[caption id="attachment_313063" align="aligncenter" width="491" caption="Kapal Bulang Linggi Kapal Perang Raja Haji Fisabilillah"][/caption] Sungai Carang. Dua ratus tiga puluh tahun yang lalu adalah awal bermula Tanjung Pinang di kenal negeri luar. Adalah pada masa kerajaan Johor pada masa Sultan Abdul Jalil Syah yang memerintahkan Laksamane Tun Abdul Jamil untuk membuka suatu bandar perdagangan di Pulau Bintan. Sang Laksamane yang datang dari Johor masuk pertama kali lewat Sungai Carang, Hulu sungai Riau. Tempat ini kemudian olehnya dibuka menjadi Bandar yang ramai (Riuh). Bandar itu kemudian lebih dikenal dengan sebutan Bandar Riau (Riuh). Bandar Riau ketika itu sanggup menyaingi Bandar Melaka. Bahkan dikisahkan para pedagang yang lalu lalang di selat Melaka kemudian akhirnya banyak memilih pergi ke Bandar Riau untuk membeli beras dan kain karena harga yang sangat murah daripada bandar Melaka yang sudah dikuasai portugis. Maka semakin Ramailah Bandar ini. Ketika Belanda berhasil merebut Melaka dari Portugis, Bandar Riau pun diincar oleh Belanda. Maka pada tahun 1784 dikirimlah 13 kapal dengan jumlah pasukan 1536 prajurit dengan dikomandoi kapal "Malakas Wal Faren untuk menyerang Bandar Riau dari Kerajaan Johor. Namun Yang dipertuan Raja Ali Haji Fisabilillah yang bertahta di Kota Piring, tepi sungai Carang, Tanjung Pinang kala itu melawan dengan gigih dan berhasil mengusir Belanda dan menenggelamkan kapal Malakas wal Faren, tepatnya pada 6 Januari 1784 yang kemudian ditasbihkan menjadi hari lahir Kota Tanjung Pinang. Nah, bertepatan dengan itu untuk mengenang masa keemasan Bandar Riau di Sungai Carang dan memperingati hari jadi Kota Tanjung Pinang maka diadakanlah Festival Sungai Carang untuk pertama kalinya selama 7 hari sejak tanggal 31 Desember 2013 - 6 Januari 2014. Festifal Sungai Carang ini baru pertama kali dilaksanakan pada tahun ini. Penggagasnya adalah Budayawan Melayu Rida K. Liamsi yang juga Chairman Riau Pos Grup. Berdasarkan cerita Rida.K Liamsi ketika membuka acara festival tersebut di atas jembatan Sungai Carang, awalnya ide untuk membuat festival ini adalah saat beliau dengan Tokoh Melayu Muhammad Sani yang juga wakil gubernur Kepulaun Riau kala itu, sedang duduk ngopi di sungai Melaka, Malaysia. Kekaguman atas sungai Melaka yang ramai dan tertata rapi dan sering diadakan festival sungai melaka disana, terbersit ide kenapa di Sungai Carang di Kepulauan Riau tidak kita buat juga hal seperti ini? Akhirnya ketika Muhammad Sani menjadi Gubernur kep.Riau bekerjasama dengan Walikota Tanjung Pinang maka diujudkanlah rencana empat tahun yang lalu. Kedepan Festival Sungai Carang ini akan dilaksanakan setiap tahun dengan semakin megah dan diharapkan dapat menjadi ikon pariwisata Kota Tanjung pinang. Festival kali ini melibatkan 44 perahu dan kapal motor yang akan berarak dari sungai carang ke Pelabuhan Sri bintan Pura sejauh 20 mil. Diantara 44 perahu tersebut ada 10 kapal agak besar sebagi simbol kampung-kampung yang ada dipinggiran sungai carang yang akan dihias sedemikian rupa. Dalam 10 perahu tersebut masing-masing akan ditumpangi oleh 23 orang laksamane semasa kerajaan johor lingga. Iring-iringan perahu tersebut di pimpin oleh Kapal besar Bulang Linggi yang merupakan replika dari kapal perang Raja haji fisabilillah yang berhasil menghancurkan kapal belanda kala itu. Festival sungai carang ini akan melibatkan pelajar dan mahasiswa sekota tanjung pinang yang jumlahnya mencapai ribuan orang. Berbagai acara diadakan untuk memeriahkan festival ini, termasuk melepas 5000 lentera saat tahun baru menyambut 2014. Berikut foto-foto pembukaan festival sungai Carang 31 Desember 2013 lalu:
[caption id="attachment_313064" align="aligncenter" width="614" caption="Salah satu kapal hias yang ikut arak-arakan 44 kapal"]
[caption id="attachment_313066" align="aligncenter" width="512" caption="Gubernur Muhammad Sani beserta Ibu yang dikawal dua Prajurit Istana"]
Pada festival sungai Carang ini juga ditampilkan tari "sungai cinta" oleh Eko Supriyanto sang Penari Madona,Koreogafer Miss World,Dosen ISI Surakarta,dan juga mengajar di Amerika,bersama para penari Sanggam Tanjung Pinang yang dipimpin oleh peppy Chandra Amor.
... Arus itu menghanyutkan rindu, dan lerai dipakse badai. Arus itu terlalu kuat , mencerai beraikan cinte, Membenamkan kerinduan yang dalam, Bagai menatang minyak yang penuh, Bagai menggapai bintang yang jauh, ... Kita pernah berjanji beratus tahun yang lalu untuk bertemu disini, Aku setia menunggumu disini Setiap pasang surut Setiap bulan yang berlalu Setiap perahu-perahu yang berlayar Berlayar di selat samudera hatimu... Senja yang bercahaya, Cahaya Cinta kita Kita pernah berjanji untuk bertemu disini Setiap waktu aku ingin melihat layang-layang elang berekor panjang itu melintas, Tapi angin tak bersahabat, membawa kita berpisah... Aku gelisah ... Aku rindu ... Aku gelisah ... Aku rindu ... Cinta tak sudah ... CInta tak sudah ... Itulah Kisah Cinta Raja Ja'far dan Tengku Buntat di sungai Carang , yang diangkat dari novel Rida K. Liamsi , yang ditampilkan oleh penari-penari Sanggam berkolaborasi dengan koreografer Eko Supriyanto pada pembukaan Festival sungai Carang 31 Desember lalu.
Sungai Carang saksi sejarah Cinta yang tak sudah......( Mustafa Kamal, Tanjung Pinang 2 Januari 2013)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H