Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Wahai Ibu Muda, Jangan "Telantarkan" Bayimu demi Karir!

1 Mei 2014   21:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perempuan karir sering dihadapkan kepada pilihan yang sulit antara pekerjaan atau keluarga.  Humaira (30) seorang PNS di Salah satu Dinas Pemprov curhat mengenai problema yang dihadapinya.  Ibu dari satu anak perempuan yang baru berumur 18 bulan ini mengatakan bahwa di kantornya kini dia "dikucilkan" oleh pimpinannya (setingkat Kepala Seksi) dan teman-teman lainnya.

Pasalnya, dia selalu menolak jika disuruh melakukan perjalanan dinas yang harus meninggalkan keluarganya dalam waktu beberapa hari. Alasannya karena anaknya  masih menyusu ASI dan belum pernah ditinggal. Pun anaknya tidak bisa tidur jika tidak "muting" mamanya.  Pernah suatu hari ketika dia pulang agak malam anaknya yang mengantuk jadi rewel dan menangis lama menyebut mamanya. Kejadian itu membuat pengasuh dan suaminya sangat panik.

Sejak itu suaminya melarang dia mengikuti kegiatan kedinasan hingga malam, apalagi kalau harus pergi dinas luar dalam beberapa hari sebelum anaknya umur 2 tahun atau lepas menyusu.  Keputusan suami dan pertimbangan anaknya itu sudah disampaikan ke pimpinannya.  Pimpinanan di seksinya itu awalnya welcome dengan permintaan itu. Ketika ada kegiatan dinas hingga larut malam, dia diperbolehkan pulang duluan, pun jika kegiatannya di luar kota yang bisa PP pun diizinkan tidak full mengikuti kegiatan tersebut karena harus mengejar waktu untuk pulang.

Ternyata belum sampai anaknya umur 2 tahun, pimpinannya sudah marah-marah dan menggosipkan dirinya di kantor. "kalau tidak bisa mengikuti kegiatan kantor, pindah saja" ; "PNS wajib melakukan Dinas Luar beberapa kali untuk penilaian kinerja, jika tidak bisa mengikuti jangan harap bisa naik pangkat" ; semua orang punya anak, hanya kamu saja yang berlebih-lebihan, itu si A anaknya empat bulan sudah tidak ASI lagi, sudah susu botol, sudah ditinggal kemana-mana, anaknya toh baik-baik saja, itu si B yang sama dengan kamu, enjoy saja meninggalkan anaknya" begitu kata pimpinannyasetiap dia meminta "dispensasi" jika ada kegiatan kantor.  Teman-temannyapun  mendukung si bos.

Padahal sebenarnya tidak semua kegiatan kantor dia meminta dispensasi. Hanya untuk kegiatan yang harus menginap dan meninggalkan keluarga beberapa hari saja yang dia menolak, itupun pada orang yang menggantikannya serta memakai namanya,  dia tidak meminta sepeserpun "uang lelah" yang lumayan dari perjalanan dinas tersebut. Bahkan banyak teman kantornya yang "rebutan" untuk menggantikan jika dia tak bisa berangkat karena memang "pendapatan" dari dinas luar itu memang lumayan.

Hanya saja bila ada dinas luar yang tak "menjanjikan" dan tak ada yang mau menggantikan dia sering menjadi sasak "amuk" bosnya. Dia hanya diam saja dan kukuh menolak untuk berangkat. Dia tidak tega meninggalkan anaknya yang memang belum pernah ditinggal sekalipun. Dia tetap komit sesuai perintah suaminya untuk memberikan anaknya ASI hingga umur 2 tahun dan tidak akan meninggalkannya untuk dinas luar dalam kurun waktu itu, sebelum lepas menyusu badan.

Inilah problema yang sering dihadapkan ibu-ibu muda yang berkarir. Apalagi mereka yang hidup di perkotaan hanya berdua dengan suami dibantu pengasuh dan jauh dari keluarga. Apalagi mereka yang tidak ada pengasuh, anak dititipkan ditempat penitipan dan sebagainya. Entah bagaimana rumitnya menghadapi persoalan tersebut.

Setiap orang punya pilihan masing-masing. ada orang yang memang "koboy" demi karir dan uang mereka rela meninggalkan anaknya dititip sama tetangga atau keluarga. Rela tidak menyusui anaknya hingga 2 tahun, padahal agama menganjurkan. Ada juga orang yang seperti ibu Humaira tersebut yang rela "berkelahi" dengan bos demi anak.  Semua tergantung pilihan masing-masing.

Setiap bayi, sangat memerlukan sentuhan kasih sayang ayah ibunya untuk tumbuh kembangnya. Bayi umur 0 - 3 tahun sering disebut Golden period, dimasa itu tumbuh kembang otak anak untuk cerdas, mental, dan sebagainya tergantung dari ke-intens -nan mereka dengan ayah ibunya.  Pada masa itu hindarilah untuk "menjauh" dari sang anak.

Saya mendukung pilihan ibu Humaira tersebut!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun