Mohon tunggu...
Aldhari Fihesa
Aldhari Fihesa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh

Just Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Jajanan Hits terhadap Kesehatan di Indonesia

8 April 2022   01:27 Diperbarui: 8 April 2022   01:32 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Makanan Jajanan adalah jenis makanan makanan yang dijual, di pinggir jalan, di stasiun, di pasar, di daerah pemukiman dan lokasi serupa (Winarno, 1997). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap saji.Makan makanan untuk dijual kepada umum selain yang disajikan oleh jasa katering,restoran,dan hotel.

Kebiasaan makanan di Indonesia adalah makan utama dua atau tiga kali dengan snack yang disajikan di antaranya. Sarapan biasanya pukul 07.00, selingan pukul 10.00 hingga 11.00, makan siang pukul 12.00, selingan pukul 16.00 hingga 17.00 dan makan malam pukul 19.00. Camilan di antara waktu makan utama dianjurkan untuk anak-anak karena 2 hingga 3 jam setelah makan, nutrisi dalam makanan akan berkurang sehingga aktivitas tubuh berkurang. Agar makanan jajanan berfungsi untuk menggantikan zat gizi yang berkurang, maka jajanan yang dikonsumsi harus bergizi baik dan memiliki kalori minimal 150-200 serta protein yang cukup dan kebersihannya harus dijaga (Tarwotjo, 1998).

Menurut Widyakarya Pangan dan Gizi Nasional (2004), jenis jajanan dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu makanan jajanan berupa jajanan, misalnya lontong, pisang goreng, kue putu, kue bugis dan sebagainya. Jajanan dengan porsi (menu utama), seperti pecal, mie bakso, nasi goreng, mie goreng, mie rebus dan lain sebagainya. Dan makanan ringan berupa minuman, seperti es krim, es campur, jus buah dan sebagainya. Selain itu, penjual dan penjaja makanan jajanan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, termasuk penjaja diam, yaitu makanan yang dijual sepanjang hari di warung-warung yang lokasinya tetap di satu tempat. Pedagang setengah diam, yaitu mereka yang berjualan dengan cara menetap di suatu tempat pada waktu-waktu tertentu. Dan saudagar keliling, orang yang berjualan dan tidak memiliki tempat tertentu.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pasal 942/MENKES/SK/VII/2003, Pasal 2 menyebutkan bahwa pelanggan  jajanan merupakan orang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan makanan dan perlengkapannya, mulai dari memasak hingga membersihkan dan mengolahnya. Transportasi ke tahap penyajian. Pelanggan makanan jajanan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut dalam melakukan kegiatan pelayanan penanganan makanan jajanan: Tidak menderita penyakit menular seperti batuk, pilek, flu, diare dan sakit perut. Luka tertutup (bila terjadi luka terbuka/borok atau luka lainnya); menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian. Kenakan celemek dan topi serta cuci tangan anda setiap kali anda menangani makanan. Anda harus menggunakan alat/peralatan atau bantalan tangan untuk menyentuh makanan. Jangan menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut dan bagian lainnya) saat merokok. Jangan batuk atau bersin di depan jajanan yang disediakan atau tanpa penutup mulut atau hidung. Pasal 9 juga menyatakan bahwa makanan jajanan yang dijual harus dibungkus atau ditutup. Pembungkus yang digunakan atau penutup makanan jajanan harus bersih dan tidak mencemari makanan.

Peran jajanan mulai mendapat perhatian internasional, yang banyak menarik perhatian kajian dan pengembangan jajanan. Peran jajanan sebagai penyumbang gizi dalam menu sehari-hari tidak bisa dikesampingkan. Jajanan memiliki fungsi sosial ekonomi yang penting, dalam arti perkembangan jajanan dapat meningkatkan status sosial ekonomi pedagang. Selain itu, makanan jajanan memberikan kontribusi gizi yang nyata bagi konsumen tertentu (Persagi, 1992).

Namun terlalu sering mengkonsumsi jajanan akan berdampak negatif antara lain nafsu makan menurun, makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit, dapat menyebabkan kegemukan pada anak, malnutrisi karena kandungan gizi jajanan tidak terjamin dan boros. Permen yang menjadi favorit anak-anak bukanlah sumber energi yang baik karena hanya mengandung karbohidrat. Terlalu sering mengonsumsi makanan manis dapat menyebabkan masalah kesehatan (Irianto, 2007). Kebanyakan jajanan hits yang ditawarkan mengandung bahan-bahan berbahaya seperti bahan pengawet, pewarna dan pemanis buatan yang akan memicu berbagai pernyakit, yang bisa muncul dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain kebutuhan sandang dan pangan. Pangan selain mengandung nilai gizi juga merupakan media perkembangbiakan mikroba atau kuman penyakit, terutama pangan yang mudah rusak yang mengandung kadar air dan nilai protein yang tinggi. Kemungkinan lain adalah masuknya atau adanya bahan berbahaya seperti bahan kimia, residu pestisida dan bahan lain seperti debu, tanah, rambut manusia dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia (Depkes RI, 2004). Ketersediaan dan keamanan pangan merupakan hak asasi manusia. Saat ini, masalah ini menjadi perhatian global karena ratusan juta orang dilaporkan menderita penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan (Hamida, 2012).

Salah satu kelompok masyarakat yang sering mengalami masalah keracunan makanan adalah anak sekolah. Jajanan anak sekolah terkena kontaminasi biologis atau kimia dan dapat memiliki implikasi kesehatan jangka pendek dan jangka panjang. Berdasarkan data Kasus Anomali Jajanan Anak Sekolah (KLB) 2004-2006, kelompok siswa sekolah dasar paling sering mengalami keracunan makanan. Survei BPOM tahun 2004 menunjukkan bahwa 60% jajanan sekolah tidak memenuhi standar mutu dan keamanan. Survei BPOM tahun 2007 membuktikan bahwa 45% jajanan sekolah adalah jajanan berbahaya (BPOM, 2009). Menurut Irianto (2007) avenue meal adalah makanan yang biasa ditemui di pinggir jalan yang ditawarkan dalam berbagai bentuk, warna, rasa dan ukuran sehingga menarik minat dan hobi masyarakat untuk berbelanja. Bahan makanan ringan memainkan fungsi penting dalam memberikan kekuatan dan vitamin yang berbeda untuk anak-anak usia sekolah. Konsumsi jajanan untuk anak sekolah perlu diperhatikan karena kesibukan anak yang berlebihan.

Konsumsi jajanan pada anak diperkirakan akan memberikan kontribusi tenaga dan berbagai vitamin yang mungkin bermanfaat bagi tumbuh kembang anak (Sutardji, 2007). Menurut pakar kebugaran, jajanan untuk anak harus memiliki komposisi makanan yang luar biasa dan seimbang. Selain itu, juga tidak lagi mengandung bahan pengawet, pewarna sintetis dan bahan tambahan yang tidak diperlukan, misalnya; pada bumbu spotaneous. Masih diperkenalkan dengan kebersihan dalam pengolahan dan kebersihan bahan. Ciri-ciri jajanan sehat meliputi jajanan yang tidak berwarna mencolok, kurang asam-asam-gurih, dikemas dalam kemasan plastik aman (bahan polietilen (PE) dan polipropilen (PP) yang mungkin bening/tidak keruh lagi) dan ciri izin dari BPOM. Penting juga untuk mengetahui komposisi bahan-bahannya. Kebersihan pengolahan kain juga perlu diperhatikan, (Yulia, 2013). Bahan jajanan merupakan ancaman kesehatan karena pengelolaannya yang sering tidak higienis yang memungkinkan terjadinya infeksi dengan bantuan penggunaan mikroba beracun dan penggunaan bahan tambahan makanan (BTP) yang tidak diperbolehkan (Mudjajanto, 2006).
Makanan jajanan mengandung banyak risiko, kotoran dan lalat yang hinggap pada makanan yang tidak diselimuti dapat menyebabkan penyakit, khususnya pada sistem pencernaan kita. Belum lagi jika pengiriman air terbatas, maka peralatan yang digunakan seperti sendok, garpu, gelas dan piring tidak dicuci bersih. Hal ini sering membuat orang yang memakannya dapat terserang oleh berbagai penyakit seperti disentri, tifus atau penyakit perut lainnya (Irianto, K, 2007). Menurut Irianto, P (2007) terlalu teratur dan membuat ketergantungan konsumsi jajan bisa berakibat buruk. Dengan memahami ciri-ciri jajanan berbahaya dan risiko jajanan berbahaya, Kita berharap ayah dan ibu bisa mendidik anak-anak mereka agar mengurangi jajanan berbahaya.Atau ayah dan ibu bisa membuat bekal untuk anak-anaknya, agar makanan yang masuk ke dalam tubuh anak teruji lancar dan sehat.

Dapat kita ambil kesimpulan bahwa Makanan adalah merupakan suatu keperluan fisiologi yang mesti dipenuhi untuk kehidupan. Pengambilan makanan yang tidak seimbang atau tabiat pemakanan yang tidak sihat boleh menyebabkan seseorang itu berhadapan dengan risiko berbagai jenis penyakit. Akan tetapi perlu difahami, bahwa makanan bukanlah merupakan faktor tunggal yang boleh menyebabkan kemudaratan atau boleh mendatangkan penyakit. Ini karena penyakit mungkin boleh disebabkan oleh berbagai-bagai faktor seperti kuman, jangkitan dan tekanan emosi. Kajian menunjukkan bahwa kadar kematian yang disebabkan oleh penyakit kronik di kalangan masyarakat masa kini adalah berpunca daripada kandungan makanan itu sendiri seperti kandungan lemak, gula dan garam dan bukannya dari aditif makanan apabila makanan ini dimakan tanpa kawalan. Oleh yang demikian, seseorang itu perlu teliti dalam hal-hal yang berkaitan dengan makanan dan pemakanan agar makanan yang diambil tidak mendatangkan kemudaratan pada diri,ada dari sudut fisikal, mental, spiritual dan seterusnya terhadap pembentukan sifat-sifat mulia kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun