Gerindra ke Taufik, Doakanlah Anies, Kau Dipecat!
Gaya kepemimpinan Partai Gerindra jelas dan tegas. Satu komando. Tidak boleh ada pembelotan dari titah sang Ketum merangkap Ketua Dewan Pembina Gerindra. Taufik, kader dan menjabat Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta kena tembak langsung.
Awalnya, jabatan Wakil Ketua DPRD Jakarta yang dicopot. Disindir karena mau mengundurkan diri dari partai. Ujungnya dipecat dari Gerindra dan akan segera diproses Pergantian Antar Waktu (PAW).
Mungkin ada yang mengatakan, kok kejam amat sih? Apa sih salah dan dosa M. Taufik sampai pencopotan jabatan dan pemecatan dari partai dan anggota DPRD?
Inilah politik. Tidak ada kawan yang abadi. Yang ada adalah kepentingan yang abadi. Kawan bisa menjadi lawan, jika kepentingan berbeda. Lawan bisa menjadi kawan, jika kepentingan sama. Taufik sekarang menjadi lawan Gerindra. Kenapa?
Gerindra berada dalam genggaman Prabowo. Siapa capres dari Gerindra hanya ditentukan oleh Prabowo. Nah kesalahan Taufik adalah mendoakan Anies Baswedan menjadi presiden. Lha, Prabowo saja belum mengatakan capres dari Gerindra, kok Taufik berani mendoakan Anies menjadi calon presiden 2024?
Ini mungkin dianggap sepele. Tapi bagi Gerindra dan Prabowo? Itu adalah pembelotan dan indikasi tidak loyal. Apa nasib pembelot dan tidak loyal? Dalam sistem komando dan gaya kemiliteran, hanya satu kata, pecat. Wow.
Jadi pemecatan Taufik ini masalah prinsip. Taufik menyatakan akan mundur pada tanggal 22 Juni 2022 pada hari ulang tahun Jakarta. Namun Gerindra tidak mau menunggu pengunduran dirinya. Dipecat. Apa maksudnya? Taufik tidak di Gerindra, bukan karena mengundurkan diri atas kemauannya, namun dipecat atas kemauan Gerindra dan Prabowo.
Segitu amat? Makanya nasehat dalam dunia politik, jangan lawan kompeni. Siapapun yang melawan kompeni akan dihukum. Kompeni itu sebutan untuk Ketua Umum. Gerindra sepertinya tidak hanya menghukum Taufik, namun sekaligus mengingatkan semua kadernya untuk menjaga loyalitas dan jangan membelot.
Kekalahan Gerindra dan Prabowo Pileg dan Pilpres 2019 di DKI Jakarta diungkit dan dibuat sebagai salah satu pertimbangan dari pemecatan ini. Jika mencari alasan, pasti banyak. Desmond Mahesa, DPP Gerindra bahkan lebih ekstrim. Katanya bagus Taufik pindah partai, karena tidak berguna di Gerindra.
Padahal kalau diingat, banyak juga peran Taufik memenangkan Anies Sandi di Pilkada 2017 dan berbagai prestasi membesarkan Gerindra di Jakarta. Namun semua yang baik seakan hilang ditelan bumi karena satu kesalahan, berdoa untuk Anies menjadi presiden. Kemarau setahun hilang karena hujan sehari.
Pemecatan ini sudah diawali dengan pencopotannya sebagai Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta. Dilanjutkan pencopotan jabatan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta. Kini pemecatan dari Gerindra dan dilanjutkan dengan PAW. Paket komplit.
Apakah Gerindra tidak memperhitungkan kerugian akibat pemecatan ini? Apakah Taufik tidak akan membawa pendukung dan gerbongnya ke partai lain? Apakah tidak perlu menjaga ketenangan internal partai dalam rangka mendukung pencalonan Prabowo ke depan?
Itu hanyalah beberapa pertanyaan. Apapun alasannya, pembelot dan tidak loyal harus dihukum. Pecat. Tinggal Taufik sekarang. Apakah benar dia akan pindah ke Partai Nasdem. Sepertinya Partai Nasdem menyiapkan karpet merah bagi Taufik seperti yang disampaikan Bestari Barus.
Pemecatan Taufik menjadi sebuah peristiwa politik dalam sebuah partai yang akan mencalonkan Capres dari partainya. Sesungguhnya, semua ini sudah diduga dan diprediksi. Semoga Taufik bisa legowo menerimanya sebagai rsiko pilihan politik.
Mungkin Gerindra ingin menyampaikan pesan ke Taufik, Doakanlah Anies, kau dipecat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H