[caption id="" align="aligncenter" width="678" caption="Sumber gambar: eastafro.com"][/caption]
Sejak dahulu, membeli emas dianggap sebagai salah satu cara efektif untuk melestarikan kekayaan. Bukan hanya karena kilaunya yang mempesona, pertumbuhan nilainya pun menjadi alasan di balik perburuan emas yang dilakukan oleh para pemilik modal. Oleh sebab pertumbuhannya yang signifikan, emas hampir selalu menjadi prioritas investor dalam berinvestasi. Selain itu, membeli emas pun kerap dijadikan ajang safe haven atau diversifikasi aset ketika pasar (market) sedang mengalami ketidakpastian (risk averse). Namun demikian, sebetulnya kapan sih waktu yang tepat untuk masuk ke pasar emas (baca: beli emas)?
Pada dasarnya, kapan pun kita memutuskan untuk membeli emas itu tidaklah menjadi persoalan, dikarenakan jika mengacu pada perkembangan yang ada, emas memiliki riwayat pergerakan (perkembangan harga) yang mendukung sehingga probabilitas dan kecenderungannya untuk terus bergerak naik sangatlah tinggi. Sebagai informasi, harga emas pada tahun 1980 berkisar Rp20.000/gr, dan sekarang mencapai Rp500.000/gr. Ini artinya, hanya dengan melakukan pengamatan kuantitatif pun kita sudah bisa menilai bagaimana performa emas dari waktu ke waktu.
Akan tetapi, untuk mendapatkan harga yang ideal dari emas yang akan dibeli, trader maupun investor tidak bisa mengesampingkan kajian atau pengamatan pasar yang ada. Kajian atau pengamatan yang lebih dikenal dengan analisa ini menjadi hal yang wajib dilakukan jika investor ingin mendapatkan pendapatan yang optimal atau bahkan maksimal. Bagaimana tidak, bahkan untuk mengetahui posisi yang ideal dan melakukan aksi beli pun investor terlebih dahulu harus melihat chart pergerakan harga emas dan setelah itu menganalisanya (baca ANALISA TEKNIKAL). Sedangkan untuk mengetahui kondisi makro yang/mungkin terjadi pada pasar emas itu sendiri, investor pun harus terus mengikuti perkembangan fundamental dari segala bidang yang mungkin saja mempengaruhi---baik secara langsung maupun tidak---pergerakan harga emas (baca ANALISA FUNDAMENTAL).
PS: Pembelian emas yang dimaksud di sini merupakan simplifikasi, tidak mempedulikan apakah itu 'beli' emas spot, perhiasan, ataupun online trading.
OUTLOOK EMAS
Sejak penutupan tahun 2011 hingga tulisan ini dibuat, harga emas telah mencatatkan penguatan sebesar 98 pips menjadi $1.642 per troy ons atau menguat sebesar 6,3%. Fakta tersebut menunjukkan bahwa emas masih menjadi pilihan para pelaku pasar global dalam melakukan investasi. Terlebih jika melihat pergerakan emas yang mampu rally dari level penutupan tahun 2011 (di kisaran $1.544,20 per troy ons) hingga mencapai level $1.783 per troy ons, yang mana level tersebut merupakan level harga tertinggi yang pernah dicapai selama kuartal pertama 2012.
Mengutip data selaras dari World Gold Council (WGC), dalam laporannya dijelaskan bahwa permintaan emas sepanjang tahun 2011 mengalami peningkatan 0,4% (YoY) dengan volume total melebihi 4.067 ton. Tingkat permintaan tersebut sekaligus tercatat sebagai tingkat permintaan tertinggi sejak tahun 1997, yang berarti pula permintaan akan emas masih berada di teritori positif alias trend naik. Sebagai tambahan, dari peningkatan permintaan yang terjadi tersebut, presentase peningkatan terbesar datang dari permintaan emas batangan dan koin yang memberi kontribusi hingga 24% dibanding tahun sebelumnya menjadi 1.486,7 ton. Lalu, WGC pun mencatat peningkatan permintaan emas untuk keperluan investasi sebesar 5% dari tahun sebelumnya menjadi 1.640,7 ton.
Data lain yang juga mendukung adalah laporan WGC tentang penurunan tingkat pasokan emas sebesar 4% menjadi 3.994 ton di tahun 2011. Lalu kenaikan pun terlihat pada tingkat produksi emas dari pertambangan, yaitu sebesar 4% dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk tingkat suplai (supply) emas mengalami penurunan 2% hingga menjadi 1.612 ton. Jika kita kaitkan keadaan seperti ini dengan teori ekonomi (suplai turun dan permintaan naik), selazimnya emas akan mengalami kenaikan harga.
Aksi yang dilakukan sejumlah bank sentral beberapa negara juga sepertinya akan menopang peningkatan harga emas di masa mendatang. Federal Reserve (The Fed) misalnya, bank sentral AS ini secara resmi mengumumkan akan mempertahankan tingkat bunga rendah hingga akhir 2014 serta membuka peluang untuk berbagai langkah pelonggaran kuantitatif ketiga. Diikuti European Central Bank (ECB) yang juga melakukan pelonggaran likuiditas dan berencana memangkas tingkat suku bunga bank (interest rate) kawasan tersebut. Selain itu, langkah yang sama pun diambil oleh Bank of England (BoE) yang melakukan pelonggaran likuiditas perbankan serta melakukan penambahan nilai aset hingga mencapai 50 miliar poundsterling. Langkah-langkah yang diambil beberapa bank sentral tersebut identik dengan melimpahnya dana dengan biaya murah, yang tentunya akan dimanfaatkan oleh para pelaku pasar global untuk membeli atau berinvestasi pada instrumen yang mampu memberikan imbal hasil tinggi seperti emas.
Namun di balik itu semua, nampaknya emas pun tidak serta merta terbebas dari pengaruh krisis yang melanda kawasan eropa belakangan ini. Perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang disebabkan krisis tersebut sedikit banyak menahan laju pertumbuhan emas. Hal ini bisa dilihat dari pergerakan emas yang hanya terkonsolidasi di kisaran sempit ($1.630 - $1.700an) dalam kurun waktu yang cukup lama.