Jika kita meminta jadwal atau waktu untuk bertemu menteri, maka ada jawaban klasik dari menteri. Jika tidak dipanggil Presiden (RI-1) atau Wakil Presiden (RI-2). Bisa saja seorang menteri sudah konfirmasi hadir dalam satu pertemuan, entah seminar atau acara apapun, tiba-tiba tidak bisa hadir karena dipanggil ke istana oleh RI-1 maupun RI-2.
RI-1 dan RI-2 adalah atasan langsung daripada menteri. Sebagai bawahan, maka dia harus siap sedia menerima perintah dan panggilan ke istana dalam menjalankan tugas di kabinet pemerintahan.Â
Nah dalam lebaran hari pertama  tahun ini Menteri Pertahanan Prabowo hanya sowan ke presiden, tidak ikut ke wakil presiden. Bahkan Prabowo sowan ke Megawati, Ketua Umum PDIP yang juga mantan presiden dan wakil presiden  di Teuku Umar Jakarta. Padahal jarak antara Teuku Umar dengan Imam Bonjol kediaman Wakil Presiden hanyalah sejengkal atau hanya beberapa detik.
Kenapa Prabowo tidak sowan dan mohon doa ke Ma'ruf Amin? Demikian cuitan dan pertanyaan dari Fachri Hamzah, Wakil Ketua Umum Partai Gelora. Fahri mempertanyakan kenapa Parabowo tidak sowan dan minta doa ke wakil Presiden. Ada apa antara Prabowo dengan Ma'ruf Amin?
Yang lebih seru, Prabowo bahkan terbang ke Jombang menemui pimpinan Pondok pesantren Tebuireng. Sekaligus berkunjung ke makam Gus Dur, mantan presiden RI juga. Sepulang dari sana, Prabowo malah mengunjungi Gubernur Jawa Timur, Khofifah dan memuji gubernur tersebut.
Apakah Pimpinan Pondok pesantren Tebuireng dan Gubernur Jawa Timur lebih tinggi dan lebih penting bagi Prabowo daripa Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden? Ada apa? Apakah ada dendam politik dari Prabowo terhadap Ma'ruf Amin yang belum terhapus? Apakah doa restu dari Ma'ruf Amin tidak dibutuhkan untuk Pilpres 2024?
Mungkin saja. Masih segar ingatan kita bahwa pemilihan wakil presiden calon pasangan wapres Jokowi 2019 sangat dramatis dan menegangkan. Machfud MD yang sudah menunggu di suatu tempat yang dijanjikan sudah menunggu dengan sabar kedatangan Jokowi untuk mengumumkan pasangan Capres-cawapres di Pilpres 2019.Â
Penantian Mahfud tak berbalas kebaikan. Jokowi pergi ke tempat lain dan mengumumkan pasangannya adalah Ma'ruf Amin yang ketika itu menjabat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Kenapa Jokowi memilih Ma'ruf Amin, bukan Machfud? Tentu saja ada kalkulasi politik yang riil. Para pendukung Prabowo-Sandi, sebagian  adalah kaum radikalis yang menggunakan politik identitas. Dan salah satu kekuatan itu adalah gerakan pendukung yang menggunakan fatwa MUI sebagai alasan untuk tidak memilih Jokowi dan akan memilih Prabowo.
Strategi dan taktik Jokowi mengambil pimpinan MUI sebagai pasangan sebagai calon wakil presiden yang merupakan sumber fatwa yang melawannya sangat efektif.Â
Bagaimana pendukung Prabowo yang menggunakan fatwa MUI harus berhadapan dengan Ketua Umum MUI menjadi lawan? Apakah efektif fatwa MUI melawan Ketua Umum MUI?Â