Mohon tunggu...
Alda Adelia Putri Dianti
Alda Adelia Putri Dianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Mahasiswa S1 fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tinjauan Ontologi terhadap Klaim Amerika Serikat ke Tiongkok Terkait Asal-Usul Virus Corona

29 Mei 2023   22:05 Diperbarui: 29 Mei 2023   22:19 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Mengenai Adanya Klaim AS ke Tiongkok Terkait Asal-Usul Virus Covid-19. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok selalu dipenuhi dengan perselisihan dan perdebatan. Tuduhan yang saling dilemparkan antara kedua negara seringkali sulit untuk dipastikan kebenarannya. Salah satu klaim yang pernah dilontarkan oleh Amerika Serikat adalah mengenai asal usul virus Corona. Tiongkok dan AS memang berulang kali melakukan perang kata-kata mengenai asal-usul virus Corona. Pada Maret 2020, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Li Jin mengatakan bahwa militer AS yang mungkin menciptakan dan membawa virus Corona ke Tiongkok, sedangkan dari pihak AS sendiri terus melontarkan berbagai tuduhan bahwa virus Corona atau Sars-CoV-2 berasal dari kebocoran laboratorium Virologi di Wuhan, Tiongkok dan bukan berasal dari alam. Namun, tim ahli WHO yang melakukan penyelidikan menyatakan bahwa kemungkinan kebocoran laboratorium sangatlah rendah.

Keadaan ini semakin diperburuk dengan pernyatan Presiden AS, Donald Trump yang beberapa kali mengatakan berbagai perkataan kontroversialnya seperti menyebut "Kung Flu", "Virus Tiongkok", dan "Virus Wuhan". Padahal, WHO (World Health Organization) telah menyatakan bahwa penamaan suatu penyakit tidak boleh dikaitkan dengan negara atau tempat tertentu. Selain itu, AS juga mengklaim bahwa tiongkok dianggap terlambat atau lalai dalam merespon kemunculan virus Corona. Tuduhan ini berfokus pada pandangan bahwa jika tindakan tepat diambil lebih cepat, maka dampak adanya pandemi dapat lebih terkendali. Klaim tersebut juga berlanjut pada anggapan bahwa Tiongkok dianggap tidak memberikan informasi secara transparan mengenai laporan dan data informasi tentang kasus Covid-19 yang saat itu muncul pertama kali di Wuhan sehingga menghambat upaya internasional untuk menangani pandemi secara lebih efektif.

Kasus ini dapat ditinjau dari Filsafat Ilmu dalam perspektif ontologi yang berperan dalam mencari kebenaran dari suatu pernyataan dan klaim yang ada. Ontologi membahas tentang realitas yang berhubungan dengan segala hal yang terjadi (Adib 2018). Dalam kasus ini, tinjauan ontologi bertujuan untuk mencari kebenaran dari pernyataan dan klaim AS terhadap Tiongkok mengenai asal usul virus Corona. Ontologi memberikan dasar-dasar realitas sebagai hubungan sebab-akibat sehingga memunculkan pernyataan dan kesimpulan yang valid. Dalam konteks pandemi Covid-19, filsafat ilmu ontologi dapat berkontribusi untuk memahami bagaimana fenomena penyakit menyebar dan berinteraksi dengan entitas lainnya dan bagaimana hubungan sebab-akibat terbentuk antara entitas tersebut.

Klaim yang diajukan oleh AS mengenai Tiongkok sebagai sumber penyebaran dan munculnya virus Corona dapat dilihat dari perspektif ontologi yang menyoroti keberadaan virus Corona sebagai entitas yang nyata. Ontologi mempertanyakan apakah virus Corona merupakan entitas fisik yang berdiri sendiri atau terhubung dengan entitas lain. Validitas keberadaan fisik virus Corona sebagai entitas dapat diperiksa melalui pendekatan secara materialis dengan memahami keberadaan virus Corona yang menekankan pada aspek fisik dan materi dari virus tersebut dengan menyoroti karakteristik fisik dan biologis yang dimilikinya. Fakta yang dihasilkan dari penelitian menggunakan pendekatan materialisme telah membuktikan bahwa klaim AS tentang asal mula virus corona berasal dari kebocoran laboratorium di Tiongkok tidaklah valid. Dalam perspektif materialisme, penyebaran virus Corona dipahami sebagai hasil dari interaksi fisik antara virus dan organisme inang. Faktor-faktor seperti kontak manusia-ke-manusia, penyebaran melalui tetesan pernapasan, kontaminasi permukaan, dan faktor lingkungan lainnya menjadi fokus dalam menjelaskan bagaimana virus corona menyebar.

Di sisi lain, ontologi juga mempertimbangkan kebenaran klaim AS mengenai peran dan hubungan antara Tiongkok dan penyebaran virus Corona. Ontologi berusaha untuk memahami bagaimana Tiongkok berinteraksi dengan virus Corona, apakah sebagai penyebab langsung penyebarannya, sebagai faktor kontributor, atau sebagai entitas yang secara tidak sengaja menjadi tempat penyebaran virus tersebut. Hal ini melibatkan peninjauan hubungan kausal antara Tiongkok dan virus Corona yang saling terlibat dalam penyebaran virus ini. Dalam tinjauan ontologis, peran Tiongkok dalam penyebaran virus Corona dapat dilihat sebagai entitas yang berinteraksi dengan virus corona dan entitas lainnya, termasuk manusia dan lingkungan yang juga berperan dalam penyebaran.

Pertama, Tiongkok dapat dianggap sebagai entitas yang menjadi titik awal penyebaran virus Corona. Kota Wuhan, Tiongkok telah diidentifikasi sebagai pusat wabah dan tempat pertama kali dilaporkan kasus-kasus virus corona. Kedua, Tiongkok juga dianggap sebagai entitas yang memiliki tanggung jawab dalam menanggapi penyebaran virus corona. Tanggung jawab ini mencakup langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Tiongkok untuk mengendalikan penyebaran virus, memberikan informasi yang transparan kepada masyarakat, dan bekerja sama dengan komunitas internasional dalam penanganan wabah.

Selain ditinjau dari aliran ontologis materialisme, kasus ini juga dapat ditinjau dari aliran ontologis idealisme. Aliran ontologi idealisme memandang kebenaran melalui prinsip rasionalitas dengan menggunakan konsep-konsep pemikiran ide untuk memahami hubungan sebab-akibat suatu fenomena (Adib 2018). Dalam konteks ini, idealisme melihat peran Tiongkok dalam penyebaran virus Corona melalui berbagai entitas yang saling terhubung melalui ide-ide yang berlaku, termasuk faktor-faktor sosial, politik, dan budaya yang lebih luas. Idealisme adalah perspektif filosofis yang menekankan pentingnya ide, nilai, dan sistem pemikiran dalam membentuk realitas. Pendekatan idealisme akan menekankan peran sistem politik Tiongkok dalam menangani saat awal wabah terjadi. Aspek seperti keterbatasan kebebasan berbicara, kendali informasi, atau kurangnya transparansi dapat diperhatikan dalam memahami bagaimana keputusan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah Tiongkok dalam mempengaruhi penyebaran virus corona. Selain itu, faktor budaya dan norma-norma yang mungkin mempengaruhi respon masyarakat Tiongkok terhadap wabah juga menjadi sorotan. Misalnya, norma-norma seperti potensi kurangnya pelaporan atas penyakit atau persepsi tentang kehormatan dan reputasi negara dapat menjadi faktor yang mempengaruhi penanganan wabah di Tiongkok.

Disisi lain, penyebaran dan klaim AS mengenai virus Corona yang menyebar ke berbagai negara juga berdampak terhadap hubungan bilateral dan antara negara satu dengan yang lain, serta berdampak besar terhadap sektor politik, ekonomi, dan geopolitik. Dalam perspektif ontologis mengenai hubungan bilateral antara AS dan Tiongkok, keduanya dapat dipandang sebagai entitas yang saling berinteraksi. Klaim yang dilontarkan oleh AS terhadap Tiongkok dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman yang dimiliki oleh kedua negara terhadap satu sama lain. Klaim tersebut dapat mempengaruhi konstruksi identitas dan citra masing-masing negara terhadap pandangan satu sama lain. Hal ini dapat memperburuk pemahaman dan menimbulkan ketidakpercayaan dalam hubungan bilateral sehingga dapat menghambat dialog dan menghambat pertukaran informasi yang efektif antara kedua negara, serta mempersulit upaya untuk mencapai pemahaman dan kesepakatan yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, agar tercipta kesepakatan yang saling menguntungkan, maka dalam melakukan penelitian dan penyelidikan harus menghindari adanya bias atau blok-blok tertentu agar semakin memaksimalkan hasil penyelidikan mengenai asal-usul virus Corona dan bersatu untuk bersama-sama melawan dan menanggulangi wabah Covid-19 karena dari wabah ini mengajarkan bahwa tidak ada satu orang pun aman sampai semua orang aman.

Referensi:

Adib, Mohammad, 2018. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun