Mohon tunggu...
Alda RizmaNurlaili
Alda RizmaNurlaili Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ironi Menuntut Ilmu di Negeri Sendiri

2 Januari 2022   01:47 Diperbarui: 2 Januari 2022   02:00 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

        Pada revolusi 4.0 ini, lembaga pendidikan di Indonesia mulai mengalami kesulitan dalam membendung arus modernitas yang semakin hari semakin mudah dan cepat untuk di akses. Arus globalisasi ini tentunya mempengaruhi moralitas peserta didik yang ada di Indonesia. Sudah banyak kejadian nyata didepan mata yang berbanding terbalik dengan nilai-nilai moral pancasila. Melihat adanya banyak perilaku menyimpang ini, tentunya pendidikan di Indonesia menjadi sorotan publik dalam menyikapi kasus tersebut. Sorotan tersebut datang karena pendidikan dianggap sebagai pilar penting dalam kehidupan masyarakat. Seperti yang kita ketahui, pendidikan merupakan salah satu penunjang perkembangan zaman dan teknologi yang sangat pesat. Sejak awal reformasi hingga saat ini, pendidikan Indonesia telah mengalami kemunduran yang begitu memprihatinkan. Hal ini terlihat dari banyaknya remaja yang kenakalannya semakin meningkat hingga melanggar nilai-nilai norma di masyarakat. Hal itu tentu sangat disayangkan, apalagi remaja nantinya akan menjadi pewaris dan penerus bangsa.

         Penyimpangan moral ini tentunya sangat berkaitan dengan bagaimana pendidikan karakter yang diajarkan di sekolah masing-masing. Wajar saja jika khalayak diluar sana mempertanyakan pendidikan di Indonesia setelah melihat keadaan Indonesia yang semakin tahun semakin meningkat kasus penyimpangan moralnya. Penyimpangan moral saat ini bukan kenakalan yang lumrah, tetapi sudah menyentuh tindak kriminal dan aksi yang dapat melayangkan nyawa. Mirisnya kondisi saat ini bisa terjadi karena beberapa faktor seperti:

1. Kurangnya kesadaran sekolah dan para guru dalam mendidik siswanya.

  • Pihak sekolah terlalu fokus pada nilai akademik sehingga lupa akan kewajibannya dalam mendidik karakter siswanya.

2. Sistem pendidikan di Indonesia masih dituntut untuk menyempurnakan nilai pelajaran agar bisa mengikuti olimpiade, menjadi perwakilan lomba di tingkat kabupaten, provinsi, bahkan nasional.

  • Tuntutan seperti itulah yang membuat mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia dinilai kurang dalam aspek pendidikan karakter. Lubang hitam pendidikan di Indonesia ini, bukan hanya terjadi pada lingkup siswa di sekolahnya, tetapi juga terjadi pada mahasiswa di lingkup perguruan tingginya. Kasus-kasus yang sering marak terjadi pada mahasiswa yaitu adanya tawuran yang membawa nama almamater kampus dan tindakan anarkis yang merugikan orang lain dan merusak fasilitas negara saat aksi demo.

3. Biaya pendidikan yang semakin tahun semakin mahal hanya digunakan untuk kepentingan bisnis.

  • Sekolah -sekolah di Indonesia saat ini banyak yang berlomba-lomba meningkatkan taraf sekolah dengan alibi kualitas sekolahnya yang lebih baik daripada sekolah lainnya. Namun pada kenyataannya, tarif sekolah yang mahal tersebut hanya dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis. Pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata layak jika oknum-oknum tersebut masih mengambil keuntungan dari biaya sekolah tanpa ada peningkatan kualitas pendidikan.

         Tak hanya disitu saja, bobroknya pendidikan di Indonesia juga mengakibatkan banyaknya orang Indonesia yang memilih untuk bersekolah di luar negeri dan memilih untuk berkuliah di kampus ternama di luar negeri. Hal itu membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia belum mampu untuk bersaing dengan pendidikan luar negeri. Mantan Menteri Pendidikan Nasional Anies Baswedan pernah mengatakan bahwa saat ini Indonesia tengah mengalami darurat pendidikan. Hal tersebut terjadi karena rendahnya kualitas pengajaran, hasil pembelajaran yang buruk, fasilitas yang kurang memadai, dan masalah kedisiplinan yang belum tegas. Kondisi tersebut tergolong ironis bagi sebuah negara dengan sistem pendidikan terbesar keempat di dunia. Kuantitas yang besar dalam pendidikan ini jika tidak dibarengi dengan kualitas yang baik akan berakibat pada sistem pendidikan yang tidak seimbang.

          Menurut Andrew Rosser dari University of Melbourne, politik dan kekuasaan turut andil dalam rendahnya kualitas pendidikan di tanah air. Lantas, bagaimana peran serta politik dan kekuasaan tersebut dalam mempengaruhi kondisi pendidikan yang darurat?. Bobroknya kualitas pendidikan di Indonesia dapat terjadi karena cacatnya manajemen pemerintah dalam mengelola institusi pendidikan. Padahal, banyak orang pemerintahan yang berpengaruh dalam menangani kasus tersebut. Tetapi, rupanya ada beberapa kalangan politikus dan kaum elit yang menghalangi langkah baru dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan yang masih sulit bersaing dengan negara tetangga tentu mengkhawatirkan kondisi bangsa kedepannya. Padahal, gelontoran dana tiap tahun mengaliri sektor pendidikan dengan lancar setiap tahunnya..

          Pemerintah mengambil banyak langkah baru dalam meningkatkan angka partisipasi pendidikan di Indonesia. Berbagai program seperti sekolah gratis, telah berhasil meningkatkan kuantitas pendidikan. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah menggalakkan program sekolah gratis kepada masyarakat guna menyukseskan tujuan pendidikan di Indonesia. Meskipun kuantitas pendidikan meningkat, hal ini tidak berbanding lurus dengan kualitas yang dihasilkan. Peningkatan kualitas ini tergolong tertinggal jauh dari negara lain. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, Indonesia tampak masih tertinggal.

            Melihat kasus diatas, yang memiliki wewenang untuk merevisi pendidikan di Indonesia ialah pemerintah dengan menampung dan mempertimbangkan suara rakyat. Hal tersebut perlu dilakukan agar lubang hitam Indonesia tidak semakin menyebar kemana-mana dan dapat ditangani dengan cepat. Pendidikan yang berkualitas, akan melahirkan bibit-bibit baru yang berkualitas pula sehingga dapat bersaingan pada kancah Internasional. Pengembalian kejayaan pendidikan di Indonesia akan berdampak pada banyaknya orang luar yang akan memilih untuk menempuh pendidikan di Indonesia karena kualitas yang baik. Langkah tersebut juga dapat berdampak pada remaja Indonesia sendiri yang memilih untuk menempuh pendidikan di negerinya sendiri tanpa harus menempuh pendidikan hingga luar negeri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun