Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jiao

6 Februari 2016   01:45 Diperbarui: 6 Februari 2016   02:13 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. www. merdeka.com

Namanya Jiao. Pertemanan saya dengan gadis bermata sipit ini karena kos-kosan saya persis dibelakang rukonya. Awal kenal dengannya karena sering satu angkot dengannya kalau mau ke kampus. Kampus kami memang bertetanggaan. Tak jauh, hanya berbatas mesjid.

Jiao adalah gadis yang lembut, cantik, persis seperti namanya. Rambutnya lurus panjang, kulitnya kalian pasti nebak lah, mana ada gadis Tiongha berkulit coklat atau hitam, yang membuat saya sering gemes kalau tertawa pasti matanya hilang...apalagi lesung pipit di kedua pipinya itu..alamak....tak nahan....hehe

Saya sering main ke rukonya, maklum rukonya adalah sejenis mini market gitu deh...hehe...kata kawan se kos saya, saya itu modus doang....contohnya misal mau beli mie doang, satu bungkus, padahal dibelakang kos saya ada warung kecil, ngapain harus ke minimarket dia coba, nampak kali kan modusnya hehe....sebenarnya bener juga sih modus....sebab tujuan utama saya sih memang bisa berjumpa dengan dia, ngobrol, dan tentunya saya juga suka melirik tubuhnya yang aduhai...kalian tahu sendirilah bagaimana mereka berpakaian , seksi bro...hahaha, Tapi, jangan tuduh saya piktor lho ya....saya kan lelaki normal. Jadi wajar dong...

Maminya sangat baik, saya memanggilnya cece...mengikuti orang-orang memanggil maminya. hehe. Ketika tahu saya anak kos, cece kasih saya piring dan gelas. Ketika saya kasih oleh-oleh kerupuk sanjai asli Bukittinggi kampung saya, wah cece nya makin baik, kasih saya buah, kelengkeng, bahkan ajak makan juga pernah...membuat saya dan Jiao jadi makin dekat...apalagi saya kemudian menjadi guru Les adiknya. Lijuan. Makin deh...

Saya sering jalan dengan Jiao. Naik motor Cup 70 merah saya tentunya. Padahal motor Jiao ada lebih bagus, ditawarin, saya nya tak mau. Tapi, Jiao ternyata orangnya berhati halus, dia tak jadi soal, mau aja naik motor saya. Jalan ke pantai atau hanya sekedar temankan dia cari buku-buku kuliah di pasar loak, dia takut kesana karena di sana banyak premannya...sering diusilan...kalo ada saya biasanya premannya agak segan....bukan takut dengan saya tentunya, tapi karena mereka rata-rata kenal saya...ya, di kosan saya ada bandar ganja, jadi preman itu sering datang belanja cimeng ke kosan, jadi sering ketemu saya kalo kami lagi kumpul-kumpul...ngeri kan lingkungan kosan saya, makanya saya betah main di rukonya Jiao, kalo ada penggerebekan bisa kebawa-bawa kan...mending cari aman...hehe

Hampir dua tahun kedekatan saya dengan Jiao berlangsung baik-baik saja bahkan makin lama makin dekat, walau tak terikat hubungan khusus, hanya sebatas teman, tapi kami sangatlah mesra, Jiao memeluk saya di motor sudah biasa, saya terkadang mencium pipi Jiao yang menggemeskan dia juga nggak marah, berenang bersama, tidur-tiduran di kasurnya berdua main games, bergelut sembari mengawasi adiknya yang mengerjakan latihan yang kusuruh juga sudah biasa, kalau sudah begitu kalian tentu bertanya apa aku tak nafsu? tak ada niat menjalin hubungan kusus dengannya, pacaran atau menikah dengannya?

Sebagai lelaki normal, yang terkadang tak sengaja menikmati keindahan tubuhan Jiao saat berenang misalnya, tentu saya punya hasrat padanya. Tapi terus terang saya katakan saya sayang Jiao. Kalo nggak bisa saja saya bawa Jiao ke kosan, saya preteli dia disana, saya rayu dia, apa saja mungkin bisa saya dapatkan darinya, karena saya tahu Jiao pun menyukai saya. Tapi, saya menahan semua itu. Jiao wanita baik-baik. Saya tak boleh hancurkan masa depannya. Lagian, agama saya melarang zina. Mungkin kalian akan tertawa, lalu membully aku, alim-alim kok cabul...hus!

Banyak perbedaan diantara kami yang terasa sulit untuk disatukan bila ingin bersama selamanya, seperti agama, adat budaya, dan lain sebagainya. Karenanya kami masing-masing saling memahami, jadi ya kami seperti sepakat dalam diam, untuk menjalani semua, apa adanya, biarlah waktu yang menjawabnya kelak apa yang akan terjadi antara kami....

Dan waktu itupun datang. Berawal dari kedatangan tantenya. Perempuan mungil dengan tato mahkota di leher belakangnya. Wajahnya sinis melihatku pertama kali ketika ada bersama Jiao di rumahnya. Mengapa ada lelaki melayu dirumah ini? Apalagi ketika saya  izin sholat dikamar Jiao. Ya, walau belum semua ajaran agama bisa saya amalkan, sebajingan apapun saya namun sholat tak pernah saya tinggalkan. Intinya, saya merasakan aura negatif yang tak sedap....Tantenya tak menyukai saya.

Benar, Jiao dengan berat hati mengatakan bahwa saya harus berhenti menjadi guru les privat adiknya, Lijuan. Dengan demikian saya tentu tak bisa lagi bebas main dirumahnya. Belum selesai disitu, saya harus menjaga jarak dengan Jiao. Nomer Hape Jiao pun sudah tak aktif lagi. Jiao tak lagi naik angkot ke kampus tapi diantar oleh seorang lelaki Tiongha, sepertinya suami tante tersebut. Sayapun tak kenal, karenanya sepertinya baru datang juga ke ruko tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun