Mohon tunggu...
Aldi Irawan
Aldi Irawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petualang

Puisi. Esai. Filosofi. Absurditas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kemana Matahari Pergi? (Cerpen Makna)

4 Februari 2025   19:30 Diperbarui: 4 Februari 2025   19:02 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam masa penciptaannya, seseorang memiliki satu orang anak yang sangat panas, ceria, orange layaknya matahari yang menyinari kumpulan beruang yang berhibernasi di lembut-empuknya kasur di hangat-luasnya Padang Gandum.

Kutub utara adalah inti masa perubahannya. Yang panas, hangat dan ceria kini berubah menjadi lebih "dingin".

"Terlalu banyak hal yang terjadi di utara.", ucapnya.

Itu terpampang pada caranya memperlakukan temannya. Dulu Si hangat lebih sok asyik dan selalu datang layaknya pelayat yang membawa bunga ke kuburan. Dulu, si hangat sangat cinta pada Si Bulan Keempat --memberikannya lebih dari apa yang bisa Dia terima.

Dalam masa penciptaannya, adam dan hawa bertemu lagi di peternakan. Namun, Adam tampak lebih sedikit "beku" sekarang.

"Terlalu banyak hal yang terjadi di utara. Maafkan aku untuk itu! Aku tak peduli dengan perubahan ini! baik-buruknya, benar-salahnya. Tapi aku peduli bahwa sekarang aku lebih seperti beruang kutub!".

Masalah bagi adam bukanlah perubahan. Masalah bagi adam adalah hantu Si Hangat yang selalu datang dengan karavan yang berisi rombongan para apollonian. Masalah bagi adam ialah Si Bulan Keempat yang selalu menariknya ke rumah untuk kembali menjadi Matahari.

"Bulan dan matahari pasangan yang menarik bukan?", begitu ucap Si Bulan.

"Aku ingin kau kembali! Aku mencintaimu! dekaplah aku, rindukan aku, berikan aku kehangatan dari kehadiranmu!"

Di situ di lahan luas yang penuh dengan rumput pendek nan hijau, biri-biri berlari, cahaya bersinar dan angin bernyanyi melantunkan nada-nada yang membuat layang-layang bergoyang.

Lantas, membalikkan badan dan meninggalkannya tanpa sepatah kata. Beriak ombak petir dan badai salju. Mengambil secangkir jus anggur dari kulkas dan minum sambil menjauh darinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun