Mohon tunggu...
Alda Puspita Ramadhani
Alda Puspita Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB

Mahasiswa Semester 1

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Hoax: Polemik Vaksinasi Covid-19 dalam Masyarakat

15 Juli 2021   15:37 Diperbarui: 15 Juli 2021   16:07 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Covid-19 atau biasa disebut virus corona adalah penyakit menular yang ditemukan pada Desember 2019 di China dan melanda beberapa negara diberbagai belahan dunia, salah satunya yaitu Indonesia. Virus ini banyak memberikan dampak buruk pada kehidupan masyarakat. Bukan saja pada sektor kesehatan, melainkan juga pada sektor ekonomi Indonesia yang terus menurun. Akibatnya, tidak sedikit masyarakat yang kehilangan pekerjaan pada masa sekarang ini. Pandemi ini juga membuat kegiatan masyarakat menjadi berjarak tanpa bertatap muka langsung dalam interaksinya. Pekerjaan dan pendidikan dilakukan melalui media komunikasi digital.

Virus corona memang tidak memandang usia dan saat ini telah banyak memakan korban jiwa. Virus ini menyebar ke seluruh lapisan masyarakat yang kurang menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar, seperti menyepelekan dengan tidak menggunakan masker serta jarang mencuci tangan. Karena itu, peningkatan korban positif Covid-19 semakin hari semakin bertambah. Hal ini membuat pemerintah bersama Kementrian Kesehatan terus berupaya menanggulangi virus corona dengan berusaha mendatangkan vaksin ke Indonesia. Dengan mendatangkan vaksin Covid-19, diharapkan angka kesakitan dan angka kematian akibat virus ini akan menurun.

Setelah penantian panjang, akhirnya vaksin Covid-19 tiba di Indonesia pada Minggu (6/12/2020) sekitar pukul 21.30 WIB sebanyak 1,2 juta dosis. Vaksin ini diproduksi oleh perusahaan farmasi asal China Sinovac. Selanjutnya vaksin dibawa ke Bio Farma di Kota Bandung untuk dilakukan pengujian mutu oleh tim dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Bio Farma. Hal ini perlu dilakukan karena untuk meminimalisir efek samping dari virus itu sendiri. Namun, dibalik itu semua ada sebagian masyarakat yang menolak untuk divaksin karena pengaruh beberapa tokoh yang menyangkal bahwa kurang meyakinkannya vaksin Sinovac tersebut dan khawatir akan menimbulkan efek samping dari vaksinasi, seperti beranggapan akan menyebabkan lumpuh, kematian, bahkan menjadi titan. 

Anggota DPR komisi IX dari fraksi PDIP, Ribka Tjiptaning, baru-baru ini menjadi sorotan masyarakat karena pernyataan kontrovesialnya yang terang-terangan menolak vaksinasi terhadap dirinya. Beliau adalah orang pertama yang menolak vaksin di Indonesia dan mengaku memilih membayar denda ketimbang disuntik vaksin Covid-19. Bukan tanpa alasan, beliau menyampaikan pendapatnya bahwa penggunaan vaksin Sinovac dapat menimbulkan efek samping yang justru membuat orang lumpuh hingga meninggal dunia. Misalnya, vaksin antipolio dan vaksin kaki gajah yang menyebabkan sejumlah orang lumpuh serta meninggal dunia. Pernyataan tersebut justru menambah kekhawatiran masyarakat akan vaksin Sinovac. 

Menurut hasil survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), menunjukkan jika penolakan vaksinasi paling banyak dilakukan oleh warga di DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Banten. Sementara itu, yang paling sedikit menolak untuk divaksin adalah warga Jawa Tengah. Alasan mereka menolak vaksin itu sejalan dengan persepsi soal keamanan vaksin. Mereka tidak percaya kalau vaksin yang digunakan pemerintah itu aman. Bahkan yang paling banyak menolak divaksin adalah warga yang berusia dibawah 25 tahun.

Setiap harinya masyarakat selalu dihadapkan dengan berita hoax mengenai vaksin. Akibatnya, makin bertambah banyak masyarakat yang menolak untuk divaksin. Bahkan masih ada tenaga pendidik dan guru yang tidak mau divaksin Covid-19 dengan alasan yang sama, yaitu khawatir dengan efek samping. Hal itu diketahui setelah adanya hasil survei terhadap 2.406 guru di 23 provinsi seluruh Indonesia oleh FSGI.

Pemerintah terus berupaya meyakinkan masyarakat agar mau disuntik vaksin Covid-19. Menurut juru bicara vaksin Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI), Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, pemerintah saat ini gencar melalukan diskusi dan sosialisasi kepada masyarakat. Mereka mengedukasi seluruh kalangan masyarakat dan mengajak untuk tidak ragu menjalani vaksinasi. Mereka berharap setelah adanya sosialisasi, masyarakat mau divaksin untuk menjaga kesehatan diri sendiri. 

Di tengah berbagai isu hoax tentang vaksin dan vaksinasi, mayoritas masyarakat Indonesia ternyata masih mau divaksinasi Covid-19. Mereka yakin bahwa adanya vaksin ini membuat penyebaran virus cepat berkurang dan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya gejala yang berat dan komplikasi akibat Covid-19. Selain itu, tujuan diadakannya vaksinasi Covid-19 adalah untuk mendorong terbentuknya herd immunity. Jadi, dengan adanya vaksin Covid-19, mereka sudah melindungi diri sendiri dan juga orang-orang disekitar yang belum memiliki kekebalan terhadap virus Corona. 

Mengingat masalah Covid-19 yang terus berkembang dan belum dapat teratasi, agaknya pemerintah memang sudah harus mempercepat perbaikan sistem penanganannya. Pemerintah harus tegas terhadap masyarakat agar mereka semua mau divaksin. Pemerintah juga harus menerapkan aturan dan memberikan sanksi pidana bagi masyarakat yang menolak. Dengan demikian, masyarakat harus mematuhi semua aturan pemerintah agar dapat mengurangi penyebarah virus corona dan pandemi ini cepat berakhir. 

DAFTAR PUSTAKA

Bramasta, D. B. (2021, Januari 15). Bagaimana Upaya Pemerintah Yakinkan Masyarakat agar Mau Divaksin Covid-19? Retrieved Juli 5, 2021, from kompas: https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/15/091200765/bagaimana-upaya-pemerintah-yakinkan-masyarakat-agar-mau-divaksin-covid-19-?page=all

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun