3. Mobilitas dan Taktik Gerilya: Pasukan Muslim di bawah Umar menggunakan taktik gerilya dan mobilitas yang tinggi, memanfaatkan medan yang sulit dan membingungkan pasukan musuh yang lebih besar.
4. Pemimpin yang Adil dan Bijaksana: Umar dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Penduduk yang ditaklukkan seringkali diberikan hak-hak tertentu dan diizinkan untuk menjalankan urusan internal mereka, yang meminimalkan ketegangan setelah penaklukan.
5. Strategi Diplomatik: Umar tidak hanya mengandalkan kekuatan militer, tetapi juga menggunakan diplomasi untuk mencapai tujuannya. Pembebasan wilayah seringkali melibatkan perundingan dan perjanjian dengan pihak-pihak tertentu.
6. Pendorong Agama dan Semangat Keislaman: Pasukan Muslim dipotensialkan oleh semangat keislaman dan keyakinan mereka dalam melaksanakan perintah agama. Ini memberikan motivasi tambahan dalam perang jihad untuk menyebarkan Islam.
7. Integrasi Administratif Pasca-Penaklukan: Setelah berhasil menaklukkan wilayah, Umar fokus pada integrasi administratif untuk memastikan stabilitas dan kesejahteraan di wilayah yang baru ditaklukkan
 Kesimpulan dari strategi umar bin khattab dalam pembebasan Persia dan romawi
Ketangguhan strategi Umar bin Khattab dalam pembebasan Persia dan Romawi tidak hanya mencerminkan kecerdasan militer, tetapi juga pemahaman mendalam tentang politik dan keadaan sosial. Keberhasilannya membentuk dasar kekhalifahan Islam yang luas, menciptakan warisan kepemimpinan yang memotivasi dan menginspirasi generasi setelahnya.
Sumber:
Faridh, Tri Ahmad. "Praktik Kepemimpinan Tranformasional Dalam Organisasi Islam (Studi Tentang Kepemimpinan Umar Bin Khattab Dalam Peristiwa Pembebasan Ibukota Persia--Madain)." Realita: Jurnal Penelitian dan Kebudayaan Islam 19.2 (2021).Â
Murrad, Mustafa. Kisah Hidup Umar ibn Khattab. Serambi Ilmu Semesta, 2009.Â
Lubis, Sopian. "Pemikiran pendidikan islam khalifah umar bin khattab." Murabbi 3.2 (2020).Â