Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Johan Saputra Anak Malang Rapat yang Jadi Petani Sukses

3 Februari 2016   14:16 Diperbarui: 3 Februari 2016   14:51 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto. Johan sedang mengecek air sekolah untuk kebutuhan kebun cabai (Dok. pribadi)

Johan Saputra (20) tamatan SMKN 3 Bintan Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun pelajaran 2014/2015 lalu, sudah berhasil mengembangkan pertanian Cabai di tanah orangtuanya. Sejak lulus setahun lalu dia memilih tidak melanjutkan kuliah mengingat ekonomi orangtua dan lahan tidur milik orangtuanya yang tidak dikelola. Berbekal ilmu yang diperolehnya di bangku sekolah, dan modal bantuan orangtunya sebesar Rp. 500.000,- berhasil dia kembangkan dari bertani cabai dengan omset kini ditabungannya mencapai Rp. 80 juta Rupiah.

Johan yang kini membantu sekolah mengembangkan pertanian cabai di lahan perkebunan sekolah, mengatakan pengalamannya dari sejak awal hingga sekarang dia sudah melaksanakan empat kali tanam, satu kali tanam dia bisa panen cabai sampai 18 kali. Satu kali tanam itu dari mulai menanam hingga selesai panen butuh waktu sekitar enam bulan. Setelah berhasil di penanaman pertama dia menambah luas lahan pertaniannya, kini luas lahan yang dikelolalanya mencapai 1,5 hektar dengan 5000 batang cabai.

Bila ditambah dengan 1 hektar lahan sekolah yang kini dibantu dikelolanya maka luas lahan tanaman cabainya berkisar 2, 5 hektar. Untuk lahan SMKN 3 Bintan dia menargetkan tertanam 3000 batang cabai. Johan bersedia membantu sekolah adalah agar adik-adik kelasnya bisa termotivasi untuk bertani. Ternyata bertani bila ditekuni dengan baik dapat menjadi alternatif usaha setelah tamat sekolah bila tidak mampu untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi.

Johan malu-malu dipoto saat istirahat di kebun sekolah yang sedang dikelolanya (dok. pribadi)

Dalam kerjasamanya dengan sekolah ini, johan membantu untuk bibit, pupuk, bahan pembasmi hama dan tenaga kerja. Tenaga kerjanya sendiri adalah teman-temannya sama-sama alumni SMKN 3 Bintan jurusan pertanian juga yang sebelumnya menganggur dan tidak melanjutkan kuliah karena terkendala ekonomi juga. Jumlah tenaga kerjanya seluruhnya dari lahan yang dia kelola sendiri dengan lahan sekolah berjumlah empat orang dengan gaji perbulan Rp. 1,5 juta.

Sedangkan sekolah menyediakan lahan, sarana prasarana pendukung seperti pipa air, air, listrik, pupuk organik dasar yang kebetulan diproduksi oleh sekolah bernama pokasi, dan tenaga ahli berasal dari guru-guru pertanian SMKN 3 Bintan. Kebun cabai kerjasama Johan dengan sekolah ini nantinya sekaligus jadi tempat praktik bagi adik-adiknya yang masih sekolah nantinya.

Johan adalah salah satu contoh lulusan SMKN 3 Bintan yang patut dicontoh oleh alumni SMKN 3 Bintan lainnya. Dia mampu merubah motif berpikir teman-teman sekampungnya dari nelayan menjadi petani. Lingkungan desanya di Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang memang diketahui sebagian besar penduduknya adalah nelayan.

Kedepan Johan berencana akan membuat usaha sendiri dengan berbadan hukum apakah nantinya berbentuk koperasi atau CV yang akan memberdayakan teman-teman dan adik-adik sekampungnya untuk mengelola lahan tidur milik mereka yang kini cuma disii semak-semak dan tidak terkelola karena lebih memilih jadi nelayan atau buruh di kelong-kelong milik toke cina untuk dijadikan lahan pertanian. Sebab menjadi nelayan tidak bisa dilaksanakan sepanjang tahun, jika tiba musim angin utara kebanyakan mereka menganggur karena tidak bisa melaut.

Dia juga tertarik dengan tanaman cabai dan bawang yang sedang dikelola oleh SMKN 3 Bintan secara organik yang pada panen perdana beberapa minggu lalu yang hasilnya lumayan bagus. Dia berharap bisa melanjutkannya di lahan-lahan milik warga bersama teman-temannya nantinya.

Sebagai gurunya, penulis sangat bangga dengan anak didik penulis ini. Sebab sewaktu sekolah dulu dia lumayan bandel, sering cabut dan bolos sekolah. Apalagi kalau di mata pelajaran seperti Matematika, kimia, fisika yang menurutnya sangat rumit. Namun bila mata pelajaran pertanian dia semangat karena tak banyak mikir cuma nyangkul saja katanya sembari tertawa.Dia berubah ketika sekolah mendatangkan seorang ahli tanaman yang sudah melalang buana ke luar negeri seperti Jepang. Dia ingat kata doktor tersebut kalau di Jepang pekerjaan mulia itu adalah bertani selain guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun