Tandas bagi orang berbahasa Melayu mengacu kepada Toilet/WC/Kamar mandi. Â Bagi warga bersuku melayu di Indonesia istilah tandas sudah tidak asing seperti misalnya pada daerah kepualauan Riau atau Riau daratan. Â Tapi umumnya kita orang Indonesia menyebut tandas adalah toilet/WC/Kamar Mandi. Â Nah, kali ini penulis berkisah tentang Tandas atau Toilet ini. Â
Alkisah pada suatu hari penulis sedang bersantai bersama keluarga di kawasan pantai Laman Bunda Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Â Penulis bersua dengan wisatawan dari Malaysia yang menanyakan dimana lokasi tandas. "Cik, tandasnya kat mane?" Tanya wisatawan tersebut. Penulis pun menunjukkan "Toilet berjalan" yang berada tidak jauh dilokasi tersebut.Â
Wisatawan tersebutpun menuju kesana dan masuk ke Toilet tersebut, selang beberapa detik dia keluar lagi. Dia mendekat kembali kepada tempat penulis duduk. "cik, tak ada tandas lain lagi, ke....tandasnya koto sangat....bau...." Katanya dengan menunjukkan ekspresi wajah jijik. Penulis tentu merasa sangat malu sekali, penulispun menunjuk ke Mushalla kecil yang ada disana. "Ohya....kiranya encik bisa ke Mushalla dekat sana" Kata penulis. Setelah mengucapkan terimakasih, wisatawan itupun pergi.Â
Penulis penasaran dengan toilet berjalan yang dikatakan kotor oleh wisatawan tersebut, sebab dulu penulis pernah buang hajat disana sangat bersih dan dilengkapi AC. Penulis pun pergi melihat Toilet mobil tersebut. Â Alamak, betapa terkejutnya penulis didalamnya sangat kotor, penuh sampah, airnya tidak ada, dan dilubang WC nya ada bekas kotoran yang tidak disiram dan sudah kering. AC nya pun mati. Untuk memotonya pun penulis tidak sanggup, dan segera berlalu pergi.Â
Ketika penulis beranjak ke lokasi berbeda masih di wilayah Pantai Kota Tanjung Pinang tepatnya di Tugu Pensil. Pun penulis temukan hal yang sama. WC nya lumayan bagus dan berkeramik tetapi karena tidak dijaga kebersihannya dan orang-orang yang menggunakannya tidak punya itikad baik untuk menjaganya maka digunakan semaunya. Kondisi serupapun terlihat seperti banyak sampah dan bekas kotoran yang tidak dibersihkan.Â
Pemerintah setempat seharusnya sangat memperhatikan perihal toilet ini. Bahkan di beberapa tempat ada tempat rekreasi publik yang tidak disediakan toilet, sehingga pengguna atau wisatawan yang datang kesulitan jika ada hajat ke belakang. Kalo pun ada selalu kondisinya rusak, kotor dan bau. Â Hal ini akan membuat imej yang tidak baik bagi negeri kita. Negeri kita akan dianggap sebagai bangsa pengotor. Â Tidak bersih dan berprilaku menjijikkan. Â Maukah kita dicap seperti ini oleh orang luar?Â
Tentu kita semua tidak mau. Tetapi berharap masyarakat bisa untuk menjaga fasilitas publik seperti toilet umum itu juga tidak akan berhasil jika tidak dibarengi dengan sistem yang baik agar fasilitas publik tersebut terjaga dengan baik. Penulis mengusulkan agar pemerintah mana saja yang membangun fasilitas publik seperti tempat wisata, tempat rekreasi, ruang terbuka hijau di kotanya agar sangat peduli dengan masalah toilet ini. Â Toilet itu harus ada. Toilet itu juga harus selalu bersih.Â
Untuk itu yang harus dilakukan adalah pertama, sediakan anggaran untuk operasional Toilet bersih tersebut. Kedua, Sediakan pegawai yang menjaga toilet agar selalu bersih. Ketiga sediakan Penjaga keamanan 24 jam  tempat rekreasi tersebut dengan segala fasilitas yang ada disana seperti pol PP misalnya. Keempat, tegakkan aturan bagi pengunjung atau masyarakat yang melakukan perusakan.  Jika keempat hal ini dilaksanakan maka penulis yakin ruang publik itu akan terjaga kebersihan dan kenyamanannya. Dengan demikian maka bahasa-bahasa miring tentang kondisi toilet ruang publik kita tidak akan sampai ke luar negeri dan membuat malu bangsa kita.Â
Nah, Kembali ke judul, benarkah bangsa kita rakyatnya pengotor? masing-masing kitalah yang bisa menjawabnya. Mari hidup sehat dan bersih untuk kebaikan bersama...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H