Kebersamaan, pencitraanku terhadap keluargamu, hingga cafe andalan yang biasa menjamu kita menjadi modal bahwa kita telah menjadi sepasang kekasih. Aku mengatakan cinta, dan kau membalasnya. Aku rasa kamu sangat tulus. Tidak ada drama. Aku pun tidak menaruh curiga. Bahwa kita lebih dari teman biasa.
Di bangku paling belakang, aku memantapkannya. Aku mengungkap semua. Namun, kata pembuka "maaf"membuat hatiku terkoyak. Kamu seperti fatamorgana, aku kecewa. Tapi aku mencium ketulusanmu. Kamu pasti menyayangiku lebih dari teman.
"Ahh.. lama-kelamaan dia juga bakal menerimaku." pikirku.
Semua berjalan seperti biasa. Sampai akhirnya, kini aku hidup dengan bayang-bayangmu. Salahmu!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!