Mohon tunggu...
Alden Abdurrasyid
Alden Abdurrasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Digital Public Relations Telkom University

Sorang penulis amatiran yang menyukai pembelajaran,

Selanjutnya

Tutup

Film

Sinema Indonesia Pasca-Pandemi, Bagaimana Sih?

9 September 2024   16:46 Diperbarui: 9 September 2024   16:47 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Era pasca-pandemi adalah sebuah era dimana perfilman Indonesia menjadi primadona di dalam negeri maupun di kancah internasional. Pada beberapa festival film internasional terdapat beberapa judul film yang mewakili Indonesia, diantaranya ada Busan International Film Festival di Korea Selatan, Berlin International Film Festival di Jerman, hingga Toronto International Film Festival (TIFF) di Kanada.

Terhitung sedikitnya ada 50 film Indonesia telah diputar. Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), pencapaian ini menjadi yang terbanyak sepanjang masa. Selain itu, sineas Indonesia telah berpartisipasi dalam enam kelas atau proyek film internasional.

Banyaknya film Indonesia yang masuk pagelaran film internasional membuat animo Masyarakat Indonesia tumbuh dan dengan begitu tren positif terhadap film Indonesia makin membaik. Film-film yang tayang pada festival-festival luar negeri ini diharap dapat menjadi sebuah alat diplomasi guna memperkenalkan lebih dalam lagi mengenai budaya Indonesia.

Kemudian dengan hadirnya ekosistem pascapandemi melalui media baru, film Indonesia mengalami kebangkitan yang luar biasa; generasi baru penggiat dan produser film, platform ruang tayang dan produksi, sponsor, investor, dan penyerapan tenaga kerja semuanya berkontribusi pada peningkatan kuantitas dan kualitas film Indonesia di pasar domestik dan internasional.

Selain itu, ada peningkatan jumlah penonton di bioskop dari 4 juta hingga 8 juta, pertumbuhan sutradara muda lokal dan internasional yang menembus sirkuit internasional. Hal ini menandakan performa yang baik selama 2 tahun (2022 – 2024).

Pada tahun ini, pengamat sekaligus peneliti film, Hikmat Darmawan memperkirakan bahwasan nya industri film tanah air pada 2024 bisa menarik 50 hingga 60 juta penonton. Namun, angka ini terbilang elastis, bisa bertumbuh atau bisa juga menurun.

Dan berbicara genre film Indonesia pasca-pandemi pastinya tak luput dari genre horror yang mendominasi secara penonton (Permintaan). Sebagai contoh, tujuh puluh persen film Indonesia adalah horor, yang dibuat dengan cepat, dengan biaya murah, dan seringkali tidak memenuhi standar teknologi. Film horor tetap menjadi genre yang menguntungkan karena menarik penonton.

Yang menjadi sebuah catatan adalah fenomena persaingan penonton di era media baru (Platform Digital), yang dimana paradoks perburuan pasar Indonesia terjadi. Satu sisi, banyak orang tidak tahu bahwa Indonesia adalah pasar besar untuk film di media sosial. Akibatnya, kompetisi muncul untuk menarik penonton dengan memenuhi keinginan mayoritas penonton Indonesia. Akibatnya, perburuan membeli film populer sering terjadi tanpa standar kualitas yang konsisten.

Dengan cara yang sama, membuat karya orisinal berpusat pada selera penonton, tetapi untuk platform internasional, standar dan prosedur global harus dipenuhi. Sebaliknya, terbukanya apresiasi film global dan tuntutan barunya.

Meskipun industri film Indonesia sedang mengalami masa keemasan, berbagai tantangan tetap harus dihadapi. Salah satunya adalah persaingan yang semakin ketat dengan platform streaming global. Platform-platform ini menawarkan konten yang beragam dan mudah diakses, sehingga penonton memiliki lebih banyak pilihan. Selain itu, pembajakan film juga masih menjadi masalah serius yang merugikan para pelaku industri.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, para pelaku industri film Indonesia perlu terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produksi. Kolaborasi antara sineas, produser, distributor, dan pemerintah juga sangat penting untuk mengembangkan ekosistem film yang lebih baik. Potensi pasar film Indonesia yang besar harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk melahirkan karya-karya berkualitas yang dapat bersaing di kancah internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun