Mohon tunggu...
Aldian  Kurnia
Aldian Kurnia Mohon Tunggu... Guru - Geography Teacher

Ketika ruang wacana terkekang oleh legalitas, ideologi terus berkembang selama pandai menginsafi batasan etika.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Propaganda Pemetaan Mercator, Salah Kaprah Cara Memandang Dunia!

18 Oktober 2019   10:53 Diperbarui: 18 Oktober 2019   11:06 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://enp3.unam.mx/academia/colegios/geografia/representacion_terrestre.pdf

Secara singkat peta adalah gambaran permukaan bumi di bidang datar yang diperkecil dengan skala. Jika Anda menemukan gambaran permukaan bumi dibidang datar tapi tidak ada skalanya, maka itu disebut denah. Di zaman cyber saat ini, peta sudah menjadi kebutuhan primer terutama bagi penduduk perkotaan. Sampai tukang ojek juga sudah merasakan indahnya manfaat peta digital.

Namun taukah Anda mengenai pemetaan dengan proyeksi Mercator? Peta dengan proyeksi ini sangat banyak disajikan di kelas-kelas sekolah, perpustakaan, dan dimanapun. Taukah Anda jika ada distorsi (kesalahan) yang disajikan pada peta ini?

Pertama kali Peta Mercator dibuat oleh Gerardus Mercator pada abad-16. Mercator hidup di zaman penjelajahan samudra dan penemuan daerah baru sedang gencar-gencarnya. Mahakarya pemetaan dunia pertama kali berhasil dibuatnya pada tahun 1569, dimana Peta Mercator ini menjadi banyak acuan pembuatan peta kelautan dan bahkan GPS modern saat ini.

Namun, kembali kita harus membahas sebenarnya dimana salah kaprah pemetaan Mercator ini? Saya gunakan kata "salah kaprah"   karena kesalahpahaman mengenai informasi pada Peta Mercator sudah sangat di lazimkan oleh kebanyakan orang dan tidak banyak yang merasa dirugikan.

http://enp3.unam.mx/academia/colegios/geografia/representacion_terrestre.pdf
http://enp3.unam.mx/academia/colegios/geografia/representacion_terrestre.pdf
Pernahkah Anda mencoba membentangkan kulit jeruk tanpa merobeknya? Tentu saja mustahil. Problem inilah yang membuat kartografer kesulitan untuk mengubah gambaran permukaan bumi yang nota bene berbentuk bola ke bidang datar. Mercator telah berhasil memecahkan problem ini, dan hasil pemetaannya disebut dengan proyeksi Mercator.

Namun peta dengan proyeksi ini memiliki distorsi serius di dalam informasinya. Dimana kesalahan pada jarak peta semakin besar jika menjauh dari equator. Hal ini menyebabkan wilayah yang mendekati kutub utara ataupun kutub selatan akan menjadi semakin besar. jadi wilayah di sekitar equator seperti Indonesia, Brazil, Kongo dan lainnya tergambarkan dengan baik di peta ini.

Namun ukuran negara seperti Russia, Eropa, Kanada, Greenland berubah total dari luas sebenarnya. Ukuran negara tersebut menjadi semakin besar berkali-kali lipat dari ukuran sebenarnya. Sebagai contoh kita bandingkan wilayah Greenland dengan Benua Afrika. Greenland sebagai pulau terbesar di Dunia memiliki luas 2,166 juta km2, sedangkan Benua Afrika memiliki luas 30,37 juta km2. Dengan ini kita tahu jika luas Greenland hanya sekitar 7% dari luas Benua Afrika atau 14 kali lebih kecil dari Benua Afrika. Namun Greenland di peta Mercator memiliki ukuran yang sangat besar dan mungkin hanya 3-4 kali lebih kecil dari Benua Afrika.

Meskipun Peta Mercator melanggar prinsip Equivalent (mempertahankan luas) dan equidistat (mempertahankan jarak), namun Peta Mercator lebih berfungsi sebagai penunjuk lokasi suatu negara dan sebagai navigator perjalanan samudra (dengan garis lurus) di Dunia. Dengan proyeksi Mercator, penggambaran dunia dibidang datar terlihat sangat jelas dan detail.

Jadi, jangan tertipu dengan luas wilayah negara-negara di utara atau selatan bumi yang terlihat menjadi raksasa di Peta Mercator ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun