Mohon tunggu...
Aldi Irawan
Aldi Irawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petualang

Puisi. Esai. Filosofi. Absurditas.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Siapa Itu Pengkhotbah Kematian dalam Buku "Zarathustra"

2 Januari 2024   19:36 Diperbarui: 2 Januari 2024   19:40 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Siapa itu pengkhotbah kematian menurut Nietzsche? Mereka adalah manusia yang selalu membahas kematian dan menganggap bahwa kehidupan itu penuh kesengsaraan. Mereka ingin kesengsaraannya dalam kehidupan itu usai tapi mereka tetap saja memeluk kehidupan. 

Dalam kata lain, pengkhotbah kematian adalah mereka yang mempunyai semangat kuat dalam membicarakan kematian dan menganggap bahwa kematian itu benar -- dan kehidupan salah -- tetapi mereka takut akan kematian itu sendiri. 

Adapun kutipan Nietzsche sebagai berikut:

"[Mereka/ pengkhotbah kematian] tenggelam dalam depresi berar, dan merindukan kecelakaan kecil yang akan mewujudkan kematian: demikianlah mereka menanti sambil menggeretakkan gigi (Nietzsche, Zarathustra, Hlm. 101)"

Poin-poin pengkhotbah kematian dapat dijelaskan melalui pemahaman berikut ini:
1) Hidup itu penuh penderitaan maka dari itu manusia harus mati. Dengan begitu manusia akan mengerti penderitaan dan tidak akan menyebarkannya pada manusia lain.
" 'Hidup hanyalah penderitaan' : begitulah kata orang lain, dan jangan berbohong. Maka pastikanlah agar kamu berhenti! Pastikan bahwa kehidupan yang hanya berupa penderitaan berhenti! Dan biarlah ini menjadi ajaran kebajikanmu: 'Kamu harus membunuh dirimu sendiri! Kamu harus mencuri dari dirimu sendiri!' " (Zarathustra dalam http://4umi.com/nietzsche/zarathustra/9)

2) Dia akan menjaga nafsunya -- perasaannya -- sebab itu akan membuat penderitaan baru bagi manusia lain. Manusia lain di sini adalah bayi yang baru lahir. Ia menangis karena paksaan yang diberikan kelahiran dan sadar bahwa dunia ini penuh penderitaan. Paksaan dan penderitaan ini datang tidak lain dan tidak bukan yaitu dari nafsu yang tidak dapat dijaga. Nafsu berakar dari manusia yang tidak mengerti penderitaan. Sehingga dampak buruknya, siklus penderitaan ini akan terus muncul melalui kelahiran -- melalui nafsu bukan pengertian terhadap penderitaan yang seharusnya ada dalam diri manusia pengkhotbah kematian.
" 'Mengapa terus melahirkan?' Orang hanya melahirkan anak yang tidak bahagia! (Nietzsche, Zarathustra)"

Pada akhir aforismenya terdapat sebuah kalimat yang berbunyi, "... kepada mereka [pengkhotbah kematian] kematian perlu dikhotbahkan." Interpretasi saya merujuk pada seseorang yang selalu membahas kematian seolah Ia tahu betul  konsep kematian itu harus diberi kematiannya sendiri sehingga, Ia tidak akan mengkhotbahkan kematian tetapi kematianlah yang "mengkhotbahkan" dirinya.

Selanjutnya ada kutipan, "Atau 'kehidupan abadi'." Hal ini berkaitan dengan konsep ubermensch yang mensiasati kehidupan abadi melalui penciptaan dan/ kehancuran. Walaupun kehidupan yang abadi ini tampak seperti kutukan di mana kejadian seperti penderitaan, kesedihan dan kebahagiaan dunia akan terus terulang -- ini disebut kehidupan abadi -- tetapi penciptaan dan kehancuran adalah dasar untuk membuat pengkhotbah kematian tetap hidup. Nietzsche tidak mempermasalahkan tindakan pengkhotbah kematian antara Ia terus berkhotbah dan menjalani kehidupan abadi yang berulang di mana Ia justru selalu mempersalahkan kehidupan atau Ia menyiasati kematian itu lebih dari sekadar kata-katanya.


Referensi:
Nietzshe, Friedrich. 1977. Zarathustra (Terjemahan H.B. Jassin, dkk.). Yogyakarta: IRCiSoD.
https://ccrma.stanford.edu 
http://4umi.com/nietzsche/zarathustra/9 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun