Studi Hubungan Internasional (HI) merupakan salah satu disiplin ilmu yang mendasari serta mempelajari mengenai interaksi antarnegara beserta beberapa aktor Internasional lainnya (Setiawan, 2020). Di dalam studi Hubungan Internasional (HI) terdapat beberapa teori yang memudahkan kita sebagai mahasiswa untuk menganalisis suatu fenomena yang sedang terjadi, karena pada dasarnya fungsi dari teori adalah untuk memberikan penjelasan serta memprediksi terjadinya suatu fenomena. Selain memprediksi dan memperjelas fenomena, teori dalam Hubungan Internasional merupakan sebuah fondasi utama dalam memahami dinamika dan terjadinya interaksi aktor antarnegara diranah global. Teori-teori dalam Hubungan Internasional yang sering menonjol adalah realisme, neo-realisme, liberalisme, dan neo-liberalisme. Keempat teori tersebut yang akan dibahas pada esai ini. Masing-masing teori ini memberikan pandangan yang berbeda untuk memahami interaksi antar negara maupun aktor non negara di ranah Internasional. Meskipun mempunyai latar belakang yang berbeda, keempat teori ini memiliki kaitan yang saling melengkapi dan memiliki fungsi untuk menjelaskan mengenai terjadinya fenomena internasional dengan melalui perspektif realisme, neo-realisme, liberalisme, dan neo-liberalisme. Menganalisis sebuah teori tidak asal mengatakan bahwa teori ini akan memberikan penjelasan mengenai suatu fenomena saja. Namun dengan menganalisis terjadinya fenomena melalui perspektif teori Hubungan Internasional dapat juga mempengaruhi kebijakan negara-negara di dunia.Â
 PENJELASAN DAN PERBEDAAN UTAMAÂ
1. Realisme : Fokus pada kekuasaan dan Anarki
Teori realisme muncul lebih dulu dibandingkan teori neo-realisme. Kemunculan teori realisme berupaya menjelaskan fenomena global yang begitu kompleks.Teori ini berkembang sebagai respons terhadap berbagai macam fenomena atau peristiwa sejarah tatanan dunia, seperti keterlibatan Perang Dunia I, Perang Dunia II dan terjadinya perang dingin. Akar pemikiran realisme berasal dari pemikiran klasik Thucydides, Thomas Hobbes, dan Niccol Machiavelli. Menurut pandangan kaum realisme akan terjadi suatu sistem internasional melalui politik global. Yang mana, kaum realisme berasumsi bahwa cara terjadinya politik global adalah karena anarki. Artinya, hal ini memberikan pandangan bahwa realisme hanya memfokuskan pada suatu tatanan dan otoritas negara mereka sendiri. Pada dasarnya kaum realisme menekankan bahwa sifat dasar manusia yaitu egois, serakah dan haus akan kekuasaan yang tercermin dalam perilaku negara-negara. Keegoisan dan keserakahan ini menyebabkan persaingan kekuasaan satu dengan lainnya. Tujuan utama adanya teori realisme hanya memfokuskan bagaimana negara-negara dapat mempertahankan kedaulatannya sendiri tanpa memikirkan efek samping yang akan dihadapi negara lain. Para kaum realisme percaya bahwa negara berada dalam kondisi peningkatan keamanan hanyalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup, di mana peningkatan keamanan tersebut menimbulkan rasa tidak aman bagi negara lain. Sehingga negara lain ikut meningkatkan kekuatannya dan serinng kali mengalami security dilemma (Dilemma keamanan). Namun realisme bisa memandang cara bekerjasama secara Internasional dengan cara mempertahankan kekuasaannya sendiri.
Lantas bagaimana realisme memandang kerjasama dengan negara lain?Â
Menurut pandangan kaum realisme aktor utama dalam menjalankan kerjasama Internasional adalah state (negara). Teori realisme hanya memandang bahwa dunia ini dipenuhi oleh konflik. Realisme menekankan bahwa akan ada kerjasama antarnegara melalui konflik yang terjadi di dunia. Kaum realisme berfikiran akan terjadi Hubungan Kerjasama Internasional karena adanya sifat keegoisan manusia dan tidak adanya aturan diatas negara. Sehingga paradigma realisme mendorong negara akan melakukan kerjasama karena Security Dilemma (Dilemma Keamanan) guna untuk meningkatkan pertahanan militer. Hal ini akan terwujud apabila negara berada dalam status Balance Of Power (keseimbangan kekuatan). Contohnya, Keterlibatan dalam kondisi dunia setelah terjadinya perang dunia II. Kala itu mulai muncul perang dingin yang berlangsung sejak 1977 hingga kehancuran Uni soviet pada 1990. Pada saat itu terjadi kerjasama antara blok barat dan blok timur untuk membentuk Gerakan Non Blok. Dengan adanya paradigma tersebut dapat diketahui bahwa cara realisme memandang kerjasama Internasional melalui konflik yang terjadi dan hanya mementingksn keuntungan negara sendiri (Azrudil anwar, 2017).
2. Neo-realismeÂ
Teori Neo-realisme atau realisme struktural merupakan evolusi turunan dari teori realisme klasik. Teori Neo-realisme dikembangkan oleh Kenneth Waltz melalui bukunya "Theory of International Politics". Dalam teori Neo-realisme sebenarnya hanya menekankan pada pengaruh stuktur sistem internasional. Berbeda dengan teori realisme klasik yang menekankan keegosisan seorang manusia atau dalam artian keegoisan suatu negara untuk mempertahankan otoritas negara itu sendiri. Neo-realisme berasumsi bahwa anarki adalah tahta tertinggi yang akan mempengaruhi perilaku negara dan struktur ini akan menentukan bagaimana cara negara-negara berinteraksi. Secara singkat teori Neo-realisme membahas suatu sistem internasional. Pandangan kaum Neo-realisme menekankan bahwa negara menjadi anarki dilihat melalui kacamata cara bekerja suatu sistem internasional. Dalam menganalisis teori neo-realisme, kita dapat melihat melalui dua perspektif yaitu neo-realisme ofensif dan neo-realisme defensif.Â
Neo-realisme ofensif cenderung mempunyai kekuatan penuh dan bisa membuat sistem internasional multipolar,terkait dengan hal ini secara sederhana neo-realisme ofensif hanya berfokus pada ambisi keberlangsungan hidup suatu negara demi mencapai tujuan yang diinginkan dalam sistem internasional yang bersifat anarki.Â
Neo-realisme defensif cenderung memikirkan keamanan nasional dan meningkatkan stabilitas negara guna melindungi negara sendiri dari ancaman eksternal.
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan antara realisme klasik dengan realisme struktural yang mana ditonjolkan pada bagaimana cara menganalisisnya. Melihat dari kacamata realisme struktural perilaku negara lebih mengedepankan struktur sistem internasional yang anarkis. Berbeda dengan realisme klasik yang hanya melihat di sisi perilaku domestik seperti sifat manusia cenderung serakah dan haus akan kekuasaan (Noer Hamka, 2022).Â
3. Liberalisme : Kerjasama Internasional