SBY Not For Sale (Baca : Menjual), Moeldoko Mau Membeli?
Tak puas dengan sknerio victim atau playing victim dan mengedepankan anak yang sudah diplot menjadi Ketum PD, Ketua Majelis Tinggi harus turun langsung dan terjun bebas lagi. Bahasa-bahasa lembut sepertinya tidak cukup. Harus keras. Bahasa AHY yang menggantung tak menyebut nama dalam konprensi pers harus diperbaiki dan lebih keras. Menyebut nama. Moeldoko.
SBY menyebut Partai Demokrat Not For Sale, tidak untuk dijual, tetapi serangannya terhadap Moeldoko adalah tantangan atau menjual. Dalam bahasa preman terkenal istilah, pantang kita menjual, tetapi kalau dijual akan kita beli. Artinya pantang menantang, tetapi kalau ditantang, maka tantangan akan diladeni. Kalau tidak, kita dianggap pengecut atau tidak preman lagi.
Gaya dan penampilan Partai Demokrat akhir-akhir ini seakan sudah memasuki sebuah gaya baru. Menuding istana terlibat dalam pengambil alihan kepemimpinan Partai Demokrat.Â
Anak politik yang baru terjun ke politik dan menjadi Ketua Umum Partai Politik berani membuat surat ke istana, kepada Kepala Negara, simbol negara, meminta konfirmasi keterlibatan istana dalam pengambil alihan jabatan Ketua Umum Partai Demokrat. Urusan internal partai menyeret-nyeret istana dan kepala negara. Miris. Etika sudah hilang, rasa sungkan tak ada lagi. Menuding, menuduh dan meminta konfirmasi atas dugaan, tudingan dan tuduhan tersebut.
Kini, Ketua Majelis Tinggi turun tangan. Bahasa tidak lagi abstrak atau absurd. Tidak lagi memperdulikan resiko, yang penting hantam kromo. Head to head. Sebut nama, menantang dan menohok langsung ke Moeldoko. Wow!
Kini pertanyaannya, apakah Moeldoko akan membeli tantangan ini? Apakah akan didiamkan? Atau akan ada serangan balasan dengan diam tanpa terus terang? Atau akan dijawab dengan ajakan ngopi-ngopi gaya Moeldoko? Toh beliau juga yang melantik Moeldoko menjadi Panglima TNI. Sama-sama pensiun, apa salahnya, ngopi bareng.
Namun masalah ini tentu tidak sederhana itu lagi. Pilihannya ada di tangan Moeldoko. Sepertinya SBY sudah tidak sabaran ingin berhadapan dengan Moeldoko.Â
Jika dalam permainan catur, Sang Raja sesungguhnya SBY tidak sabar lagi memainkan bidaknya AHY. Kini Sang Raja bergerak maju tanpa rasa takut. Akankah Sang Raja dari seberang akan datang berhadapan langsung, atau masih memasang bidak, gajah atau memasang kuda-kuda. Atau sedang menyiapkan jebakan atau perangkap. Atau serangan balik yang mematikan.
Jangan-jangan masih ada masalah warisan atau konflik tersembunyi antara mantan Presiden dengan mantan Panglimanya dulu. Masalah antar mantan. Sebab dunia politik kita ini banyak diliputi dendam masa lalu. Kita bisa saksikan bagaimana hubungan Megawaty-SBY yang sampai hari ini masih didera dan disandera masa lalu. Adakah masalah SBY-Moeldoko masa lalu? Benarkah pernah Moeldoko meminta supaya bisa menjadi Ketum Partai Demokrat?
Kita menunggu jawaban dan respon dari Moeldoko. Apakah tantangan Not For Sale atau baca Menjual tantangan ini akan dijawab? Kalau dijawab, seperti apa jawabannya? Atau tidak dijawab? Atau mikir-mikir dulu, seperti kita baru mendengar putusan hakim, dan kita belum bisa segera menjawab? Mikir-mikir dulu. Mungkin sambil ngopi sesama lelaki, untuk mencari inspirasi.