Paspor Hilang, Delegasi Tegang Dan Pertolongan Datang.
Catatan dan kenangan Delegasi Indonesia dalam acara ASEAN WEEK, Seoul, 14-16 Juni 2019 (Seri-4).
Ketika kita mengikuti tour ke luar negeri dengan perusahaan travel, tour leader dalam pengatahan awal selalu mengingatkan penting paspor. Para tour guide dimanapun kita mengikuti setiap mengikuti tour selalu menyampaikan pentingnya paspor. Sering dicandain bahwa paspor lebih penting dari isteri atau suami yang ikut dalam rombongan.
Menurut kita terkadang ucapan itu berlebihan. Mungkin. Namun kalau kita alami kehilangan paspor, barulah kita menyadari betapa pentingnya paspor jika sedang berada di luar negeri. Itulah yang kami alami juga pengalaman delegasi Indonesia ke Seoul Korea dalam acara ASEAN WEEK tahun lalu.
Sehabis acara pengarahan di Kantor Sekretariat ASEAN Korea Centre, kami diantarkan ke hotel. Kami belum bisa chek-in karena  bisa check-in jam 14.00 waktu setempat. Aturannya sangat ketat. Jadi kami diberi tempat di sebuah lantai semacam lobby khusus. Kami duduk di meja dan kursi yang disediakan.
Saya sebagai pimpinan delegasi mengambil peranan seperti tour guide yang selalu cerewet soal paspor seperti yang diutarakan di awal tulisan ini. Tiba-tiba seorang anggota delegasi melapor, paspornya hilang. Semua kaget. Kebetulan ibu si anak ini juga ikut dalam rombongan sebagai penari. Ibunya marah-marah. Semua tas dan ranselnya diperiksa. Tidak ada. Ditanya delegasi yang lain, tidak ada. Positif hilang.
Ibunya dan anggota delegasi mencoba mengingat dimana kira-kira jatuh atau hilang. Ditanya kantor ASEAN Korea Centre tidak ada paspor ditemukan. Ditanya bus yang membawa rombongan dari bandara, tidak ada. Ditelepon ke bandara, tidak ada. Delegasi tegang. Padahal sore ini akan latihan panggung dan general repetisi (GR). Suasana hati tidak enak.
Sebagai ketua delegasi saya berusaha tenang dan tidak memberi komentar, apalagi ikut tegang. Seorang anggota delegasi penari sekaligus koreografer yang duduk satu meja dengan saya berucap, "ito bisa tenang ya, padahal kita semua sudah tegang," katanya.
Apa mau dikata, sudah hilang, mau dicari dimana? Sudah semua ditanyakan, tak ada jawaban. Nikmati saja ketegangan itu, pikirku. Tapi itukah yang membuat saya tenang? Bukan itu. Namun ada cerita di balik ketenangan saya di tengah ketegangan delegasi tersebut.
Seminggu sebelum keberangkatan, kami membuat acara doa bersama mengundang semua sahabat dan handai tolan, relasi gereja untuk mendoakan kami. Sekaligus kami latihan terakhir dengan mempertontonkan apa kira-kira yang mau dibawa ke acara ASEAN WEEK tersebut. Seperti GR sebelum berangkat.
Salah seorang sahabat dan kerabat jauh yang dari pergaulan kami sangat dekat menyampaikan kabar bahwa dia tidak bisa hadir acara doa pemberangkatan tersebut. Tapi ada saudaranya bekerja di KBRI Seoul. Sudah dimintanya untuk bisa membantu kami jika ada kesulitan di Seoul Korea. Beliau memberikan nomor WA nya. Saya mencoba menghubungi, namun tidak ada jawaban.