian sebagai produk unggulan warga/pedesaan.

Kurun perjalanan lima tahun "Poktan Perkasa " sudah mampu menghasilkan produk tani berupa ragam sayuran sehingga mampu mengisi kebutuhan sayur mayur di pasar induk kota kecamatan Tanjungpura  atau mampu mengikuti prestasi daerah yg memiliki iklim sejuk disertai tanah yg subur,cocok untuk jenis tanaman sayur mayur dari kabupaten Karo/Berastagi. 

Hasil tani ( Poktan Perkasa ) tidak sekedar memenuhi kebutuhan anggota kelompoknya saja bahkan menjadi Rahmat bagi keluarga besar, desa dan orang banyak.

Kiat dan semboyan hidup warga Rt.03 Darusalam sebagai kuncinya. Kunci tersebut dapat melembutkan segala sesuatunya, seperri kondisi alam yang tidak bersahabat menjadi akrab, karakter  tanah yang keras kini saling menyesuaikan sehingga  bisa saling mengisi, kasih mengasihi dan sayang menyayangi. 

Tanah keras lagi gersang kini ia menghasilkan tanaman sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian dllnya. Kiat dan motto hidup warga, bukan hanya  mampu menciptakan produk unggulan di sektor pertanian saja namun mampu menciptakan ragam produk unggulan di sektor riil lainnya. 

Terhadap fluktuasi harga, masalah ekonomi global atau nilai mata uang yang dialami secara nasional maupun internasional, nyaris tidak berpengaruh bagi warga.

Di perkampungan Darussalam nilai uang Rp.500 masih berharga dan dapat membeli sesuatu di pasar, baik jajanan, penganan, sayuran, dll.

Apalagi punya uang Rp.100.000 amboiii mewah rasanya karena susah menghabiskannya, kecuali belanja produk/bukan produk warga kampung. Terasa sekali bedanya dibandingkan dgn kondisi pasar, belanja dan kondisi ekonomi di tempat lain.

Kiat hidup warga sebagaimana disebutkan adalah  kunci jawaban terhadap berbagai persoalan yang muncul. Ditambah lagi dengan semboyan perjuangan hidup, yakni : "bersama pasti bisa, sendirian menderita " (bersama dalam suka dan duka). 

Sebelumnya mereka adalah umumnya rumah tanga yang bersifat individu kemudian setelah melewati proses kesadaran dan mengenal hakikat diri akhirnya mengkerucut merasa satu keluarga, keluarga yang besar dengan rumah besarnya pula ( sebutan yang pernah trend dalam konsep nasionalisme: rumah besar rakyat Indonesia).

Bagaimana sikap warga Darussalam terhadap persoalan anjloknya nilai mata uang, atau ekonomi negeri, dan serangkaian issue? Mungkinkah mereka yang nDeso  mampu menjawab persoalan megeri ini?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun