Masuknya penanaman modal asing ke perkebunan sawit juga semakin membuat persaingan memperluas lahan semakin marak. Dan bahkan sempat jor-joran, walau kini sudah berkurang dan bahkan ada perusahaan asing yang menjual kebunnya karena banyak juga tantangan dan masalah lokal dan perburuhan yang sulit diatasi.
Uraian diatas hanyalah sebagian dari masalah lingkungan hidup kita yang membuat kita khawatir dengan lingkungan hidup dan bumi kita.
Penekanan judul diatas, bahwa bumi ini bukan warisan, tetapi pinjaman dari anak dan cucu ingin mengingatkan dan menegaskan perlunya tanggung jawab generasi sekarang yang terlibat dalam pengelolaan bumi ini untuk memikirkan masa depan bumi.
Bumi seperti apa yang akan ditinggalkan generasi ini kepada generasi berikut untuk anak dan cucunya? Bumi yang hancur berantakan tanpa menjaga lingkungan yang baik? Atau meninggalkan bumi yang terpelihara dengan baik, sehingga generasi anak dan cucu masa depan bisa menikmati kehidupan dengan lingkungan yang bersih dan aman.
Dengan mengingatkan bahwa kita meminjam bumi ini dari anak dan cucu, membuat kita menjadi generasi yang visioner, sadar akan masa depan dan ingin mewariskan yang baik untuk masa depan.
Semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah sebagai regulator, DPR sebagai pembuat UU, para petugas lapangan kehutanan, para pemegang Hak Penguasaan Hutan (HPH) dan perkebunan seyogianya mempunyai kesadaran dan tanggung jawab untuk pemeliharaan bumi ini.
Kedilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan hanya bisa diperoleh dengan kesadaran, tanggung jawab dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Kita harus bersyukur bahwa bumi ini diciptakan Sang Pencipta begitu baiknya, dengan ecosystem yang baik dan semua baik adanya.
Lalu siapakah kita yang bisa dengan sesuka hati demi kepentingan kapital dan penumpukan kekayaan, harus merusak bumi yang sedemikian baik diciptakanNya?
Kiranya setiap pemangku kepentingan lingkungan bisa merenung sejenak, bertafakur. Sejauh mana kerusakan lingkungan ini akibat ulah mereka? Sejauh mana kesadaran mereka untuk bisa memperbaikinya? Apakah reboisasi atau penghijauan kembali masih bisa menolong bumi dari kerusakannya?
Atau sudah diperlukan upaya ekstra ordinary dan upaya luar biasa. Menghentikan sejenak perusakan lingkungan sudah sangat menolong. Apalagi kalau diiringi dengan perbaikan dan penyehatan kembali berupa reboisasi atau upaya perbaikan lain.
Jika ini yang terjadi, maka anak cucu kita kelak akan tersenyum bangga, bahwa ayah dan kakeknya menjadi generasi yang baik dan cerdas serta takut kepada Sang Pencipta. Bumi yang diciptakan baik adanya, masih dipelihara dan diperbaiki dari kerusakan demi masa depan anak dan cucunya.