Mohon tunggu...
Aldian Farabi
Aldian Farabi Mohon Tunggu... -

"..., Ini kata awal untuk membuat sebuah perubahan dalam dirimu, aku, keluarga, sahabat, agama, bangsa, dan dunia, 'berpikirlah yang tidak seperti biasanya', bukan berarti harus merubah sistem, tapi memperbaiki dengan mencoba hal yang baru, apakah itu salah? Hanya usaha yang dapat menjawabnya, melawan meski tertawan."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surat dari Aufflanger kepada Bung Agus

7 Juli 2010   08:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:02 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kepada:

Saudaraku Bung Agus

Di Nusantara

Sekitar sebulan yang lalu aku melihat tontonan di pelbagai stasiun televisi swasta di Negaramu. Semuanya menayangkan tontonan yang agaknya menggelikan. Ya, tepatnya tanggal 28 Januari 2010. Saat itu, banyak hal yang mengotori jalanan tempatku dulu singgah. Mulai dari pelajar, preman, petani biasa, bahkan kerbau pun ikut-ikutan. Awalnya, kupikir itu hanyalah sebuah pawai biasa. Romannya, berubah menjadi sihir yang membuatku tak tahan ingin tertawa.

Mungkin bukan pertama kalinya aku melihat hal yang seperti ini. Tapi, kurasa ini yang terparah. Pikir saja, seorang pemimpin negara yang sedang krisis sepertimu malah dijatuhkan. Wah, ini hebat kawan. Di saat negara butuh uluran tangan, malah menyeret kaki dengan beranjak menjauh, kemudian datang lagi dengan melempar sebuah terompah. Hebat!!! Aku antusias dengan negaramu.

Bung, apalah arti model demokrasi jika kau justru meracuni. Apalah guna seorang pemimpin jika kau menginjaknya. Dan, apalah guna kau mengkritisi jika tidak tahu caranya. Aku tidak kasihan kepada pemimpinmu, toh itu negaramu. Yang aku kasihani adalah bagaimana malunya negaramu dihadapan kami. Begitu teganya Si Buya berkeliaran di jalan umum. Begitu kontrasnya kalian memberi perlawanan. Hah, tapi ya sudahlah, ini semua urusan kalian.

Dulu aku belajar kepadamu cara menghormati orang yang lebih tua, menyayangi antar sesama, mendukung tetua sesuai track-nya, hingga sadar bahwa mencekik orang dari belakang itu salah. Namun, aku sarankan justru Kau harus berguru kembali kepadaku. Bukankah model perubahan itu tidak hanya berakar pada sistemnya? Tapi juga pada jaringannya.

Bung, aku tak ingin banyak bercekcok lagi masalah ini. Karena aku bukan pendukung siapa pun itu. Aku hanya ingin membantu kawanku yang sedang sekarat. Hingga suatu saat, ketika kudatang, Nusantara itu jauh lebih baik dari apa yang kulihat dalam bejana gelap ini. Sampaikan salamku pada ibu Pertiwi, sebelum kudengar ajalnya menghampiri.

ttd.

Aufflanger

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun