4. Baik Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Aliran ini menganggap sebuah tindakan sebagai baik jika tindakan tersebut memiliki manfaat. Dengan kata lain, standar penilaian tindakan ini terletak pada tingkat kegunaannya. Apabila penilaian tersebut berlaku untuk seseorang, hal itu disebut sebagai penilaian individu, sementara jika penilaian tersebut berlaku untuk seluruh masyarakat, itu disebut sebagai penilaian sosial. Saat ini, aliran utilitarianisme menarik banyak perhatian, terutama karena kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengikuti konsep kemanfaatan sebagaimana yang diajukan oleh paham utilitarianisme. Namun, paham ini cenderung lebih mempertimbangkan manfaat dari sudut pandang materialistik, dengan mengesampingkan faktor-faktor yang tidak bersifat materi.
Sebagai ilustrasi, seringkali orang tua yang telah mencapai usia tua tidak selalu mendapat penghargaan karena dianggap tidak lagi memberikan kontribusi yang berarti secara materi. Padahal, orang tua lanjut usia masih memiliki nilai dengan memberikan nasihat-nasihat mereka, serta memberikan dorongan moral berdasarkan pengalaman hidup yang mereka miliki. Selain itu, pandangan utilitarianisme ini juga memungkinkan tindakan atau penggunaan apapun yang dianggap bermanfaat, bahkan jika itu melibatkan perbuatan seperti mencemarkan nama baik, berbohong, memaksa, dan sebagainya, selama tindakan tersebut dianggap dapat memberikan manfaat.Â
Paham utilitarianisme memiliki beberapa kekurangan yang dipertentangkan dengan alasan sebagai berikut:
a) Pendekatan ini memerlukan penghitungan yang rumit untuk menilai kebaikan dan keburukan suatu tindakan dengan mempertimbangkan semua kepuasan dan penderitaan yang dirasakan oleh setiap makhluk yang terlibat dalam tindakan tersebut.
b) Konsep kebahagiaan umum dalam utilitarianisme bersifat fleksibel dan tidak memiliki batasan yang jelas, sehingga menimbulkan banyak perdebatan dalam menentukan apakah suatu tindakan dianggap baik atau buruk.
c) Paham ini dianggap dapat membuat manusia menjadi kurang empati atau dingin dalam tindakan mereka, karena mereka mungkin lebih fokus pada pencapaian kebahagiaan secara keseluruhan daripada mempertimbangkan nilai-nilai moral atau etika.
d) Konsep bahwa tujuan utama dalam kehidupan adalah mencapai kesenangan dan menghindari penderitaan dianggap merendahkan derajat manusia dan lebih sesuai untuk hewan, bukan manusia.
5. Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme
Pandangan ini menafsirkan kebaikan sebagai bentuk kekuatan yang terdapat dalam diri manusia. Aliran ini menyatakan bahwa kebaikan adalah kemampuan untuk mengalahkan individu yang lebih lemah. Konsep ini menunjukkan persamaan dengan hukum rimba, di mana yang kuat adalah yang berhasil, dan pemenang dianggap sebagai yang baik. Pemikiran semacam ini sering digunakan oleh penguasa di masa lalu, yang menghasilkan kekuasaan-kekuasaan politik seperti feodalisme, kolonialisme, pemerintahan otoriter, dan tirani. Kekuatankekuatan ini menjadi lambang dalam masyarakat dengan pengaruh yang signifikan. Penguasa yang memiliki kekuatan ini seringkali memiliki otoritas yang kuat sehingga tindakan dan pernyataannya dianggap sebagai pedoman bagi masyarakat. Namun, dalam zaman modern ini, pandangan dalam aliran ini telah kehilangan relevansinya. Masyarakat saat ini telah mengadopsi pandangan demokratis sebagai dampak dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
6. Baik Buruk Menurut Paham Religiosisme