Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Resign, Undur Diri dan Risiko Sendiri

12 Maret 2021   08:16 Diperbarui: 12 Maret 2021   08:22 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Resign, mengundurkan diri dari sebuah pekerjaan adalah pilihan. Berbagai cara orang untuk mengundurkan diri. Mundur sendiri, dengan resiko tanggung sendiri. Ada pula yang mencari gara-gara supaya bisa diPHK dengan pesangon. Mengundurkan diri itu juga hak. Dengan alasan jenuh, bosan dan karir seakan buntu membuat pilihan mengundurkan diri sebagai jalan keluar. Itu sah-sah saja.

Namun seperti kata pepatah, pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Kisah seorang teman, seorang supir di perusahaan yang memilih mengundurkan diri. Mungkin terpengaruh dari hasil bacaan buku dan motivasi dari seminar kewirausahaan, dia dengan gagah berani menyampaikan ke isterinya, dia ingin mengundurkan diri dari kantornya.

Sang isteri bertanya, apa rencananya? Dia menjelaskan bahwa dia akan mengambil kredit mobil dan menjadi pengusaha sekaligus supir mobil grab. Demi semangat dan keinginan mandiri dan lepas dari jeratan karyawan seumur hidup, mereka memutuskan program tersebut. Kalkulasi berapa rencana pendapatan dan berapa angsuran mobil, maka pengunduran diri bisa diperetimbangkan. Namun harus lebih dulu mendapat surat keterangan dari kantor berapa gajinya perbulan untuk memenuhi syarat mengambil kredit dari perusahaan pembiayaan.

Pendek cerita, mobil kredit sudah ditangan, pengunduran diri sudah oke. Tanpa disangka tanpa dinyana, pandemi Covid-19 melanda, padahal usaha mandiri dengan mobil kreditan baru saja berjalan. Awalnya masih bisa bertahan. Namun semakin hari, pendapatan semakin berkurang, eh mulai keteter. Namanya baru coba-coba, kebutuhan hidup dan angsuran kredit mobil seakan berlomba dan meminta didahulukan. Akhirnya, mobil kreditan tak bisa dipertahankan dan kesulitan hidup sulit tak bisa diselesaikan.

Ternyata, mereka belum siap hidup dengan kondisi tersebut. Timbul penyesalan. Kenapa harus mengundurkan diri? Padahal pendapatan sebagai supir di perusahaan dengan masa kerja lama sudah lumayan. Dan sekarang penyesalan datang terlambat. Resiko pilihan mengundurkan diri itu harus ditanggung sendiri. Siapa suruh mengundurkan diri? Mimpi ingin menjadi wirausaha dan tidak menjadi karyawan seumur hidup.

Cerita teman supir diatas patut menjadi pertimbangan bagi siapapun yang ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya. Seringkali semangat untuk mengundurkan diri karena kejenuhan atau karir yang stagnan membuat orang berpikir pragmatis. Apalagi kalau ingin menjadi wirausaha.

Pola pikir dan pola kerja karyawan dengan wirausaha sangat berbeda. Supir di perusahaan besar dengan gaji yang lumayan berbeda dengan supir mobil online dengan mobil kredit yang harus diangsur tiap bulan. Kalau supir di perusahaan akan mendapatkan gaji dan tunjangan serta hak lainnya. Menjadi pemilik dan supir mobil online, biaya hidup dan angsuran kredit mobil harus ditanggung sendiri. Sudah sanggupkah menanggungnya?

Jika keadaan ekonomi membaik dan normal, mungkin tidak masalah. Namun ketika pandemi Covid-19 merajalela, semua kehidupan berubah. Tidak bisa memenuhi target untuk biaya hidup dan angsuran kredit mobil tiap bulan menjadi tantangan tersendiri.

Jika mau mengundurkan diri dari karyawan dan ingin menjadi wirausaha mandiri, sebaiknya dipersiapkan sedini mungkin. Misalnya cukup membeli mobil secara tunai, mungkin boleh mobil bekas dulu jauh lebih baik daripada harus menanggung angsuran kredit tiap bulan. Mengelola keuangan dan urusan lain harus dipersiapkan sedemikian rupa.

Ketika kita memilih menjadi wirausaha sendiri, maka segala resiko harus kita tanggung sendiri. Perlu persiapan dan perencanaan yang matang untuk menghindari resiko tersebut.

Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna. Bercita-cita menjadi wirausaha itu mulia. Tapi  tanpa persiapan matang akan melahirkan masalah dan harus ditanggung sendiri.

Berpikir, berencana, dan mempersiapkan diri terlebih dahulu sebelum resign jauh lebih baik daripada memutuskan resign secara terburu-buru, entah apapun alasannya. Semoga.

Salam hangat.

Aldentua Siringoringo.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun