Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ibas dan Masa Depannya

20 Januari 2014   23:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:38 2825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ibas adalah panggilan akrab untuk putra bungsu Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ibas yang merupakan pemegang rekor sekretaris jenderal partai termuda di Indonesia  hingga saat ini masih aman dari jerat korupsi. Padahal kader-kader muda Demokrat lainnya sudah "reunian" dibalik Jeruji KPK bahkan sudah ada  yang divonis bersalah oleh pengadilan dan dipenjara  sampai menua.

Namun kini makin ramai pemberitaan yang seakan-akan " moncong senapan" media kini diarahkan ke Ibas.  Nyanyian-nyanyian sumbang dari balik jeruji KPK  makin terdengar nyaring menyebut-nyebut nama Ibas  termasuk dalam skandal Korupsi Hambalang.   Nyanyian ini di dengar oleh sang ayah.

Sudah naluri seorang ayah untuk membela anaknya.  SBY dalam buku terbarunya "selalu ada pilihan" memberikan pernyataan bahwa Ibas difitnah.  Ada "seseorang" yang kini tengah menjadi tersangka oleh KPK yang mengatur  fitnah terhadap Ibas. Bahkan orang yang dimaksud adalah sutradara dibalik  nyanyian Nazarudin yang getol membuka borok Demokrat.

Ibas selama ini memang belum pernah tersangkut kasus Korupsi. Ibas yang pernah dinobatkan sebagai pemegang rekor  perolehan suara tertinggi sebagai anggota DPR se-indonesia pada pemilu 2009 ini bahkan termasuk politisi muda yang berkarir "cemerlang" dan "mulus-mulus" saja. Mengapa tidak setelah menyelesaikan program master nya di UTN Singapura tahun 2007, Ibas  langsung menjabat posisi penting diberbagai organisasi. Dua tahun kemudian sudah duduk di Senayan dan kini menjadi sekjen Demokrat.

Penulispun termasuk yang meragukan keterlibatan Ibas di Hambalang, sebab Ibas termasuk anak yang "nurut" orangtua.  Ibas pun dipastikan belum terlibat dalam "permainan" orang-orang Demokrat, ibaratnya Ibas hanya status "magang" di Demokrat.  Belum menjadi pengatur dan pengambil kebijakan walau menjabat sekjend.

Penulis khawatir  "pemaksaan" SBY menerjunkan Ibas yang masih "belia" kedalam percaturan perpolitikan akan menjadi bumerang sendiri bagi masa depan Ibas. Jika SBY tidak berhasil "melindungi" putranya dari Rahwana yang  kini sedang bersatu padu untuk membalaskan dendamnya maka  kedepan karir Ibas akan redup bahkan mati dini.

Masa depan Ibas sekarang ada di kepiawaian SBY bermain di pusaran konflik.  SBY harus berani, jika yakin dan benar Ibas tidak terlibat, biarkan proses hukum berjalan. Karir Ibas akan lebih mentereng dimasa depan bila Ibas dinyatakan tidak bersalah oleh hukum. Tapi, sebaliknya jika SBY terus "pasang badan" terhadap Ibas, itu akan menjadi jalan gelap bagi masa depan Ibas.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun