Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Suami Dua Istri

5 Oktober 2011   15:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:18 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Seorang kawan yang baru saja menikah, mengajak saya untuk mengopi di sebuah kedai kopi terkenal di kota pesisir yang kecil ini. Kedai kopi ini sangat luar biasa selalu penuh dari pagi hingga malam, berganti -ganti saja orang yang masuk, karna rasa kopi nya memang khas, menurut cerita kedai kopi ini adalah kedai turun -temurun, orang tiongha pemilik kedai kopi ini dulunya termasuk tokoh masyarakat di pesisir ini, katanya dia punya kebun kopi sendiri, dijemur sendiri kopinya, dihaluskan sendiri, diracik sendiri, dan memang kopinya memang luar biasa! dan usaha ini dilanjutkan turun temurun oleh keturunanya......tetap dengan rasa yang sama! bangunannya pon tak banyak perubahan sejak zaman Belanda dulu.....betul2 luar biasa......

Nah, kembali cerita kawan saa tadi, kawan ini curhat tentang kehidupannya setelah menikah dan gajian hari ini. Dia sangat sedih sekali karena tak bisa memenuhi keinginan istrinya yang ingin sekali merasakan menerima uang gaji suami untuk pertama sekali setelah menikah.  Kebetulan hari ini kami gajian termasuk dia, Nah dia sangat gembira dan sangat ingin segera pulang menyerahkan gajinya ke tangan istrinya untuk pertama kali. (memang sistem gajian di daerah pesisir tempat kami bertugas belum lewat bank, jadi masih manual pake amplop hehee). Tapi Bendahara Qurban tiba-tiba menagih uang Qurbannya, karena memang sebelum menikah dia memang berniat dan mendaftarkan diri untuk berQurban di sekolah tempat kami bertugas dengan cara dipotong dari gajinya perbulan. Selama ini dia menyangka sudah dipotong dari gajinya, tapi karna terjadi pergantian bendehara di sekolahnya, Bendahara baru tidak memotong gajinya sehingga dia menunggak angsuran uang Qurban selama 8 bulan, totalnya Rp. 840.000,-. Sebagai guru GTT gajinya hanya Rp. 1.500.000,- sisa gajinya setelah dibayarkan angsuran Qurban karena harus dilunasi segera untuk membeli hewan Qurban untuk Hari Raya idul Adha tanggal 6 november nanti ternyata hanya cukup untuk membayar angsuran motornya sebesar Rp.600.000 lebih. Setelah pualng dari Dealer motor, dia cerita tidak mampu menatap wajah istrinya ketika sampai dirumah. dia hanya bisa berbohong, ketika istrinya bertanya "sudah gajian, bang?" Dia hanya menggeleng lemas, dan mengatakan belum gajian.

"Apa yang harus saya lakukan, bro" katanya. Dia sempat ingin meminjam uang saya tapi urung karena sayapun mempunyai masalah yang sama dengan dia. Tapi Alhamdulillah saya dianugerahi Allah SWT  istri yang baik hati. Setelah Gajian saya langsung menelepon istri mungkin tidak bisa kirim uang, karena gaji dipotong untuk melunasi pembayaran angsuran Qurban dan membayar kontrakan rumah, saya berniat untuk tidak mengirimi ibu uang bulan ini, dan mengirimkannya untuk  istri saya , tapi istri saya dengan lembut mengatakan bahwa mengirimi ibu uang lebih penting, karna hanya ini yang bisa kita buat untuk bantu ibu di usia senjanya , karna kita tidak bisa mendampingi dan merawat beliau yang bersikeras hati tak mau saya atau kakak saya merawatnya, beliau ingin dirumah kami dikampung menghabisi hari tuanya. Setelah saya kirimi ibu, ternyata sisanya masih sekitar lima ratusan ribu, ketika saya bersikeras tetap ingin mengiriminya uang  tapi istri saya tetap saja menolak, pake saja buat kebutuhan papa ( dia memanggil saya papa) disana ..katanya.  Memang istri saya punya penghasilan sendiri, karena dia juga PNS berbeda dengan istri teman saya yang istrinya hanya membuat kue untuk ditarok dikedai2 membantu menambah penghasilan. Tapi, saya tahu hati kecilnya pasti sama dengan istri teman saya. Ingin merasakan menerima gaji dari sang suami tercinta untuk pertama kalinya.

Lama kami termenung di kedai kopi itu. Akhirnya saya menyarankan sebaiknya jujur saja pada istri. Karena memang begitulah adanya. Saya mengatakan kunci kebahagiaan rumahtangga adalah ketika kita mampu menerima dengan ikhlas semua apa adanya yang terjadi pada kehidupan kita. saya mengatakan tadipon saya berat ingin jujur pada istri saya, tapi bagaimana lagi.. dan Alhamdulillah istri saya terima. Dia menyangkal membandingkan dengan saya dengan dia, katanya kamu dan istri sama-sama PNS tentu tidak berat menerima kenyataan ini, tapi bagi istri saya tentu ini sangat berat, karena dia sangat membutuhkan uang itu, karena uang hasil jual kuenya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah mereka berdua. Saya hanya bisa tersenyum.....tidak ingin membela diri. Ya, sudah ...saya bantu dia Rp. 200.000,- begini saja pakailah uang ini, bulan depan kan bisa diganti. Kamu ceritakan bahwa hanya segini sisa gajimu, karna sudah dibayarkan angsuran Qurban dan angsuran motor. lalu bawa dia jalan makan diluar, setidaknya kamu belikan dia jilbab dengan uang itu....Nampak kelegaan diwajahnya.

Sepeninggal kawan saya tadi, saya ingat istri saya. Sisa gaji masih ada, ingin sekali saya berjumpa istri saya. mengajak dia makan Sop ayam kesukaannya, dan membelikan gamis baru untuknya. Sayang, Miss u...so much..

Maapkan papa...terimakasih, sudah menjadi terindah dalam kehidupan papa...

Saya, masuk kerumah, membuka album photo pernikahan kami.....2 hari lagi saya pulang, lama sekali rasanya.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun