Respon dan apresiasi terhadap hastag #indonesiaterserah dari paramedis dan tenaga kesehatan kita.
Sang Covid-19 tiba-tiba berubah menjadi sosok yang seakan menjadi makhluk nyata yang bisa berbicara dan  berdialog dengan Sang Cucu.
  "Selamat pagi Sang cucu, apa kabarmu pagi ini?" kata Sang Covid-19.
  "Baik Sang Covid-19. Apa kabarmu?" tanya Sang Cucu.
  "Saya sangat senang dan bangga terhadap diri sendiri. Saya telah menjadi penguasa tunggal dunia sekarang. Hampir tak ada bangsa di dunia ini yang tidak takut dan tunduk kepada saya." kata Sang Covid-19.
  "Kau sombong sekali ya. Semua orang sudah susah, namun masih berani kau bilang bangga." kata sang cucu.
  "Lho, kau harus paham ya. Di kalangan kalian manusia itu ada namanya SMS. Susah Melihat Senang dan Senang Melihat Susah. Sikap itu kok yang saya tiru. Apa salahnya. Makanya hati-hati bersikap, itu bisa ditiru dan akhirnya memakan kalian sendiri," kata Sang Covid-19.
  "Jadi sikap itu kau tiru dari kami manusia?" tanya Sang Cucu.
  "Yoi."
  "Lalu kenapa kau sombong?" kejar Sang Cucu bertanya.
  "Itu juga kutiru dari manusia. Coba kau bayangkan bagaimana sombongnya Amerika menyebut dirinya negara superpower, adidaya. Sekarang kusiksa. Mereka kumakan, kubunuh, dan seakan tak berdaya. Tak ada negara adidaya yang boleh sombong ke saya. Sang Covid-19 sekarang menjadi Pusat Kekuatan adidaya. Dulu Amerika dengan CIA bisa memporakporandakan satu negara dengan operasi intelijennya seperti Irak dan negara lain, kalau sekarang saya yang memporakporandakan negara itu. Mereka bisa mengadu domba kekuatan yang ada dalam satu negara, sehingga terjadi perang saudara dan akhirnya Amerika bisa menguasai negara itu. Lalu semua minyak negara tersebut bisa dikuasai Amerika. Dulu Amerika dan Cina perang dagang, kini beralih menjadi perang kata-kata karena saya.  Bukan perang dagang lagi antara Amerika dan Cina, tapi perang akibat perkembangan saya. Cina diduga kolusi dengan WHO menyembunyikan data perkembangan saya di Wuhan, Cina. He..he..." kata Sang Covid-19 seakan menepuk dada.