Mohon tunggu...
Aldi Irawan
Aldi Irawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Petualang

Puisi. Esai. Filosofi. Absurditas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Puisi, Kebebasan dan Absurditas (Ulasan Singkat)

23 Desember 2023   17:50 Diperbarui: 23 Desember 2023   17:57 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1979
Oleh Sutardji Calzoum Bachri

mawar lepas rasa
tikam lepas luka
gunung lepas puncak
kini aku bebas
kutaklagi punya tawanan
batu tak lagi beban
mawar tak peduli wangi
laut tak acuh luas
bebas
 ngiau
 was was was was was was
 was was was
 was
 was was was was
 huss
 puss
 diam
 makanlah
 se
 Ada
 mmmmMu!

1973-1974

Puisi "1979" karya Sutardi Calzoum Bachri adalah puisi absurd sebab penyajiannya terlampau berbeda dari puisi-puisi lain
dari segi kata maupun tipografi. Sehingga puisi terkesan tidak memiliki kejelasan dan cenderung aneh dalam konteks yang baik. Meskipun begitu, suatu nilai konstruktif dapat diambil dari puisi ini apabila pembaca memahami maknanya dengan sikap yang positif.

Sutardji mengartikan bahasa sebagai media yang bebas dan tidak terikat pada makna. Bila mana terdapat kata kursi maka kursi itu ada untuk dirinya sendiri dan bukan berarti untuk diduduki. Dalam kata lain, kursi tersebut bebas dari makna yang menyebut bahwa kursi harus diduduki.

Sutardji mengutamakan bahasa sebagai ekspresi, kebebasan dan keindahan. Ambil saja contoh kata huss, puss dan was yang tidak memiliki makna spesifik dalam KBBI. Dalam hal ini penulis lebih mengedepankan fungsi bahasa sebagai suatu keindahan. Bukan sebagai peraturan dalam penyampaian sesuatu.

Inti nilai ini adalah seseorang hendaknya bebas dalam mengemukakan idenya. Oleh karena itu, suatu hal yang memiliki keindahan dapat terwujud sebab semua didasarkan pada kebebasan pribadi untuk menciptakan sesuatu. Sehingga, seseorang dapat menjadi tuan dari dirinya sendiri. Albert Camus menyatakan  suatu keindahan atau puisi itu sebagai dasar kebebasan tersendiri. Hal itu terdapat pada kutipan berikut:
"Ini berarti keindahan tidak pernah memperbudak siapa pun. Dan selama beribu-ribu tahun, setiap hari, setiap detik, seni [Puisi] bahkan meringankan penderitaan berjuta-juta manusia dan seringkali membebaskan sebagian umat manusia dari penderitaan untuk selama-lamanya."

Puisi "1979" karya Sutardji Calzoum Bachri merupakan puisi yang mengandung nilai-nilai kehidupan hingga nilai-nilai filsafat eksistensialisme-absurdisme. Nilai-nilai ini tentunya dapat dijadikan pembelajaran hidup walaupun sebagian nilai-nilai tersebut agaknya kurang berkenan bagi sebagian orang. Tetapi, hal terpentingnya adalah untuk menjadikan nilai-nilai tersebut positif dan berdampak pada kehidupan pembaca.


Sumber:
Camus, Albert. 2013. Krisis Kebebasan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Sufyan, Muhammad. 2023. 21 Kumpulan Puisi Sutardji Calzoum Bachri. Dalam
Https://Jatim.Beritabaru.Co/21-Kumpulan-Puisi-Sutardji-Calzoum-Bachri/ (Diakses Pada
4 Desember 2023).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun