Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paskah dan Semangat Mengampuni

1 April 2021   12:16 Diperbarui: 1 April 2021   12:24 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paskah dan Semangat  Mengampuni.

Minggu Palmarum kemarin, Gereja Katedral Makassar diledakkan bom bunuh diri. Kita geram. Kenapa menggunakan nama dan atas nama agama membom orang beragama dan tempat ibadah umat beragama? Kenapa tidak membom orang yang tidak beragama saja?

Bom bunuh diri yang membunuh pembom bunuh diri telah melukai para jemaat. Kejadian ini sudah terjadi berulangkali. Dulu sejak tahun 2000 berbagai gereja dibom. Seperti Gereja St Anna Duren Sawit Jakarta  dan Jemaat  HKBP Jatiwaringin. Selalu menelan korban.

Bagaimanakah kita menghadapi pengeboman ini? Haruskah kita balas dendam? Demikian terkadang pertanyaan untuk diri sendiri? Namun ajaran yang kita anut, tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan. Mengalahkan yang jahat harus dengan kebaikan. Bisakah kita melakukan ajaran itu dengan baik?

Itulah mungkin refleksi Paskah yang patut kita renungkan. Salah satu ucapan Yesus dari kayu salib di Golgota adalah, "Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Jika merujuk ucapan Yesus dari kayu Salib tersebut, maka kita sebagai pengikut seharusnya mengikuti.

Jika Yesus mau mengampuni orang yang menyalibkannya, bagaimana kita mengampuni orang yang menyakiti kita? Membom gereja kita, melukai umat kita? Inilah dilemma kita sebagai manusia yang masih kuat faktor kemanusiaan kita yang serba dendam dan sakit hati.

Mampukah kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita? Mampukah kita mengampuni orang yang melukai saudara seiman kita? Mampukah kita mengampuni orang yang menghancurkan gereja kita? Secara manusiawi memang kita kurang atau bahkan tidak mampu, jika hanya mengandalkan diri sendiri.

Disinilah kesulitan kita sendiri. Ketidakmampuan kita harus diletakkan kepada iman percaya kita. Kita serahkan kepada Allah Yang Maha Kuasa. Hanya Dia yang berhak membalaskan kejahatan dengan hukumanNya. Jangankan kita, Yesus sendiri juga berdoa di Getsemane dengan penyerahan kepada Allah. "Ya Bapa, jika mungkin, ambilkanlah cawan ini daripadaku. Tetapi jangan kehendakKu, kehendakMu jadilah."

Nah mungkin hal tersebut patut kita renungkan atau sebagai bahan refleksi dalam menghadapi pemboman gereja dan jatuhnya korban dari teman seiman dan warga gereja dimanapun. Terorisme dan radikalisme memang sesuatu yang harus kita hadapi. Doa harus kita kumandangkan agar para teroris ini bisa diampuni Tuhan, karena mungkin mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Kelak kita berharap, Tuhan menyadarkan mereka dan bertobat untuk melakukan kejahatan.

Tentu kita juga berharap banyak kepada pemerintah untuk melakukan upaya redakilisasi terhadap para teroris yang terpapar radikalisme. Dengan doa pengampunan kita dibarengi dengan deradialisasi dari pemerintah akan bisa mengubah para teroris menjadi baik dan bertobat. Semoga.

Salam Paskah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun