Mohon tunggu...
Aldilla Evriyana
Aldilla Evriyana Mohon Tunggu... Lainnya - Social Media Specialist | Public Relations Enthusiast

Social Media Specialist | Public Relations Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Secerdas-cerdasnya Manusia, Sampai Kapanpun Tak Akan Pernah Mengalahkan Tuhan-nya

9 November 2017   04:41 Diperbarui: 9 November 2017   04:55 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

http://2.bp.blogspot.com/-FkDwjpfTyb4/VC97rq_youI/AAAAAAAAAbc/m4UEvP_vQV0/s1600/image.jpg

Di masa sekarang dengan adanya ilmu pengetahuan yang terus maju, teknologi terus berkembang pesat. Tak dapat dipungkiri bahwa teknologi tak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari.

Adanya berbagai penemuan baru diciptakan untuk dapat membawa manfaat positif bagi kehidupan manusia. Selain membawa banyak kemudahan, serta inovasi baru dalam melakukan dan membantu aktivitas manusia.

Masyarakat telah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh perkembangan teknologi dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walau pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga dapat menimbulkan suatu bentuk yang negatif.

Contohnya kini kemajuan teknologi robotika telah lama menjadi icon kebanggan negara-negara maju di dunia. Dari kecanggihan teknologi yang dimiliki, bangunan yang megah, tingkat kesejahteraan rakyat yang tinggi, kota-kotanya yang modern, mungkin tidak terasa lengkap jika belum adanya popularitas kepiawaian dalam dunia robotik.

Sudah tidak asing lagi di telinga kita tentang Robot Humanoid (menyerupai manusia) yang diciptakan di dunia. Kini kembali hadir adanya Robot hidup yang dirancang ilmuwan Amerika Serikat (AS) Dr David Hanson, robot yang diberi nama Sophia ini adalah robot pertama kali yang telah diberi pengakuan kewarganegaraan oleh Arab Saudi. Menurut Dr David Hanson, mesin yang sedang dia kembangkan itu memang untuk menjadi "manusia-robot" yang bisa berinteraksi seperti manusia pada umumnya.

Pasalnya tidak hanya fenomena LGBT yang harus kita prihatinkan, sebab robot kini bukan hanya membantu pekerjaan manusia tapi juga sebagai pemuas birahi manusia, contohnya di Jepang ada robot sex,  satu juta laki-laki di Jepang lebih memilih berhubungan dengan robot.

Mungkin banyak beberapa Negara yang menciptakan robot seks walau harganya fantastis tetap ada konsumen yang menginginkan robot tersebut sebagai pemuas kebutuhannya daripada manusia asli.

 Terbayang jika mereka memilih hidup dengan robot yang tidak akan mempunyai keturunan walau melalui rahim buatan sekalipun. Akankah ini suatu kemajuan atau malah ini kepunahan, ketika manusia berhenti bereproduksi.

Dengan perkembangan robot ini akan memicu dampak negative, robot akan mempersempit lapangan kerja untuk manusia. Bayangkan jika robot yang suatu hari akan dijadikan guru untuk mengajar, dokter untuk memeriksa pasien, robot memang diprogram secerdas mungkin, tapi robot tidak memiliki perasaan sedangkan manusia memiliki kearifan, dan akan selalu unggul. Seseorang untuk menjadi guru maupun dokter saja itu harus menempuh pendidikan yang panjang dan sulit. Karena sebagai guru tidak hanya mengajarkan tentang ilmu dan dokter tidak hanya memeriksa tapi juga harus dapat mendidik karakter muridnya serta merawat pasiennya dengan baik.

Jangankan robot, adanya perkembangan teknologi dari yang manual hingga serba mesin elektronik seperti yang terjadi di Indonesia misalnya, dengan mewajibkan pengendara harus menggunakan e-toll itu saja sudah mengancam para pekerja yang bekerja di Jasa Marga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun