Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemulung Itu Mengobrak-abrik Bak Sampahku!

21 Agustus 2012   13:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sehabis hujan udara terasa dingin. Setelah lelah melayani karib kerabat yang berlebaran kerumah dari pagi hingga sore, setelah sepi karena faktor hujan  saya duduk sendirian di beranda rumah sambil membaca majalah ditemani secangkir kopi. Mata saya menangkap seorang lelaki berkendara motor dengan keranjang dibelakangnya berhenti persis di depan rumah.

Lelaki itu membuka penutup bak sampah saya depan rumah. Saya terus memperhatikannya. Lelaki itu membuka kantong kresek satu persatu menahan bau dari isi perut  ikan dan ayam yang dibersihkan, nasi dan lauk basi dan lain-lain, lalu mengambil kotak susu, kaleng-kaleng bekas minuman, bekas botol air mineral, dan bekas kardus air mineral yang tercampur disana. Kaleng dan botol aqua dimasukkan ke keranjang yang dibawanya. Lelaki itu berpakaian baju kaus yang sudah lusuh dan kotor serta celana 3/4 sedikit sobek dan juga kotor. Helm yang digunakanpun juga tidak helm standar SNI karena sudah tidak ada tali dan plastik bening pelindung mukanya.

Lelaki itu menutup kembali bak sampah saya dan kembali ke motornya. Lelaki itu nampak agak susah untuk menghidupkan kembali motornya, namun belum juga hidup. Lelaki itu akhirnya berlalu dengan mendorong motornya dan berhenti lagi tidak berapa jauh dari rumah saya di depan rumah tetangga. Kembali melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan di bak sampah saya.  Saya tidak memperhatikannya lagi. Tidak lama kemudian saya mendengar suara mesin motor hidup. Lelaki itu sepertinya telah berlalu dari blok rumah saya.

Saya termenung. Betapa berharganya bagi orang lain kaleng-kaleng bekas minuman, kardus, botol air mineral  yang kita buang. Mereka tidak merasa jijik dengan bekas sampah yang kadang berbau menyengat yang tercampur dikantong kresek dengan benda-benda tadi.  Mereka adalah lelaki-lelaki mulia yang tidak mengenal malu, malas, pilah-pilih pekerjaan. Bagi mereka yang utama adalah bisa memberi anak dan istri dengan penghasilan yang halal.

Lelaki itu adalah salah satu dari orang-orang mulia dinegri ini. Mereka lebih tinggi derajatnya dibandingkan pejabat yang suka mempergunakan jabatannya untuk memperkaya diri sendiri dengan cara korupsi, kolusi dan nepotisme, para pengusaha hitam, aparat yang menyalahgunakan wewenang, guru dan dosen yang malas dan tidakbertanggungjawab dengan pekerjaan  dan sebagainya yang tampil bersih dan pamer kekayaan.

Selepas merenung sesaat saya menceritakan kejadian biasa yang kita lihat namun sering luput dalam renungan itu kepada istri. Saya dan  istri sepakat untuk memisahkan kaleng-kaleng, kardus, botol air mineral dan lain-lain di kantong kresek lainnya dan menggantungnya dipinggir bak sampah agar siapapun pemulungnya bisa dengan mudah mengambilnya. Inilah sepenggal kisah saat idul fitri yang membawa hikmah.

Salam inspiratif wahai saudara pemulungku!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun