Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rumitnya Urusan Menambah Nama di Paspor untuk Umroh

6 Desember 2012   21:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:05 6921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1354817437595844690

[caption id="attachment_227964" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/ Admin (shutterstock)"][/caption] Peraturan baru untuk jamaah indonesia yang akan pergi umroh ke Mekah Arab Saudi (saya tidak tahu apakah berlaku juga untuk urusan haji dan lainnya) mengenai keharusan mempunyai nama dengan "tiga suku kata" menjadi masalah tersendiri bagi umat islam. Mertua saya berencana untuk berangkat umroh bulan ini. Beliau sudah memiliki paspor namun namanya masih satu suku kata, sebutlah "Khadijah", oleh karenanya beliau harus menambahkan nama ayah beliau atau suami dibelakang nama beliau. Sebelumnya dengan ditemani adik ipar saya yang bungsu beliau pergi mengurusnya ke kantor Imigrasi Tanjung Pinang. Setelah melakukan pendaftaran untuk penambahan nama, satu setengah jam menunggu tibalah giliran beliau dipanggil. Rupanya ada masalah dengan nama ayah beliau, dimana nama ayah di surat nikah berbeda dengan di Kartu Keluarga. Mertua saya baru tahu itu karena beliau menikah pada tahun 1965, dikartu nikah beliau ternyata  di kolom nama ayah  adalah nama paman beliau karena paman beliau yang menikahkan. Sedang di Kartu Keluarga di kolom ayah adalah nama ayah beliau sendiri. Pegawai Migrasi menolak pengajuan penambahan nama beliau dengan menggunakan nama ayah beliau. Beliau diharuskan mengganti nama ayah di Kartu Keluarga sesuai dengan di surat nikah. Ketika diurus ke kecamatan ternyata proses perubahan tersebut sangat lama bisa lebih dari sebulan. Kemudian diuruslah ke Kantor Urusan Agama (KUA) setempat agar memberikan surat keterangan bahwasanya nama ayah beliau adalah sesuai dengan yaang tertera di Kartu Keluarga (KK). Beliau yang sudah berusia 60-an pergilah menyewa taksi  ke kantor Imigrasi karena jaraknya lumayan jauh dari rumah ditemani adik ipar bungsu saya. Ternyata pegawai imigrasinya tetap menolak pengajuan penambahan nama tersebut walau sudah berbekal surat keterangan dari KUA.  Pegawai Migrasipun tidak ada memberikan solusi apa-apa mengenai jalan keluarnya. Tetap kukuh harus ganti nama di KK  dan disesuaikan dengan di surat nikah walau itu bukan nama ayah beliau. Beliaupun menangis, kecewa terancam gagal umroh. Apalagi sudah capek dua kali bolak balik ke  kantor Imigrasi. Sewa taksi saja sudah habis Rp. 500.000,- selama dua kali bolak balik. Beliaupun sudah mencoba meminta bantu calo, tapi tidak ada yang mau karena sudah beliau sudah mengurusnya sendiri sedari awal. Akhirnya beliau menghubungi kami. Kami sedikit kesal kenapa tidak memberitahu dari awal, memang kami pun tidak ada menanyakan perihal umroh beliau karena beliau sudah punya paspor. Kami kira semua aman-aman saja. Alasan beliau karena takut menganggu saya apalagi istri baru saja melahirkan, juga kan ada adik ipar. Akhirnya kamipun pergi lah bersama-sama ke kantor imigrasi kembali. Di kantor Imigrasi saya tanyakan permasalahannya. Setelah dijelaskan oleh pegawainya, saya pun memberi saran bagaimana kalau penambahan namanya menggunakan nama suami beliau saja sesuai dengan dikartu nikah karena setelah saya telpon teman yang pernah mengurus penambahan nama orangtuanya  bisa seperti itu. Namun pegawainya tetap saja bersikukuh bilang tidak bisa. Tidak puas dengan jawaban tersebut. Sayapun berinisiatif  menghadap langsung ke kepala kantor imigrasinya dan menjelaskan duduk perkaranya serta memohon bantuan beliau atas dasar kemanusiaan dan kelancaran  ibadah orangtua kami. Kepala kantor imigrasinya ternyata tidak mempersoalkan dan bisa menggunakan nama suami dari mertua yang kebetulan ada dua kata "Muhammad Ilham", jadilah nama beliau "Khadijah Muhammad Ilham". Kepala kantor  Migrasi tersebut  juga meminta maaf atas kekurangnyamanan pelayanan dari pegawai beliau. Beliau mengatakan bahwa Tiga hari lagi sudah bisa paspor nya diambil, beliau juga menjelaskan bahwa nantinya hanya ada penambahan selembar kertas dengan nama baru tersebut nantinya di paspor lama mertua. Kami pun lega. Cuma satu yang saya kecewakan mengapa pegawai migrasi mempersulit urusan orang yang jelas tujuannya untuk pergi umroh beribadah. Padahal diaturannya setelah search di google jelas bahwa penambahan nama boleh menggunakan nama ayah atau suami. Kepala kantornya pun mengatakan hal yang sama. Lalu apa mereka (pegawai migrasinya) tidak tahu itu? Padahal jelas itu adalah bidang kerja mereka. Jadi apa tujuan mereka sebenarnya?  Hmm....

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun