Puskesmas Majenang II merupakan salah satu fasilitas kesehatan di Kabupaten Cilacap yang sedang mengalami peningkatan jumlah kasus DBD di wilayah kerjanya. Tercatat jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Majenang II pada bulan Januari - September 2024 sebanyak 135 kasus. Untuk itu, berbagai kegiatan dilakukan untuk menurunkan jumlah angka kasus DBD seperti Sosialisasi Kesehatan, PSN dan Fogging / pengasapan. Fogging merupakan upaya terakhir yang dilakukan dalam pencegahan DBD, tetapi upaya ini ternyata tidak efektif dalam penurunan jumlah kasus DBD. Maka dari itu, Mahasiswa PKL SKM Penggerak UNNES bersama Puskesmas Majenang II juga melakukan kegiatan intervensi berupa sosialisasi mengenai DBD dengan tujuan untuk menambah pengetahuan masyarakat dan meningkatkan kepedulian masyarakat akan kebersihan lingkungannya. Kegiatan sosialisasi ini dilakukan di Dusun Geblogan, RT 05/10, Desa Pahonjean pada tanggal 12 Juli 2024. Dalam kegiatan sosialisasi ini, mahasiswa PKL SKM Penggerak UNNES memberikan sosialisasi mengenai apa itu DBD, ciri-ciri dari nyamuk Aedes aegypti, gejala-gejala DBD, dan cara pencegahan 3M Plus yang meliputi Menguras, Menutup, Mengubur, serta langkah tambahan (plus) seperti menggunakan obat nyamuk dan menghindari kebiasaan menggantung pakaian yang dapat menjadi sarang nyamuk. Adapun media yang digunakan pada kegiatan sosialisasi ini yaitu menggunakan media poster yang informatif dan mudah dipahami.
Selain sosialisasi, mahasiswa UNNES juga menghadirkan inovasi baru, yaitu pembuatan produk spray anti nyamuk yang terbuat dari bahan alami, yaitu dari batang serai. Spray berbahan dasar serai ini dipilih karena bahan alami ini mudah ditemukan dan memiliki kandungan yang efektif untuk mengusir nyamuk namun tetap aman digunakan sehari-hari. Meningkatnya jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Majenang II dikarenakan oleh beberapa faktor seperti:
- Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai DBD dan cara pencegahannya. Banyak masyarakat belum memahami secara menyeluruh bagaimana DBD menyebar, gejala awal apa yang harus diwaspadai, dan cara mencegahnya. Ketidaktahuan ini menyebabkan masyarakat tidak mengambil tindakan pencegahan yang tepat
- Masyarakat kurang aktif berpartisipasi dalam melakukan kegiatan PSN. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan PSN, seperti membersihkan lingkungan sekitar dan menjaga kebersihan rumah, masih sangat rendah. Hal ini di perkuat oleh Ketua RT 05/10, Dusun Geblogan, Desa Pahonjean yang mengatakan bahwa kegiatan PSN dilakukan 3 bulan sekali dan kurangnya dukungan dari puskesmas menyebabkan kegiatan kerja bakti tidak berjalan.
- Kurangnya Sosialisasi oleh Petugas Puskesmas. Sosialisasi yang tidak terjadwal dan tidak merata dapat menyebabkan pesan pencegahan DBD tidak tersampaikan dengan baik. Sementara itu, sosialisasi yang efektif diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan meningkatkan pengetahuan mereka untuk mencegah DBD.
Maka dari itu, mahasiswa PKL SKM Penggerak UNNES membuat policy brief yang berisikan berbagai rekomendasi kebijakan untuk puskesmas dalam upaya mengurangi jumlah kasus DBD diwilayah kerjanya. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan policy brief yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengurangi jumlah kasus DBD. Policy brief yang telah dibuat juga dijadikan Hak Cipta (HAKI) sebagai luaran dalam program PKL SKM Penggerak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H