Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tukang Bakso (Komoditi Politik), Antara Megawati dan Anies

27 Juni 2022   06:59 Diperbarui: 27 Juni 2022   07:20 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anies Baswedan, tak ada hujan tak ada angin, tiba-tiba mengundang makan malam elemen masyarakat termasuk tukang bakso. Anies yang tak pernah bicara wong cilik dan dalam masa jabatannya selama lima tahun yang akan berakhir Oktober 2022 ini tiba-tiba mengundang tukang bakso. Ada apa?

Apakah menjamu makan tukang bakso gaya Anies ini ingin menyindir Megawati dan PDIP? Ingin membuat lelucon baru tentang tukang bakso? Kenapa di ujung masa jabatan menjamu tukang bakso? Apakah ingin membangun pencitraan sebagai kontra komunikasi politik terhadap Megawati dan PDIP? Memang uusan memanfatkan peluang komunikasi seperti ini , Anies memang lihai.

Kenapa tidak dalam masa jabatannya yang hampir berakhir baru menjamu tukang bakso? Kenapa tidak di awal periodenya dan bisa membina tukang bakso? Apakah pernyataan Megawati yang menyinggung perasaan tukang bakso ingin dimanfaatkan Anies untuk mengambil hati tukang bakso?

Sangat naif, jika Megawati dan Anies menganggap tukang bakso ini menjadi komoditi politik yang dipermainkan menuju Pilpres 2024. Tukang bakso tidak pernah menyusahkan Megawati dan Anies. Kenapa dijadikan komoditi politik? Itu memang hal biasa. Wong cilik atau rakyat itu dijadikan komoditi politik oleh para politisi dan elit pemerintahan.

Apakah dengan jamuan makan ala Anies serta merta menarik hati tukang bakso? Bisa ya, bisa tidak. Namun rakyat sekarang tidak sebodoh dalam anggapan para elit politik atau pejabat negara. Rakyat kita sudah banyak yang cerdas dan pintar. Tidak lagi semua bisa ditipu atau dibodoh-bodohi.

Malah rakyat yang dianggap  bodoh oleh politisi terkadang membodoh-bodohi para politisi. Pernah dalam satu pemilu, ada tiga orang Calon legislatif memberikan uang kepada satu orang tua. Semua meminta supaya nama Caleg tersebut ditusuk di bilik suara pemilu. Si orang tua pemilih menusuk tiga calon tersebut.

Apa akibatnya? Surat suara itu tidak sah dan tidak dihitung. Ketika orang tua itu bercerita bahwa dia menusuk nama tiga orang, anaknya mengatakan itu salah dan menjadikan surat suara itu tidak dihitung. Sang Pemilih  orang tua menjawab dengan enteng, mereka yang bodoh, kenapa memberikan saya uang, padahal mereka tahu lawannya juga sudah memberikan uang kepadaku, kutusuk saja biar aku tidak salah. Surat suara tidak sah, bukan urusanku, demikian sikap sang pemilih orang tua.

Nah, contoh pemilih diatas patut menjadi renungan bagi para elit politik seperti Megawati dan Anies. Rakyat itu bisa dianggap bodoh, namun kebodohannya bisa membodoh-bodohi politisi juga. Contoh di bilik suara itu menjadikan suarat suara tidak sah. Itu bukan sedikit. Lumayan banyak kejadiannya.

Nah, tukang bakso dalam Pemilu 2024 bisa juga nanti bertindak. Paguyuban tukang bakso sudah menyampaikan ketersinggungannya. Apakah elit PDIP yang mempertontonkan makan bakso di akhir Rakernas bisa menghapus ucapan Megawati dalam Rakernas? Apakah ini ingin mengesankan publik bahwa tidak ada niat melecehkan tukang bakso?

Perasaan tersinggung sudah terjadi, apakah makan bakso itu bisa mengobati? Kita tidak tahu, harus ditanya kepada tukang baksonya.

Lalu untuk Anies, apakah jamuan makan kepada tukang bakso bisa membangun citra sebagai orang yang dekat dengan tukang bakso hanya sekali jamuan makan di ujung periodenya? Kita tidak tahu juga, harus ditanyakan kepada tukang bakso yang diundang makan oleh Anies.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun