Mujenih dan Egi menjadi orang terkenal. Tiba-tiba saja. Mereka menemukan sebuah kantong plastik hitam berisi uang lima ratus juta dibawah kursi kereta komuter Jakarta Bogor 6 Juni 2020 yang lalu. Mereka tak berpikir panjang dan menyerahkan uang tersebut kepada petugas passanger service yang membantu mengembalikannya kepada penumpang.
Tindakan tersebut sangat menarik perhatian Menteri Negara BUMN kita. Beliau menyerahkan hadiah kepada Mujenih dan Egi. Mereka diangkat sebagai pegawai tetap dan mendapatkan hadiah dari Bank Mandiri, BNI dan BRI.
Erick Thohir mengatakan, " Ini cermin nyata sebuah akhlak yang dicontohkan teman-teman yang bertugas di barisan paling depan dan berhubungan dengan konsumen. Hal ini harus menginspirasi kita semua yang bekerja sebagai pengambil kebijakan di level atas atau manajerial." (kompas.com, 13/7/2020)
Erick menambahkan, "Ini sebagai contoh bahwa ketika isu moral di Indonesia dipertanyakan sebenarnya banyak di bangsa kita yang punya disiplin dan akhlak yang baik," katanya sebagaimana dikutip kompas.com.
Kenapa Erick Thohir memuji dan harus turun tangan langsung memberikan hadiah kepada Mujenih? Apakah krisis moral sudah sedemikian parah di Indonesia dalam pandangannya, sehingga perbuatan ini dianggap sebagai sebuah tindakan yang super luar biasa? Bisa jadi.
Erick berharap bahwa tindakan Mujenih dan Egi bisa ditiru para pengambil kebijakan level atas atau manajerial BUMN. Apakah kejujuran dan disiplin serta akhlak di level atas juga sudah rapuh, sehingga Erick meminta mereka meniru tindakan yang jujur tersbut? Tentu saja hanya Erick yang mengetahuinya.
Ketika akhlak yang baik dan kejujuran menjadi sesuatu yang langka, maka kita memang sangat peka dan bangga dengan perbuatan yang menjunjung tinggi akhlak dan kejujuran dari Mujenih dan Egi petugas di kereta comuter tersebut.
Erick masih menambahkan keterangan dan harapannya lagi,"Ini saya harapkan ke depan terus kita jaga. Apa yang terjadi di Jepang, kita nggak bisa, padahal kita negara muslim terbesar di dunia. (kompas.com 13/7/2020)
Nah, Erick membandingkan negara kita dengan Jepang. Jepang yang terkenal dengan sikap, kerja dan disiplin serta kejujuran yang tinggi menjadi acuan contohnya. Masa negara kita yang merupakan negara muslim terbesar di dunia tidak bisa melakukan seperti itu.
Apakah Erick sedang membandingan negara Jepang dengan agama Budhanya bisa jujur dengan Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia. Apakah maksudnya agar Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia seharusnya unggul dalam akhlak dan kejujuran?
Terlepas dari semua itu, kita memang patut bersyukur bahwa pekerja seperti Mujenih dan Egi, yang mungkin masih kekurangan uang, namun tidak silau dengan menemukan uang yang didapatnya. Tanpa pikir panjang mereka memberikan ke passanger service. Sekiranya sempat dibawanya pulang ke rumah, mungkin akan lain ceritanya.