Mohon tunggu...
aldila novita putri
aldila novita putri Mohon Tunggu... -

syukuri apa yang ada hidup adalah anugrah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Salahkan Aku Mencintaimu?

22 Desember 2011   15:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:53 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terus melangkahkan kakiku menelusuri lorong-lorong kampus sambil clingukan mencari dia. Ya dia, aku hanya mencari dia. Dia pria bermata sipit, berkulit putih dan bertubuh tinggi. Hari ini aku mencarinya, karena ada sesuatu yang ingin aku berikan padanya.
“ach dimana sih dia? Di SMS pending ! ditelfun gak bisa !”
Setelah hampir 15 menit melangkahkan kakiku ini,ternyata dia lagi asyik hostpotan di depan loby rektorat. Langsung deh aku omelin dia. Tapi dia hanya cengar-cengir saja dan bilang “sorry, hanphone aku mati”.
Sambil mengeluarkan sesuatu dari tasku, aku duduk disampingnya. Aku telah berjanji padanya mau membelikan oleh-oleh, waktu aku liburan di Bandung kemarin. Aku beliin dia kaos putih bertuliskan I ♥ Bandung. Sambil senyum aku kasihkan kaos itu. Dia senang banget menerimanya dan mengucapkan terimakasih padaku. Sengaja aku pilihkan warna putih, karena aku tau dia suka sekali dengan warna putih.
℗ ℗ ℗
Aku dan dia sudah saaling kenal hampir sekitar 1 tahun.
Hampir setiap hari kami bertemu, bertegur sapa, dan mengobrol. Dan kami juga saling menjaga komuikasi setiap hari. Dia selalu hadir menghiasi inbox di hanphone aku. Apa yang dia tuliskan lewat SMS selalu membuat dirikku ini senyum-senyum tak jelas.
Tapi… 2 minggu yang lalu, aku mendapat kabar bahwa dia sudah punya kekasih baru. Bagai disambar petir di siang bolong hatiku seketika panas, bahkan gosong ! ingin marah dan serasa tidak mempercayai ini semua !
Malamnyapun aku tidak bisa tidur, walaupun sudah aku paksakan mataku untuk terpejam, tapi kata-kata-kata temanku itu masih terngiang-ngiang ditelingaku. Dan bayangan dia masih berlarian di otakku. Sudah hampir jam 12 malam akupun masih belum bisa tidur. Butiran-butiran bening masih terus saja membanjiri pipiku. Penyakit galau stadium 4 rupanya telah berhasil masuk ketubuhku.
℗ ℗ ℗
Siang hari disebuah Mall yang terletak dia daeraeh Solo, aku jalan-jalan bersama teman-temanku. Baru asyik memilih aksesoris, tiba-tiba tatapan mataku tertuju kearah cowok dan cewek yang lagi asyik jalan berdua. Tiba-tiba glek !! jantungku seperti berhenti berdetak selama beberapa detik. Cowok itu kan????
“San.. San.. cowok itu Bara apa bukan?”Tanyaku pada Susan sahabatku.
“Yang mana?”tanyanya sambil clingukan
“Itu lhoooh yang makai hem kotak-kotak warna biru, yang jalan ma cewek itu lho..!” jawabku menggebu sambil melirik kearah pasangan kekasih yang menurutku sangat sangat dan sangat tidak serasi sama sekali.
“owh itu ya? iya ik itu Bara ! sama cewek ! hahaha ada yang galau nih?” celoteh Vika sahabatku juga
“aaaarrrggghh…bodo’ yukz bayar terus keluar!” ajakku sambil dongkol.
Setelah membayar gelang dan bros, aku dan teman-teman melanjutkan jalan-jalannya. Sampai dilantai 3 tanpa sengaj aku bertemu dengan pasangan tak serasi itu lagi. Masih dengan jarak radius beberapa meter , jantungku derdegup sangat kencang dan perasaan aneh muncul tiba-tiba.
“aduh Vik, aku harus gimana nih?”tanyaku panik.
“sudah kamu bersikap biasa saja”, jawab Vika cuek
Sepertinya dia juga melihatku. Kemudian mereka berdua yang semula jalan bareng jadi pisah. Bara disepan sedangkan ceweknya dibelakang dengan menjaga jarak. Entah kenapa setelah melihat aku mereka jadi jaga jarak. Padahal sebelumnya mereka tadi jalan berdua dengan mesra.
“apa jangan-jangan dia takut ketahuan sma aku kalau dia sekarang sudah punya cewek?”ach segala macam pertanyaan menghantuiku”.
“Eh Tata, ketemu disini juga.” Sapa Bara sambil berhenti sejenak, sementara ceweknya terus berjalan dan kemudian berhenti.
“hehehe iza ”, jawabku sambil menahan rasa grogi
“ayo ikut aku jalan-jalan”, ajak dia dengan santai namun mampu mengobrak-abrik perasaanku.
“thank you, kamu duluan aja”, jawabku dengan senyum sambil menyembunyikan perasaan dag dig dug ku itu.
Entah kenapa setiap kali aku bertemu dengan dia, ada rasa yang luar biasa, rasa gundah, gelisah, dan jantung berpacu sangat cepat.
Inikah cinta?
Hanya satu kata, tapi aku tak bisa mengartikannya.
Sebenarnya aku ingin sekali bertemu dengan dia terus, tapi tidak dengan “ekornya” itu. Karena akhir-akhir ini dia jadi agak aneh. Dia sekarang jadi jarang telfun, bahkan untuk sekedar menyapaku lewat SMS aja bisa dihitung dalam 1 minggu.
Terkadang aku birfikir, “emangnya aku itu siapa dia sih? Aku Cuma oranng asing yang tidak sengaja masuk kedalam kehidupan dia”.
Jadi bukan salah dia kalau dia bersikap begitu.
Tapi…. Tapi…. Aku terlanjur jatuh hati padanya. Padahal dia sudah punya seseorang yang benar-benar dia cintai.
Salahkah bila aku masih menaruh harapan padmu?
Salahkah bila aku menginginkanmu?
Salahkah bila aku memikirkanmu?
Dan salahkah bila aku masih bertahan mencintaimu?
Biarkanlah sang waktu yang menjawab, semua akan indah pada waktunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun