Semangat Pagi Indonesia.
Sang Bakal Calon Promotor Debat Gigit Jari.
Sang Kakek dan Sang Cucu sambil menikmati jalan pagi hari. Kembali bercerita soal debat utang.
  "Rupanya dosen senior itu jadi ketemu menteri itu juga ya kek?" tanya Sang Cucu.
  "Jadilah. Memang dia yang pertama menanggapi keinginan menteri yang ingin bertemu dengan pengkritik utang. 'Saya tunggu undangannya, sambil saya siapkan bahannya' kata beliau waktu itu. Begitu diundang ya jadi," kata Sang Kakek.
  "Hebat juga mereka ya kek. Menterinya orang Batak, ketemu dengan dosen senior orang Batak juga. Mungin mereka martarombo (bersilsilah) juga ya kek?" kata Sang Cucu.
  "Ya, begitulah, pasti kekeluargaanlah. Diskusinya kan tertutup dan tidak diliput media," kata Sang Kakek.
  "Kenapa harus tertutup sih kek? Kenapa tidak disiarkan langsung di TV dan YouTube?" protes Sang Cucu.
  "Kenapa harus terbuka? Kan mereka mau diskusi soal utang. Menteri bilang tolong bawa data. Dosen senior itu membawa data dan memberikan analisisnya atas data tersebut. Menterinya salut, hormat kepada dosen senior itu. Mereka masih akan bertemu lagi. Lalu diungkapkannya rasa salutnya ke media," kata Sang Kakek.
  "Orang kan mau dengar diskusinya, bukan rasa salut menteri terhadap dosen senior itu," kata Sang Cucu.
  "Itulah penyakit impor yang datang dari luar negeri itu. Semua ingin berdebat, ribut di media sosial impor ini. Debat harus ada yang menang. Debat terbuka itu produk asing. Kalau kau fanatik dan mendewakan  debat terbuka melulu, kau juga patut diduga antek asing juga," kata Sang Kakek.