Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasib Indonesia Bergantung Jawa

15 April 2014   18:23 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan legislatif (Pilleg) telah berakhir.  Walau belum diumumkan resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) namun pemenangnya sudah dapat kita ketahui lewat perhitungan cepat yang sudah dirilis berbagai media.  Secara umum, 5 besar pemenangnya adalah PDIP dengan 19% suara, lalu GOLKAR dengan 14% suara, disusul GERINDRA 12% suara, DEMOKRAT  10% suara dan PKB 9% suara. Selebihnya rata-rata 6- 7% suara. Kecuali PBB dan PKPI yang dipastikan tereliminasi di pemilu selanjutnya.

Hasil tersebut jika melihat pengalaman yang sudah-sudah kemungkinan besar tidak akan jauh berbeda dengan hasil pengumuman resmi nantinya. Oleh karena tidak ada satupun suara partai yang bisa memenuhi ambang batas perolehan suara untuk bisa mengajukan pasangan capres-cawapres sendiri pada pemilihan presien (pilpres) pada 9 Juli 2014 mendatang, maka otomatis partai-partai tersebut harus berkoalisi satu sama lain, agar bisa mengajukan pasangan capres -cawapres.

Melihat hasil pilleg tersebut  dapat diketahui ternyata trend suara masyarakat sekarang bukan lagi melihat nama partai tapi lebih kepada  figur caleg yang diusung setiap partai. Sehingga suara masyarakat hampir merata ke semua partai.  Raihan suara partai ya tergantung dari  caleg-caleg yang diusung tersebut apakah karena ketokohannya, kepopulerannya, kinerjanya atau karena uang dan janji-janjinya.

Begitu jugalah halnya menurut hemat penulis nantinya pada pemilihan presiden 9 Juli 2014 nanti. Masyarakat pertama sekali tentu akan melihat figur yang diusung, baru akan melihat latar belakang partai yang mengusung. Namun track record partai sepertinya tidak akan begitu berpengaruh signifikan. Nah bagaimana strategi agar  capres-cawapres yang diusung bisa memenangkan pilpres? Menurut penulis figur capres-cawapres yang diusung mesti bisa menguasai suara jawa!

Kita tidak bisa menutup mata bahwa jumlah pemilih Jawa jauh lebih besar dari jumlah pemilih diluar Jawa. Dari lebih kurang 185 juta pemilih tetap yang diumumkan KPU Pusat, hampir 65 % nya berada di Jawa mulai dari Banten, DKI Jakarta, Yogyakarta, Jabar, Jateng dan Jatim.  Sedang di luar jawa dari 35% tersebut yang terbanyak adalah di Sumatera Utara, Sulawesi Selatan dan Lampung.

Nah, bagaimanapun juga mau tidak mau, Capres yang diusung musti mereka yang dapat diterima publik Jawa, dan bisa mengakomodir  keinginan  Jawa untuk lebih sejahtera. Jawa walau lebih pesat pembangunannya dibanding luar jawa, namun jumlah penduduk miskin ternyata terbanyak di Jawa. Kesenjangan antara si miskin dan si kaya lebih menganga.  Bahkan dari data statistik jumlah kalangan menengah kebawah lebih mendominasi.

Dari tiga Capres yang kemungkinan besar maju seperti Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan  Aburizal Bakrie.  Tak dipungkiri nama  Joko Widodo sepertinya lebih mendominasi, lihatlah dari pemberitaan media Nasional seperti  Ditelevisi, surat kabar, kedai kopi namanya selalu diperbincangkan bahkan di lembar soal ujian nasional tingkat SMA pun namanya ada.  (Perlu diketahui peserta UN SMA sekarang ini rata-rata adalah pemilih pemula, Strategi yang jitu!) Apalagi melihat latar belakang Jokowi dari kalangan menengah kebawah dan sejarah sepak terjangnya selama menjadi pejabat yang sering turun kebawah. Sepertinya Jokowi yang terkenal dengan  "merk" blusukannya tersebut kemungkinan besar bisa diterima publik jawa terutama kalangan menengah kebawah tersebut.

Siapakah seharusnya mendampingi Joko Widodo? Apakah harus  tetap nama yang mendominasi Jawa atau tokoh nasional luar Jawa.  Kalo pengen lebih komplit "menguasai" Jawa, pilihan cawapres yang juga tokoh jawa juga langkah yang bagus. seperti Mantan ketua MK Mahfud MD,  Sultan Yogya Sri Sultan Hamengkubowono, Walikota  Jabar Ahmad Heriawan atau walikota Surabaya Risma adalah nama-nama yang patut dipertimbangkan. Jika mempertimbangkan suara luar Jawa maka nama Jusuf Kalla dan Abraham Samad adalah nama-nama yang mungkin bisa dipertimbangkan.

Nah, jika demikian apakah Jokowi bisa dikalahkan? Jawabnya Bisa saja!  bila melihat santernya perbincangan masyarakat yang menjadi ganjalan untuk mendukung Jokowi adalah citra "negatif " partai pengusungnya PDIP yang disebut-sebut partainya para preman dan pengusaha hitam, sarat Korupsi, tidak pro Islam, kinerja buruk megawati kala memerintah yang menjual murah aset-aset nasional dan lain sebagainya maka isu tersebut bisa dimanfaatkan.

Maka sosok yang tak kalah bagus dari Jokowi, yang bersih, berpengalaman, pintar dan merakyat serta bisa diterima publik Nasional bukan hanya Jawa patut diapresiasi. Maka nama -nama seperti jusuf Kalla, Mahfud MD, Dahlan Iskan, Yusril Ihza Mahendera, Anis Matta, Anis Bawesdan, Prabowo dan lain sebagainya, bila pandai meraciknya dengan memanfaatkan media nasional maka Jokowi tentu akan mendapat lawan tanding yang sepadan!

Siapapun yang terpilih nanti semoga bisa berbuat yang terbaik untuk Indonesia. Terserah walau harus ditentukan oleh suara Jawa!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun