[caption id="attachment_207071" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Cerita ini berawal dari protes istri yang mempertanyakan tagihan listrik kami yang sangat besar dibandingkan tetangga padahal daya dan perangkat listrik yang ada dirumah hampir sama dengan tetangga. Perangkat listrik di rumah selain lampu-lampu adalah kulkas, Televisi, Rice Cooker, Dispenser, dan Pompa Air yang dihidupkan setiap pagi, sedang AC semenjak rusak tidak lagi digunakan diganti dengan kipas angin. Dengan daya 1300 VA kami setiap bulannya dikenakan tagihan yang hampir sama baik waktu masih memakai AC hingga dua bulan terakhir yang tidak lagi pakai AC sebesar Rp. 300.000,-/bulan , sedang tetangga dengan daya dan perangkat listrik sama setiap bulannya hanya Rp. 180.000,-/bulan. Menurut istri petugas PLN nya pasti main "kira-kira" saja karena tidak pernah kedapatan mencatat meteran kerumah. Sayapun mencoba mengecek kebenaran hipotesa istri saya, setelah melakukan pembayaran tagihan listrik saya mencocokkannya dengan meteran dirumah yang kata PLN "meteran jadul" atau KWh meter pasca bayar. Dalam struk pembayaran tercatat pemakaian akhir 66840 sedangkan di meteran angkanya masih 65790! Istri saya langsung teriak :"Tuh kan, pa! Betulkan,petugasnya main tebak saja" Sayapun segera melakukan komplain ke kantor cabang PLN terdekat. Petugas PLN nya mengakui kesalahan petugasnya, mereka berdalih kesalahan seperti ini biasanya terjadi hanya dua dari seribu pencatatan, biasanya kesalahan dari tukang catat meteran atau dari petugas entry data. Solusinya, karena saya sudah melakukan pembayaran maka bulan depan dihitung dari angka yang ada di struk terakhir, jika belum sampai maka saya hanya dikenakan biaya beban sekitar Rp. 45.000,- Petugasnya juga menyarankan agar membiasakan mencatat angka di meteran sebelum membayar, diloket tanyakan ke petugas berapa angka terakhirnya jika beda nya sangat besar, lakukan komplain ke kantor terdekat ssebelum dibayar biar direvisi. Saya juga menanyakan masalah tagihan listrik saya yang berbeda jauh dengan tetangga padahal peralatan listriknya hampir sama. Petugasnya kemudian mencek riwayat pemakaian listrik saya selama setahun, walau normal setiap bulannya namun untuk kategori rumah tangga termasuk pemakaian tak wajar. Petugasnya menyarankan untuk mencek kemungkinan loss di beberapa titik listrik dirumah dengan menggunakan tespen di titik "0", jika lampunya hidup berarti loss (saya tak paham ..hehe), atau matikan semua listrik di rumah kalau meterannya jalan berarti ada yang loss. (Setelah saya lakukan, meteran tidak jalan atau baik-baik saja) Dan masih banyak lagi keterangan dari petugasnya yang menyebabkan pemakaian tak wajar mulai dari perangkat listrik yang digunakan, cara pemakaian dan lain sebagainya. Petugasnya terakhir menyarankan agar mengganti meteran jadul saya dengan meteran gaul zaman sekarang atau Kwh meter prabayar. Salah satu keuntungannya kita dapat mengkontrol pemakaian listrik kita perbulan. Untuk sementara saya menolak saran itu, karena melihat tetangga yang sering kerepotan setiap mau membeli "stroom"nya atau pulsa seperti pada ponsel. Sampai saat ini saya belum menemukan solusi yang tepat agar pembayaran tagihan listrik rumah saya bisa hemat selain menghemat pemakaian listrik dan mencek meteran setiap kali membayar nantinya. Semoga kedepan tagihannya bisa kayak tetangga..hehe.... Salam meteran jadul!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI