Meskipun tantangan besar dihadapi, masyarakat di Kalimantan Selatan memiliki kearifan lokal yang erat kaitannya dengan pengelolaan lahan basah secara berkelanjutan. Di daerah Barito Kuala dan Tanah Laut, misalnya, masyarakat telah lama mengembangkan sistem irigasi tradisional yang memanfaatkan lahan basah untuk kebutuhan pertanian dan perikanan. Sistem kanal yang dibangun untuk mengalirkan air dari sungai ke sawah menunjukkan bagaimana masyarakat mengelola sumber daya air dengan bijaksana, tanpa merusak ekosistem lahan basah.
Kearifan lokal ini mencerminkan pemahaman mendalam tentang pentingnya menjaga kelestarian lahan basah sebagai sumber kehidupan. Oleh karena itu, sangat penting untuk melibatkan pengetahuan tradisional dalam pengelolaan dan konservasi lahan basah, agar manfaat jangka panjang dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Penutupan
Lahan basah merupakan ekosistem yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan alam. Fungsi-fungsinya yang beragam, mulai dari mengatur kualitas air hingga menyerap karbon dioksida, menjadikannya sangat vital bagi kelangsungan hidup di bumi. Namun, kerusakan lahan basah akibat aktivitas manusia dapat membawa dampak yang sangat besar terhadap ekosistem global.
Oleh karena itu, upaya konservasi lahan basah harus dilakukan secara serius dan melibatkan semua pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta. Kearifan lokal yang ada di Kalimantan Selatan dan daerah lainnya dapat menjadi fondasi untuk pengelolaan yang berkelanjutan, yang mengintegrasikan pengetahuan tradisional dan teknologi modern. Dengan menjaga kelestarian lahan basah, kita tidak hanya melindungi ekosistem ini, tetapi juga memastikan bahwa sumber daya alam yang ada dapat dinikmati oleh generasi-generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H