Bila dilihat dari sisi fundamental dan psikologisnya, krisis yang melanda zona eropa sudah tentu akan membuat pelaku pasar global pesimis terhadap perekonomian kawasan itu. Krisis yang diawali dengan memburuknya perekonomian Irlandia, kemudian disusul Yunani, Portugal, Italia, bahkan Spanyol ini akan melemahkan daya ekonomi masing-masing negara yang berujung pada melemahnya daya beli Eropa sebagai kawasan yang menaungi beberapa negara anggota termasuk negara-negara yang tadi disebutkan. Pelemahan ekonomi seperti ini seringkali dipicu oleh pelemahan nilai tukar mata uang yang disebabkan arus modal / dana yang seharusnya masuk untuk menopang pertumbuhan ekonomi justru "lari" keluar dan menjauh karena aksi menghindari resiko (risk avoid) oleh investor.
Timbul pertanyaan, kemana selanjutnya dana tersebut? Seperti yang sudah-sudah---dan masih kaitannya dengan faktor psikologis, investor akan mengalihkan dananya ke negara yang dinilainya memiliki kondisi perekonomian yang lebih stabil. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk mengamankan aset mereka dari keterpurukan suatu negara atau kawasan yang dilanda krisis.
Dalam kasus ini, investor nampaknya lebih senang untuk melirik Amerika Serikat (AS) dan dolarnya sebagai safe haven ketimbang emas. Alasannya adalah perilisan data-data ekonomi AS yang terus mengarah ke arah yang positif belakangan ini, seperti penurunan tingkat pengangguran, data ketenagakerjaan dan iklim bisnis yang membaik, dll. Wajar saja jika hal ini kemudian membuat laju pertumbuhan emas sedikit meredup, karena pada dasarnya emas dan dolar memiliki korelasi negatif satu sama lainnya. (Menyangkut hal ini, selengkapnya silahkan baca KORELASI FOREX & KOMODITAS).
Namun demikian, AS pun sebetulnya masih belum terlepas dari beberapa masalah yang melanda negeri adi daya tersebut. Seperti isu hutang misalnya. Hutang AS yang mencapai 95% dari total PDB-nya hampir---bahkan---dipastikan mustahil untuk terbayarkan, kecuali negara tersebut mengalami mati suri alias tidak melakukan kegiatan ekonomi apapun selama satu tahun. Isu lain yang berpotensi mengganggu stabilitas perekonomian AS yakni ketegangan politik di Timur Tengah. Konflik antara AS dan Iran menjadi contoh empiris dalam hal ini. Ketegangan yang ada belakangan terbukti dapat membuat harga minyak melonjak. Jika isu-isu ini kembali mencuat, dapat dipastikan investor akan sesegera mungkin menyelamatkan dana mereka ke instrumen yang dapat tetap memberikan kontribusi profit di tengah ketidakpastian pasar yang terjadi, seperti emas.
STUDI TEKNIKAL EMAS
Jika mengacu pada chart, pergerakan emas secara jelas masih didominasi trend bullish (up-trend) dan sama sekali tidak menemui perlawanan yang berarti dari trend bearish (down trend). Meredupnya emas dinilai wajar dan hanya sebagai korektif sehat sebagai bentuk dari dinamika pasar yang sebenarnya. Gambar 1. menunjukkan kondisi aktual yang terjadi pada pergerakan harga emas.
[caption id="attachment_471" align="aligncenter" width="624" caption="Gambar 1. Grafik pergerakan emas mingguan (weekly charts)."]
Berdasarkan analisa grafik di atas, pergerakan harga emas memiliki kecenderungan untuk terus bergerak naik yang sangat tinggi. Hal ini dapat kita lihat dari tertahannya harga yang berulang kali ketika menyentuh atau mendekati garis putih yang dikenal sebagai garis trend (trendline). Sebagaimana yang diketahui, trendline selain untuk menunjukkan kecenderungan pergerakan harga, ia pun dapat menjadi batas tahanan yang sangat penting untuk kelanjutan pergerakan harga selanjutnya (silahkan baca SUPPORT & RESISTANCE).
Melihat kondisi teknikal yang seperti ini, rasanya emas memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk terus bergerak naik dalam beberapa minggu ke depan. Penurunan yang terjadi belakangan ini bisa kita jadikan momentum untuk mulai masuk secara perlahan ke pasar. Batasan-batasan yang ada pun bisa kita jadikan sebagai pemandu dan penentu langkah yang selanjutnya akan diambil.
Dalam hal ini, emas yang bertengger di level $1642 per troy ons memiliki potensi untuk bergerak naik dan turun yang sama kuat. Pergerakan turun akan membawa emas pada trendline sebagai level tahanan terdekat. Jika trendline tertembus maka emas akan menguji level $1564 per troy ons sebagai penahan bawah atau dikenal sebagai support. Namun jika ternyata emas kembali tertahan trendline, potensi untuk memantul hingga level $1758 per troy ons sangatlah besar, walaupun dalam perjalanannya mungkin akan diwarnai fluktuasi. Level $1758 disebut sebagai level 'penahan atas' atau resistance, yang jika tertembus emas akan menuju target selanjutnya di level $1800 per troy ons. Selanjutnya jika level $1800 pun berhasil ditembus, yang akan menjadi target pergerakan emas selanjutnya adalah level $1881, yang merupakan level penutupan tertinggi yang pernah dicatat emas dalam sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H