[caption id="attachment_365507" align="aligncenter" width="538" caption="Foto Berita Koran hari ini / dok. pribadi"][/caption]
Sore itu ibu-ibu rumahan ramai berkumpul di jalan komplek rumah penulis. Salah seorang dari mereka memegang koran daerah. Penulis yang baru pulang dari sekolah tersenyum sambil menyapa. "Wah, tumben ramai, buk?"
"Iya nih pak, ngeri beritanya pak, sekolah sudah bukan tempat yang aman lagi bagi anak-anak! Dah baca belum koran hari ini pak. Satu kelas pelajar SMP Nonton Bokep. " Kata salah seseorang dari mereka yang memang ceplas ceplos sembari tertawa geli diikuti yang lain.
"Lucunya lagi pak, gurunya bilang ini salah ortu yang memfasilitasi anak dengan HandPhone (HP) canggih. Lho, sekolah kan punya aturan sendiri tentang penggunaan HP. Mereka guru-guru yang kurang pengawasan, kok kami para ortu yang disalahkan." Cetus ibu yang lain.
Penulis hanya tersenyum mendengar coleteh para ibu tersebut: "ada-ada aja buk ya? permisi buk..masuk dulu ya? Penulis pamit tanpa ikut-ikutan ngerumpi dan izin masuk ke rumah yang memang  ibu-ibu itu ngerumpi di depan rumah penulis persisnya dekat rumah tetangga di depan.
Penulis mengambil koran hari ini yang kebetulan memang berlangganan. Di sekolah memang sempat membaca judulnya saja namun tak sempat membaca keseluruhan. Diberitakan di SMPN 6 di kota penulis terungkap berbagai fakta prilaku anak di kelas saat jam istirahat ketika guru-guru berada diruangan majelis guru.
- Peraturan dilarang bawa HP ke kelas diakali anak-anak dengan menitipkan HP senter di meja piket sedang HP yang canggih yang mereka bawa satu lagi , disembunyikan untuk dibawa ke kelas.
- Di saat jam istirahat anak-anak yang baru tamat SD itu berkumpul menonton film bokep yang tersimpan di HP teman-temannya
- Saat menonton film tersebut birahi mereka disalurkan dengan langsung berciuman bagi mereka yang berpacaran sembari menyentuh alat-alat vital pasangannya tanpa malu dilihat teman-temannya yang lain. Terdapat fakta bahwa banyak anak yang pacaran dengan teman sekelas.
- Anak-anak yang tak pacaran bagi yang laki-laki akan iseng memegang alat vital teman perempuannya yang tak pacaran juga, dan yang menjadi korban ada yang risih dan ada juga  yang tertawa-tawa tanpa marah.
- Kejadian-kejadian tersebut sudah berlangsung lama dan baru diketahui guru ketika ada salah seorang yang risih melaporkan ke orangtuanya dan orangtuanya melapor ke guru dan akhirnya dilakukan pengusutan dan para pelaku mengakui perbuatan mereka.
Kejadian yang memprihatinkan ini mengingatkan kita pada video serupa yang juga terjadi pada anak SMP yang tersebar luas di internet. Video itu sempat mendapat kecaman publik. Ternyata potret menyeramkan tersebut bukan hanya terjadi di SMP itu saja tapi dengan berita ini dapat disimpulkan sepertinya sudah menjadi tren di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Jika anak SMP saja sudah berani seperti ini, apalagi anak-anak SMA. Makanya penulis tidaklah heran banyak siswa setingkat SMA yang akhirnya putus sekolah karena sudah hamil duluan. Tentunya berita 200 pelajar melakukan arisan seks di Payakumbuh tempo hari, pastilah benar adanya.
Nah, siapakah yang salah? Guru atau orangtua seperti kata guru SMP tersebutkah?  Menurut penulis penyebabnya tentu banyak faktor.  Pertama, mulai dari orangtua yang tidak mampu menolak permintaan anak-anaknya yang minta dibelikan HP canggih, bahkan anak SD pun sekarang sudah dilengkapi dengan HP oleh orangtuanya. kedua, pengawasan guru-guru di sekolah yang kurang. Ketiga, lingkungan yang sudah tidak peduli dengan sesama. Keempat, Teknologi Informasi yang berkembang pesat dan tak bisa lagi difilter oleh mereka yang berkepentingan. Kelima beban kurikulum yang makin berat sehingga anak frustasi dan mencoba mencari pelarian untuk menghilangkan kejenuhannya. Keenam, Kurangnya sosok-sosok yang bisa dijadikan teladan oleh anak-anak baik dirumah maupun di sekolah. Sebab guru-guru mengajar tak lagi pakai hati tapi  karena faktor sertifikasi. ketujuh tontonan televisi yang tak lagi mendidik dan sebagainya. Semuanya memang teoritis! Tapi, semua benar dan sesuai fakta.
Nah, lalu manakah yang benar-benar berpengaruh. Sebelum itu mari kita jawab dulu pertanyaan ini , Beranikah para orangtua mengatakan tidak kepada anak-anaknya untuk memiliki HP. Siapkah orangtua benar-benar mematuhi aturan disekolah  tanpa melakukan intervensi jika semisal HP anaknya jika ditangkap ditahan sampai tamat, mampukah orangtua benar-benar memperlakukan jam malam dan mengatur tontonan televisi pada anak-anaknya, dan lain sebagainya.
Kalau para orangtua berani dan mampu, maka tak akan perlu lagi kita mencar-cari atau berdebat siapa yang salah. Yakinlah kalau para orangtua mampu dan berani permasalahan moral anak-anak kita ini akan cepat teratasi!