Kegiatan Lomba Kompetensi Siswa (LKS) kemaren, menyisakan pengalaman yang sangat berkesan. Teman sekamar saya sebut saja namanya Fadli hampir saja ditipu oleh orang yang berpura-pura teman SMA-nya. Berikut cerita Fadli ke saya lepas maghrib tadi:
Ketika sedang sibuk-sibuknya mengurus kegiatan Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK di Hotel Sahid, pada saat istirahat siang saya ditelpon seseorang dengan nomor HP 0852 -2776-6384 yang mengaku bernama Een, satu-satunya teman semasa SMA yang menjadi polisi. Dan seingat saya memang satu-satunya teman saya semasa SMA yang menjadi polisi memang bernama Een. Dia mengaku sedang berada di Kota saya menemankan komandannya. Dia tidak bisa ngobrol panjang di telepon, karena sedang sama komandan katanya.Dia mengatakan sedang berada di pelabuhan dan sorenya akan ke hotel Sahid juga, karena menginap disana, nanti kita bercerita panjang lebar katanya. Dia menyuruh saya menyimpan nomornya dan menunggunya. Sorenya dia menelepon saya lagi, bahwa dia masih di bea cukai, mungkin malam baru sampai di hotel Sahid. Lalu dia menawarkan mau nggak dibawakan barang-barang impor yang katanya jatah komandannya yang merupakan pengawas barang. Barang-barang tersebut adalah Hendphone seri terbaru, lap top, Ipad, dan barang elektronik lainnya.
Dia bercerita komandannya ingin barang-barang tersebut dibagi-bagikan saja ke keluarga atau teman-teman disini, dan diapun diberi jatah kalau ada keluarga yang mau dibagi. Kebetulan dia ingat saya, dia ingin membawakan saya handphone dan laptop. Namun dia meminta saya mentransfer uang Rp. 2 juta untuk kedua barang tersebut, sebagai ucapan terimakasih untuk komandannya, langsung ke rekening komandannya, dia me-sms nomor rekening komandannya atas nama Ivan Wanda No. Rekening Bank BRI: 7262-01002959-53-7. Saya mulai curiga.
Saya mengatakan bahwa saya tidak punya mobil banking, di sekitar hotel ini juga nggak ada ATM. Dia lalu memaksa saya untuk keluar sebentar ke ATM terdekat. Dia mendesak supaya saya cepat karena dia akan segera ke hotel Sahid, tak enak sama komandan mengambil barangnya tanpa memberi ucapan terimakasih. Saya mulai tak nyaman, Ya sudah tak usah saja kata saya. Saya juga tidak perlu barang-barang tersebut, kita ketemu saja saya sudah senang kata saya padanya. Nada suaranya agak kesal, ya sudah katanya. Hp -pun dimatikan.
Sekitar jam 9 malam dia menelepon lagi, bahwa dia tidak jadi menginap di Sahid. Jadinya menginap di rumah rekan komandannya dekat pelabuhan. Dia meminta saya besok kalau ada waktu datang saja ke pelabuhan, kita berjumpa disana katanya, bawa saja uang kes Rp 1 juta katanya untuk diberikan langsung ke komandannya, kalau saya masih mau HP dan laptop yang dia tawarkan. Lalu dia mengirimkan sms rilis barang-barang yang dibandrol separoh harga pasaran. Barang-barang tersebut katanya jatah para pejabat tapi kalau ada teman-teman saya yang minat boleh memiliki, nanti komandannya yang atur katanya. Saya iyakan saja.
Saya mengkonfirmasi tentang Een ini ke teman-teman saya semasa SMA. Diketahui bahwa Een ini sudah sama hilang kontak dengan teman-teman yang saya telpon. Terakhir diketahui Een ini di Sudan menjadi bagian dari pasukan perdamaian Indonesia. FB si Een teman saya pun dan lama tak diupdate. Kecurigaan saya makin besar. Saya lalu menceritakan ke paman istri yang seorang TNI. Beliau mengatakan itu penipuan. Modus tersebut sudah lama. Kelompok penipu tersebut kata paman kadang punya jaringan dimana-mana. Paman menceritakan mereka mendapat nomor dan informasi target bisa dari akun FB yang dihack, dari teman ke teman, dan lain sebagainya.
Paman saya mengajak saya untuk mempelajari modus si Een palsu ini. Saya diminta menghubungi si Een ini dan mengaku sedang dipelabuhan. Ketika saya menelepon si Een tersebut dia mengatakan sedang di gudang. Tidak bisa keluar katanya, kalau keluar tidak bisa masuk lagi masuk. Penjagaan ketat dan banyak wartawan sebab banyak barang impor masuk katanya. Hanya pejabat-pejabat tertentu yang bisa masuk.
Dia meminta saya menunggu di sebuah kedai kopi dekat pelabuhan. Nanti dia akan menyuruh temannya yang jaga diluar untuk menjemput saya pakai mobil. Dia meminta saya mengisikan pulsanya karen pulsanya habis. Sebenarnya saya dah malas mengisikan pulsa penipu ini, tapi karena penasaran modus apalagi yang akan dia lakukan, dengan persetujuan paman saya saya isi juga pulsanya.
Setelah pulsanya terisi, dia meminta lagi untuk mengisikan pulsa komandan dan penjaga pintu diluar yang akan menjemput saya. Saya pura-pura sudah mengisi, kemudian tak lama dia menelepon lagi kalau pulsanya belum masuk, saya bilang tunggu saja mungkin pending dari konternya alasannya. Okelah katanya. Kemudian dia bertanya saya sama siapa? saya jawab sendiri. Terus ditanya bawa uang berapa? Saya jawab hanya Rp 1 juta.
Kemudian dia menelepon lagi marah-marah kenapa pulsanya belum terisi juga. Dia meminta saya mengulang lagi mengisinya. Tunggu sebentar kata saya. Lalu saya bilang sudah di isi, orang konternya bilang sudah terkirim, mengapa belum masuk juga ya? Kata saya pura-pura. Lalu saya disuruh ngomong sama komandannya yang mengaku bernama AKBP Dedi Sukma no HP 087869250333. Ketika ditelpon orang yang mengaku komandan tersebut bertanya mau barang apa? lalu bawa uang berapa? Setelah saya jelaskan. Ya, sudah ! kata komandannya. Saya disuruh ke bank terdekat, mentransfer uang tersebut ke rekeningnya, kalau sudah, kertas bukti transfer itu dibawa untuk masuk ke gudang bea cukai tersebut. Nanti kalau sudah ditransfer hubungi Serka Bastian Nst, HP. 0823-6077-7707, penjaga yang jaga diluar untuk menjemput.
Paman saya geleng-geleng kepala dengan modus penipu ini. Kami akhirnya pulang saja. Paman saya yakin mereka tidak berada disini. Sebab dari nomer Hp nya saja itu adalah kode Purbalingga dan sekitarnya. Sampai di rumah paman saya menyuruh menelepon lagi bilang sudah ditransfer. Tidak berapa lama lagi si Een itu menelepon marah-marah, katanya Komandannya sudah marah karena setelah dicek tak ada uang masuk. Kamu sekarang dimana? tanyanya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!