Sidat (Anguila rostrata) merupakan komoditas yang memiliki nilai jual tinggi yang memiliki bentuk tubuh seperti belut, di pasar internasional ikan sidat ini disandingkan dengan ikan salmon dan ikan-ikan premium lainnya.
Saat ini konsumen ikan sidat masih didominasi oleh negara-negara maju seperti Jepang, Korea, Cina, Hong Kong, Jerman, Italia, dan Amerika, sehingga ikan sidat ini menjadi potensi komoditas ekspor yang sangat menjanjikan bagi Indonesia, karena eksploitasi berlebihan terhadap ikan sidat di negara-negara tersebut menyebabkan ikan ini sukar untuk didapatkan.
Peluang ini disadari betul oleh Bapak Angga Kurniawan beserta rekan-rekannya untuk mendirikan PT Laju Banyu Semesta (LABAS), perusahaan yang bergerak untuk membudidayakan ikan sidat ini. Perusahaan yang berdiri diawal tahun 2011 ini bertempat di Kampung Cipicung, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.Â
Di awal berdirinya perusahaan ini hanya fokus kepada riset pembudidayaan ikan sidat dan pendidikan sumber daya manusia. Hingga saat ini PT LABAS bisa menghasilkan produk ikan sidat dengan kualitas ekspor dengan harga yang cukup tinggi yaitu Rp 200.000-300.000/kg untuk ikan sidat yang masih hidup, dan Rp 500.000/kg untuk ikan sidat olahan.
Tidak hanya itu, perusahaan ini juga mengembangkan jaringan penangkapan ikan hingga turut memberdayakan masyarakat sekitar khususnya kecamatan pamijahan dengan membuka lapangan pekerjaan, melakukan pelatihan budidaya hingga ke penebaran benih ikan sidat agar masyarakat turut membantu membudidayakan komoditas yang menjanjikan ini.
"Kita melihat potensi sidat ini sangat luar biasa sebenarnya" ujar Larry (30), salah satu mitra dari PT LIBAS, "Orang indonesia harusnya bisa memanfaatkan (ikan sidat) ini, karena dari 17 spesies ikan sidat 6 diantaranya ada di Indonesia" sambungnya.Â
Selain biodiversitas ikan sidat yang dimiliki indonesia cukup banyak ikan sidat juga memiliki kandungan Vitamin A sebesar 15.000 IU/100g yang artinya melebihi ikan salmon yang memiliki kandungan Vitamin A sebesar 1 IU/100g. Hanya saja ketersediaan ikan sidat yang masih susah dijangkau, cara budidaya yang tidak mudah dan awamnya masyarakat terhadap ikan ini menjadi beberapa faktor penghambat bagi PT LABAS ini untuk memaksimalkan potensi yang luar biasa ini.
"Dulu masyarakat masih menyebut ikan (sidat) ini sebagai ikan mistis, bahkan di Sulawesi ada larangan untuk mengkonsumsinya karena alasan sakral" ujar Ghiyast (19), salah satu staff PT LABAS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H