Puluhan siswa-siswi berkumpul di sebuah tempat Bimbingan Belajar (bimbel). Mereka mengadakan pesta yang sangat "seronok" kata orang Malaysia. Setelah asyik konvoi keliling kota berpelukan lawan jenis, corat-coret baju dengan gambar tidak baik di daerah terlarang, setelah pulang mandi dan ganti dengan baju yang paling bagus mereka berkumpul di tempat bimbel tidak lupa membawa hadiah. Makanan dan kue pesanan seprti pizza, hamburger dan sebagainya sudah datang dan pestapun dimulai. Di sebuah meja terlihat puluhan kotak kado yang tersusun rapi untuk para pengajar bimbel. Pesta dilakukan dari sore hingga mendekati tengah malam. kemudian dilanjutkan oleh beberapa pasangan siswa-siwi entah dimana sebelum pulang ke rumah.
Malam ini tidak ada larangan dari orangtua pulang jam berapa, karena ini malam kebahagiaan anaknya yang lulus Ujian Nasional (UN) apalagi kata anaknya ini malam terakhir kebersamaan dengan teman-teman sekolah, setelah esok berpencar di tempat kuliah berbeda kota. Sebagian lagi katanya ada yang berusaha mencari kerja, bahkan banyak juga siswi-siswi yang pengen langsung "dikerjai" oleh lelaki mana saja yang mau mempersuntingnya.Karenanya malam ini begitu sangat spesial.
Dalam pidatonya perwakilan bimbel mengucapkan selamat atas keberhasilan yang diraih. Perjuangan kita beberapa bulan membahas soal Ujian Nasional akhirnya berhasil sempurna. Ini murni adalah usaha kalian, kami hanya membantu. Kami mengharapkan doa kalian bimbel ini terus maju dan terus menjadi perahu kesuksesan bagi siswa-siswi melawan ganasnya soal Ujian Nasional. Pidato singkat itu juga diselingi canda, yang mendapat "aplause" puluhan siswa-siswi yang bimbel di tempat tersebut.
Tidak jauh dari tempat bimbel itu ada rumah guru. Guru itu sedang duduk bersama suaminya di teras dengan anak-anaknya sambil menyantap cemilan goreng pisang dan tahu goreng. Sudut matanya bisa mengenali siswa-siswinya yang lewat di depan rumahnya berboncengan motor menuju tempat bimbel tanpa menoleh sedikitpun ke rumah apalagi mengklason tanda menyapa . Diapun melihat betapa hebohnya suasana pesta disana. Tadi sore dia juga mendapat telpon dari rekan sesama guru di sekolahnya apakah ada diundang wali murid untuk makan bersama, juga memberikan info bahwasanya waka kesiswaan yang membagikan "kunci" jawaban saat UN mendapat begitu banyak hadiah dari wali siswa dan diundang makan bersama beberapa wali murid berikut kepala sekolah dan wakasek lainnya.
Undangan itu tidak pernah sampai ke mereka apalagi hadiah, walau mereka para guru memang tidak pernah mengharapkan itu. Mereka ingat merekalah yang malam-malam dibawah bayangan takut digerebek polisi, menyelesaikan soal-soal dan mengerjakan kunci jawaban untuk diberikan kewakasek kurikulum dan diedarkan paginya oleh wakasek kesiswaan saat UN. Merekalah yang pulang sampai sore tiap harinya tiga bulan mendampingi anak-anak membahas soal-soal UN dalam program terobosan menjelang UN disekolah.
Tapi yang dianggap paling berjasa dan banyak mendapatkan ucapan terimakasih adalah kepsek beserta wakaseknya. Tempat bimbel beserta pengajarnya pun dianggap paling berjasa dan punya andil besar meluluskan mereka, daripada bapak ibu guru yang mendampingi mereka selama tiga tahun disekolah.
Ditengah malam buta, pintu rumahnya diketuk. Dia dan suami terkejut ketika mengintip dari jendela. Dua orang siswinya yang baru saja lulus UN terlihat menangis di depan pintu. Ketika pintu dibuka terlihat wajahnya lebam, bajunya koyak dan lusuh serta bau alkohol. Ketika ditanya ada apa? siswinya sambil terisak bahwanya dia menjadi korban penganiayaan dan pencabulan teman-temannya setelah berpesta di sebuah rumah dekat situ. Dia bisa kabur setelah semua teman laki-lakinya terlelap karena mabuk. Mereka takut, HP mereka ketinggalan, untung rumah ibu dekat sini jadi kami menyelamatkan diri ke sini.
Ibu guru mengurut dada, mengambil HP dan menelepon orangtua siswi yang bersangkutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H