Seringkali kita merasa seseorang itu benar-benar berharga ketika mereka telah tiada. Saya pikir seseorang yang paling mengenal saya adalah sosok orang yang ada di dalam cermin ketika setiap pagi saya melihat ke dalam cermin, ternyata saya salah. Belakangan ini saya sadar bahwa orang yang paling mengenal saya adalah orang paling bawel yang saya kenal, yang selalu melarang saya ini itu, yang selalu saja ribet dan repot sendiri ketika saya hendak melakukan sesuatu padahal saya sendiri biasa aja dan ga repot. Yang selalu bawel memaksa saya bangun di pagi hari untuk berangkat supaya tidak terlambat sampai di kantor, yang selalu bawel dalam menyiapkan pakaian yg saya kenakan, yang terkadang membuat saya risih karena menunggu saya pulang untuk mengerjakan sesuatu dirumah, yang juga seringkali bikin saya risih karena bertanya-tanya saya dimana dan kemana. Beberapa waktu yang lalu sosok ini telah pergi, pergi untuk selamanya meninggalkan saya yang malas ini. Beberapa waktu setelah itu barulah saya sadar bahwa beliaulah sosok yang paling mengenal saya. Beliau yang paling tau kalau saya pasti akan tertidur lagi kalau tidak dipaksa untuk bangun dan akhirnya terlambat solat subuh juga terlambat tiba di kantor. Beliau yang paling tau kalau baju saya tidak disiapkan, pasti saya akan kelimpungan mau pakai baju apa, dasi yg mana, kaos kaki belum siap lah, dll. Beliaulah yang paling tau tentang saya yang kalau tidak di bawelin maka tidak akan beranjak dan bergerak. Dari beliaulah saya belajar tuk mengenal diri saya sendiri dan apa yg saya butuhkan. Kepergian sosok beliau yg bawel, keras kepala dan paling sering berbeda pendapat dengan saya, sama sekali tidak meninggalkan rasa benci atau senang. Yang ada hanyalah rasa kosong, hampa, rindu dan penyesalan kenapa saya tidak berusaha lebih maksimal untuk membuatnya tersenyum bahagia dan memberikan semua yg terbaik yang sebenarnya ingin beliau miliki tapi harus beliau tahan dan tunda demi memenuhi keinginan dan kebutuhan saya. Yup, seseorang yang berharga itu baru kita rasakan keberadaannya yang berharga ketika beliau tidak ada lagi di dekat kita, kehilangan sosok yang setiap pagi mengucapkan selamat jalan dan hati-hati kemudian melambaikan tangan ketika kita berangkat, kehilangan sosok yang selalu menjaga saya untuk senantiasa terbiasa bangun pagi dan tidak terlambat, kehilangan sosok yang menunggu kepulangan saya dirumah kemudian menyediakan makanan atau air hangat untuk mandi, dan kehilangan banyak hal berharga yang tidak pernah saya sadari sebelumya. Tapi, atas semua itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar2nya kepada beliau sosok ibu yang telah mengajarkan saya banyak hal tentang nilai-nilai kehidupan, tentang kegigihan, kerja keras, pengorbanan dan arti kasih sayang dan cinta yang sebenarnya. Meskipun saya kerap kali sulit untuk dibangunkan dan diberi tahu, beliau tidak pernah sedikitpun lupa dan bosan untuk melakukannya berulang-ulang setiap hari. Beliau memang tidak meninggalkan harta kepada kami, tapi bagi saya yang beliau tinggalkan jauh lebih berharga dari harta seberat gunung sekalipun. Mungkin saat ini saya telah kehilangan banyak hal dari kepergian sosok beliau, tapi saya tidak akan pernah kehilangan semangat yang mengalir dalam darah ini untuk berjuang dan berusaha menjadi yang terbaik dan bermanfaat bagi sesama, supaya beliau bangga  karena dalam rahimnya Allah titipkan seorang anak yang layak untuk beliau banggakan, dan  sebagian waktu hidupnya beliau gunakan untuk mendidik dan membesarkan seorang anak yang membawa manfaat bagi sesama bersama Amazing You Institute melalui program #SekolahHebat. "Hebatkan Diri, Hebatkan Indonesia"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H